"Lo telah membuat gue seperti ini Dara,dan untuk itu lo harus tanggung jawab,jika gue benar-benar jatuh cinta sama lo,maka lo harus kembali membalasnya dengan cinta yang lo berikan sama gue"ucap Satria.
Autdor:inilah saat-saat menyangkan dalam kisah ini...
Lanjut...
"Gue jatuh cinta sama lo,Dara"
___
Keesokan harinya...
Enternational School
Kini Pak Rizal dan para pelari sudah berkumpul dilapangan.Semua pelari berbaris kesamping dengan Pak Rizal di depan mereka.
"Oke,hari ini saya ingin menguji kalian semua dengan berlari di lintasan 400 meter..saat kalian berlari,saya akan menghitung kecepatan kalian dengan stopwach ini,kalian akan menciptakan rekor sendiri mulai sekarang,kalian semua paham!"
"Iya pak!"
Seluruh pelari begitu antusias dalam berlari.
Mereka semua berdiri dilintasannya masing-masing.
Tiba-tiba Pak Rizal tertawa sampai membuat semuanya terheran heran.
Lalu Dara melontarkan pertanyaan.
"Pak Rizal kenapa?"tanya Dara.
"Saya hanya merasa lucu saja pada diri saya sendiri"jawab Pak Rizal yang masih saja tertawa.
Semuanya saling menatap mata,Monica melipat tangannya kedepan dada.
"Apa yang lucu?"tanya Monica.
"Saya melupakan sesuatu,jika ingin menciptakan rekor maka kalian harus berlari sendiri di lintasan"jawab Pak Rizal.
Semuanya mengangguk mengerti,lalu Pak Rizal bertepuk tangan satu kali.
"Oke,sekarang semuanya berdiri dipinggir dilapangan"ucap Pak Rizal lalu semuanya beralih berdiri di pinggir lapangan.
"Monica,karna kemarin kamu telah berhasil mengalahkan atlet lainnya,sekarang kamu yang akan pertama kali membuat rekor,silahkan berdiri di lintasan"
Setelah mendengar perintah dari Pak Rizal,dengan cepat Monica melakukannya.
Monica berjalan ke lintasan dan langsung siap dengan posisinya.
Pak Rizal mengambil stopwach dan juga buku beserta pulpen untuk mencatat rekor yang diciptakan pelari.
"Bersiap...1..2..3..mulai!"
Monica mulai berlari dengan secepat mungkin,begitupun dengan Pak Rizal yang langsung mengaktifkan stopwach miliknya.
Dara menatap Monica dengan kagum.
"Walaupun dia tidak bisa menjaga ucapannya,tapi dia bisa berlari dengan sangat cepat,aku akuin kalau Monica itu memang hebat,tapi dia juga menyebalkan."kata Dara dalam hati.
Monica terus berlari dengan cepat sampai akhirnya sampai di garis akhir.
Monica menghentikan larinya begitupun dengan Pak Rizal yang langsung menghentikan stopwach.
Semuanya bertepuk tangan...
Pak Rizal ikut bertepuk tangan dengan kagum.
"Hebat,kamu memang sangat cepat Monica,rekor kamu 2.55 detik dalam 400 meter,hebat!"ucap Pak Rizal lalu semuanya kembali bertepuk tangan.
Monica tersenyum bangga lalu kembali ketempatnya,Monica menatap Dara.
"Lo liat 'kan bagaimana gue berlari,sudah sangat terbukti kalau gue yang paling hebat disini,jadi sekali lagi gue ingetin kalau lo jangan pernah berharap untuk bisa mengalahkan gue di kejuaraan"ucap Monica.
"Terserah lo aja Monica,gue gak peduli"balas Dara.
"Oke,selanjutkan..Dara"ucap Pak Rizal lalu Dara beralih ke posisi.
Dara menggerakkan anggota tubuhnya melakukan pemanasan.
"Siap Dara"
"Siap pak!"
"Baik..posisi..bersiap..1..2..3..mulai!"
Dara mulai berlari dengan cepat,Pak Rizal memperhatikan Dara dan stopwach secara bergantian.Semuanya bertepuk tangan kecuali Monica yang hanya tersenyum licik.
Sampai akhirnya Dara selesai berlari.
Pak Rizal langsung menghentikan stopwach.
Dara mengatur nafasnya yang tidak beraturan.
"Dara,rekor kamu 2.57 detik dalam 400 meter,bagus ada peningkatan dibandingkan rekor kamu sebelumnya"ucap Pak Rizal.
"Terima kasih pak"balas Dara lalu kembali ke pinggir lapangan.
Semuanya bertepuk tangan,Monica tidak percaya dengan rekor yang dibuat Dara.
"Rekornya hanya berbeda 0.2 detik saja sama gue,kenapa dia bisa sehebat itu..gue bisa menciptakan rekor 2.55 detik dengan berlatih bertahun tahun,tapi Dara,dia baru saja memulai latihannya."kata Monica dalam hati.
Dara menatap Monica dengan tersenyum.
"Gue hebat 'kan"ucap Dara.
"Gak usah sombong,rekor gue lebih baik dari lo"balas Monica.
"Iya gue tau,tapi walaupun begitu,rekor kita hanya berbeda 0.2 detik saja,ini baru awal,coba lo pikir bagaimana akhirnya nanti,mungkin rekor gue bisa jauh lebih baik dari lo"
Monica mengepalkan tangannya.
"Gue gak akan pernah membiarkan itu terjadi."kata Monica dalam hati.
Kemudian Pak Rizal meminta atlet lain membuat rekor mereka,semuanya sangat hebat,para pelari membuat rekor mereka masing masing.
___
Setelah selesai berlatih dan membuat rekor,Dara kini sedang berhadapan langsung dengan Pak Rizal,sementara yang lainnya sudah pergi.
"Jadi bagaimana,apa kamu sudah meminta izin kepada ayahmu untuk berlari?"tanya Pak Rizal.
"Sudah beberapa kali aku berencana untuk memberitahu ayah,tapi selalu saja ada halangan,apa mungkin itu pertanda kalau ayah sebaiknya tidak mengetahui semua ini,mungkin ini belum saatnya"jawab Dara.
"Dara,saya ingatkan sebaiknya keluarga kamu tau tentang impian kamu,kalau tidak bagaimana kamu bisa berjalan di jalan seorang atlet"
"Aku tau pak,tapi aku tidak mengerti bagaimana caranya agar ayah tau"
"Maksudmu ayah tau..apa ada anggota keluarga lain yang tau akan impianmu itu"
"Ada,dia kakakku Ana,saat itu tanpa sengaja kakakku mendengar perkataanku di kamar mandi soal impianku itu,karna kakak bertanya,aku memberitahu semuanya,soal pelatihan,impian dan juga kejuaraan"
"Lalu apa yang kakakmu katakan"
"Katanya kalau aku harus kembali memikirkannya,karna mungkin aku mempunyai impian ini karna obsesiku terhadap berlari,itu belum tentu sebuah impian"
"Lalu apa kata hatimu?"
Dara langsung terdiam,Pak Rizal benar-benar telah membuatnya harus berpikir keras.
Karna Dara diam saja,Pak Rizal kembali membuka suara.
"Begini Dara,kamu itu sama seperti saya saat dulu,waktu itu saya pun tidak mendapat izin keluarga untuk bisa menjadi seorang pelatih..tapi saya mendengarkan kata hati saya,dan kata hati saya mengatakan kalau menjadi seorang pelatih adalah yang terbaik,buktinya sekarang saya bisa mendapatkan segalanya,saya banyak melatih para pelari hebat,dengan begitu saya berhasil meyakinkan keluarga saya,kalau nasib seseorang tidak bisa direncanakan,tapi kita bisa berjalan di jalan yang ada"
Dara berusaha meresapi kata kata Pak Rizal,kata kata Pak Rizal bisa menjadi suatu pelajaran bagi dirinya.
"Sekarang kamu berusahalah untuk mengerti,apa yang dikatakan kakakmu itu ada benarnya juga,kamu tidak bisa berjalan di dua jalan sekaligus,pikirkan dengan baik,apa kamu akan berjalan di jalan atlet atau di jalan seorang mentri"
Setelah mengucapkan itu Pak Rizal tersenyum lalu pergi dari hadapan Dara.
"Apa yang dikatakan Pak Rizal memang benar,aku harus lebih memikirkannya lagi,impian itu bukannya hanya sekedar impian saja,tapi juga sebagai penentu masa depan"