Chereads / implicit: it's just you and me / Chapter 7 - Kebohongan Manis.

Chapter 7 - Kebohongan Manis.

"Jadi, bagaimana?" Tanyaku.

Rey terlihat terpaku melihatku, sepertinya dia terkejut dengan cerita yang baru saja ku sampaikan.

"Ah, bagaimana ya...., Aku harus bilang apa?" Sahut Rey.

"Ya begitu, apakah kau yakin mau berpacaran denganku? Kau sudah tau kan soal masa lalu diriku."

"Hana, aku tidak peduli dengan masa lalumu, yang kusukai adalah Hana saat ini, masa lalu tidak ada hubungannya."

Aku tersipu. Entah mengapa, kata-katanya yang biasa itu terdengar seperti gombalan indah.

"Kamu udah pacaran sebelumnya?" Tanyaku.

"Belum pernah.." sahut Rey.

"Aku juga belum pernah, walaupun memang pernah pacaran, aku dan dia dulu hanya seks doang..."

"Pacaran itu bukan cuma seks doang kan ya?"

"Iya, sepertinya.."

Kami berdua canggung. Karena ini adalah pertama kalinya bagi kami. Rey lalu berdiri, dia menarikku untuk berdiri juga. Dia terlihat ingin melakukan sesuatu, tapi dirinya seperti gugup. Dia lalu memegang kedua pundakku dan mendekatkannya ke tubuhnya, dia mendekap tubuhku dengan kedua tangannya itu di punggungku.

Dia memelukku.

Pertama kalinya aku di peluk seseorang, bukan dalam keadaan telanjang. Tapi dengan keadaan masih memakai baju, rasanya nyaman sekali, hangat, dan sangat merilekskan tubuh. Aku lalu melakukan hal yang sama dan meletakkan kepalaku di pundaknya. Terdengar suara detak jantung Rey yang sangat cepat, pastinya dia juga merasakan hal yang sama sepertiku.

"Ka-kalau sudah resmi pacaran, boleh kan?" Ujar Rey.

"Iya, Rey. Boleh kok" sahutku.

Lalu kami sedikit menjauhkan badan kami, Rey menundukkan wajahnya ke arahku, aku juga mendengakkan wajahku ke arahnya. Seperti sudah mengerti satu sama lain, kami berdua saling menutup mata dan mendekatkan bibir kami. Kami berciuman. Pada momen itu, aku serasa hilang dari dunia ini. Semua beban pikiranku hilang sejenak, hanya ada aku dan Rey. Tidak ada orang lain, tidak ada hal lain. Hanya kami berdua yang saling mencinta.

Hal ini mirip seperti apa yang kurasakan saat seks, padahal kami hanya ciuman.

Apa karena kami sama-sama saling suka? Yang membuat ciuman ini serasa sangat bergairah dan sangat memuaskanku.

Cukup lama kami berciuman, hingga saat melepaskan bibir, kami berdua menghela nafas seperti orang yang baru saja tenggelam.

Ya, tenggelam dalam cinta.

"Rey, mau seks?" Tanyaku.

"Ehh?!" Rey terkejut.

"Kenapa? Engga mau?"

"Ya mau lah! Tapi engga sekarang juga..."

"Kenapa emang?"

"Ya enggak aja pokoknya..., Lain kali aja ya.."

"Hmmm..."

"Kita jalan aja yuk..."

"Eh? Mau kemana?"

"Ke Mall aja.., sekalian makan malam"

"Hmm, tumben kamu mau di ajak makan di mall.."

"Yasudah sih, ayo bersiap-siap."

Rey lalu langsung bergegas meninggalkan rumahku, dia mau berganti baju di rumahnya. Aku juga sama, langsung ke kamar mandi untuk mandi. Sembari membasahi tubuhku, aku tersadar.

Ini adalah kencan kan ya?

Aku tersenyum dan tertawa sendiri, rasanya menggemaskan memiliki pacar. Rasanya seperti mendapatkan hadiah, sangat bersemangat hingga ingin cepat-cepat mandi dan segera bertemu Rey lagi.

Setelah sudah siap, Rey mengirim pesan ke ponselku, dia sudah ada di bawah dengan motornya. Aku deg-degan, aku engga tau apa yang terjadi denganku, rasanya bercampur aduk. Aku sangat gugup, aku memeriksa apakah tubuhku sudah wangi.

Ayo Hana, kamu pasti bisa.

Saat menuruni tangga apartemenku, serasa aku turun dari istana dan menuju pangeran yang membawa kereta kencananya. Aku terlalu banyak berhalusinasi yang engga jelas.

Setelah itu kita pergi ke mall dengan menggunakan motornya, entah apa yang terjadi, aku memeluknya saat berkendara. Rasanya pun berbeda, sangat nyaman dan membuat hati berdebar-debar.

Saat sampai di sana, Rey menyuruhku untuk memilih restoran. Aku memilih restoran cepat saji Jepang, karena memang itu restoran favoritku. Lalu kami berdua duduk berhadap-hadapan.

Rey yang melihat menu makanan itu wajahnya terlihat kaget.

"Kenapa Rey?.." tanyaku.

"Ah, tidak. Aku hanya bingung satu porsi makanan aja 45 rupiah.."

Kenapa deh? Kok orang yang kaya seperti dia bilang segini aja mahal?

"Kamu ini orang kaya yang sangat hemat ya? Segini murah banget loh.." ujarku.

"Eh? Maksudnya?"

"Tidak, lupakan aja. Kamu udah tau mau pesen apa?"

"Hmm, kamu aja yang pilihin buat aku.."

Aku lalu memilih paket makanan yang sama untuk kami berdua, yang kupilih memang makanan yang paling mahal di restoran itu tapi adalah yang paling enak. Aku masih heran dengan wajahnya yang masih terlihat kaget akan harganya, seakan-akan dia tidak bisa membayar makanannya.

Kalau memang nanti Rey engga bisa membayarnya, biar aku yang membayarnya.

Wajah Rey sekarang mengingatkanku pada wajahnya waktu itu, saat di kelas dia melihat daftar transaksi bulanannya yang dia akui sangat boros.

"Rey, apa kamu boros lagi bulan ini?.." ujarku.

"Ah! dari mana kamu tahu?" Rey sontak terkejut dengan pertanyaanku.

"Kelihatan banget dari wajahmu.."

"Begitu ya..." Rey menundukkan wajahnya.

"Emangnya kamu habis berapa bulan ini?"

"Ah, sekitar 700 ribu"

"Tujuh ratus ribu?!!" Aku terkaget dengan perkataannya.

"Sangat besar ya.."

"Besar dari mana??? 700 ribu bagiku itu udah irit banget, mungkin aku cuma makan 1 kali sehari!"

"Eh?? Itu gede banget loh! Aku biasanya 300 ribu sebulan, lagipula jelas sekali nilai uang bagimu berbeda denganku.."

Aku engga ngerti. Padahal jelas-jelas Rey itu orang kaya.

Sepelit itu kah orang tuanya Rey?

Tak lama makanan kami datang melerai kami yang sedang berdebat. Kami berdua menyantapnya, rasanya sangat enak. Sudah lama aku tidak memakannya langsung di restorannya, biasanya aku memesannya secara daring untuk di kirim ke rumahku.

"Hana, aku mau bertanya.." ujar Rey.

"Mau tanya apa?"

"Kenapa aku tidak pernah melihatmu berbicara dengan orang lain di kelas?"

"Aku pernah berbicara.. walaupun engga sering.., lagipula bukannya udah kuceritakan alasannya?.."

"Iya, aku tahu kalau kamu trauma.., tapi kamu tidak ingin punya teman terus-terusan?"

"Rey, kamu saja sudah cukup bagiku.." ujarku sembari tersenyum.

Bohong banget.

Aku sebenarnya ingin memiliki teman, tapi sekarang aku sudah terbiasa mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Aku sangat trauma terhadap perlakukan teman palsu padaku dulu. Aku lalu teringat dengan acara ala Jepang yang dari dulu aku ingin kunjungi, aku engga pernah ke sana karena engga ada siapapun yang bisa menemaniku.

Karena itu Rey adalah orang yang tepat.

Tapi aku bisa kan ya? Secara teknis kita sudah berpacaran, seharusnya aku boleh dong minta sesuatu ke dia..., Orang pacaran seperti itu kan?

Aku lalu memberanikan diri untuk meminta Rey.

"Rey, kalau kamu mau..., Temenin aku yuk ke acara Jepang.."

"Eh? Kapan?" Sahut Rey.

"Pertengahan November ini..., Apa kamu mau?"

"Hmm..."

"Ah, nanti aku kasih blowjob deh.."

Wajah Rey memerah.

"Hah! Iya-iya aku mauu, udah dong jangan ngomong keras-keras gitu.."

"Emangnya kenapa?"

"Ish, Nanti orang lain dengar.."

Oh ya, benar juga. Aku lupa lagi kalau kita sedang di tempat umum.

Tak lama, ponsel Rey berbunyi. Rey lalu melihat telefonnya dan wajahnya terlihat berubah. Dari ekspresi senang berubah menjadi datar.

"Siapa? Adikmu?" Tanyaku.

"Ah, bukan. Ini ayahku." Sahutnya.

"Ada apa? Ayahmu mencarimu?"

"Iya, ayahku ada di rumah. Dia menungguku katanya.."

"Yaudah, ayo kita pulang sekarang.."

"Eh? Engga apa apa?"

"Gapapa kok, lagipula ini juga udah mulai larut malam."

Lalu kami membereskan makanan kami dan segera pergi meninggalkan restoran dan mall. Saat di jalan Rey tidak banyak bicara, mungkin dia dimarahi karena larut malam ini belum pulang. Rey mengantarku sampai ke apartemenku, setelah itu dia terlihat bergegas untuk segera pulang. Aku lalu mulai berjalan ke tangga menuju tempatku, saat aku ingin mengeluarkan kunci dari kantungku aku baru teringat bahwa aku sedang memakai Rok yang tidak ada kantungnya karena itu kuncinya tadi kutitip kepada Rey.

Aku lalu menuruni tangga dan langsung menuju arah rumah Rey. Jalanan sudah sangat sepi, karena sudah lumayan larut malam. Sembari berjalan aku mengingat kembali hal-hal menggemaskan yang kami lakukan, karenanya aku senyum-senyum sendiri. Saat sudah lumayan dekat dengan rumah Rey, aku mendengar suara keributan yang makin lama terdengar jelas. Aku lalu melihat dari kejauhan Rey bersama orang-orang asli daerah ini sedang memarahi pria berjas. Kudengar dari kejauhan keributannya cukup intens. Orang-orang yang bersama Rey telihat seperti membela Rey dari orang itu, sedangkan Rey diam saja.

"Mending bapak sekarang pergi dari sini! Jangan buat keributan di sini pak!" Ujar orang-orang yang bersama Rey.

"Tapi saya hanya ingin bertemu anak saya, cuma itu yang saya mau.." balas Pria berjas.

"Emang anaknya mau ketemu sama lu?"

Rey menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai tanda dia menjawab tidak.

"Tuh kan, dianya aja gamau!"

"Reyan, tolong nak. Untuk kali ini.." ujar Pria Berjas dengan melas.

"Udahlah pak, kalau anaknya gamau ya jangan dipaksa!" Lanjut orang lain yang juga bersama Rey.

Tak lama, Pria berjas itu akhirnya menyerah. Dia pergi meninggalkan Rey sembari disoraki oleh orang-orang tadi. Orang-orang itu akhirnya satu persatu meninggalkan Rey sendirian di bawah lampu jalanan yang mulai meredup.

Aku menghampiri Rey, saat aku tepuk pundaknya dia terkejut.

"Hana?! Kenapa kau di sini?"

"Rey, apa yang terjadi dengan kamu dan ayahmu?"

"Ah, bukan apa-apa. Cuma bertengkar sedikit.., kamu kenapa kesini?"

Jelas banget bohong. Lalu dia juga mengalihkan pembicaraannya seperti itu.

Apa sih yang Rey sembunyikan dariku?

"Ah, kunci apartemenku masih ada di kamu."

Dia lalu memberiku kunci, lalu dia mengecup dahiku dan mengelus kepalaku sembari menyuruhku untuk pulang dengan halus. Terlihat dia seperti tidak ingin membahasnya, aku pun tidak bisa memaksanya. Aku lalu kembali ke apartemenku. Aku sadar Rey mempunyai masalah dengan Ayahnya. Mungkin ini salah satu hal yang bisa menjelaskan mengapa Rey anak dari orang kaya tapi tinggal di kost, mengapa dia hidup sangat hemat, dan banyak pertanyaan lainnya.

Aku kira hanya aku yang memiliki masalah dengan keluarga.

Apa lagi darinya yang masih belum kuketahui?

Apapun itu, aku merasa sangat ingin membantu Rey menyelesaikan masalahnya. Karena aku ini pacarnya, aku wajib menjadi orang yang mendukung Rey.

Rey, apa yang bisa kulakukan untuk membantumu?