Ana hanya menundukkan kepalanya saja,dia merasa tidak percaya diri.
"Aku harus tenang."kata Ana dalam hati.
Flashback On
"Kau sangat cantik,kau tidak perlu merasa rendah"balas Maya lalu Ana mengangguk dan tersenyum.
"Tapi ibu.."
"Ana,percaya pada ibu mu ini,ibu yakin kalau suatu hari nanti kau akan hidup bahagia bersama pasanganmu"
"Tapi bagaimana ibu,aku bahkan tidak berani menatap seorang pria selain pria dari keluarga ini,lalu bagaimana aku bisa mendapatkan pasangan"
"Kau harus memberanikan diri,kejadian dimasa lalu harus kau lupakan"
"Apa ada pria yang mau menikah dengan gadis sepertiku,aku bahkan tidak melanjutkan sekolah,aku tidak bisa apa apa"
"Ana,walaupun kau tidak melanjutkan pendidikan,tapi kau memiliki hati dan kemampuan yang melebihi orang berpendidikan,kau bisa melakukan pekerjaan rumah tangga,kau juga sangat baik,ibu yakin akan ada seorang pria tulus yang mau menerima kamu apa adanya"
Ana langsung terdiam,dia berusaha meyakinkan dirinya kalau apa yang dikatakan ibunya itu adalah benar.
"Ana,cobalah kau bertemu dengan putra kepala desa itu"saran Maya.
"Tidak ibu,aku tidak mau"tolak Ana.
"Ibu mohon Ana,coba yakinkan dirimu"
"Tapi bagaimana jika dia tidak ingin menemuiku"
"Kau belum mencobanya tapi sudah bicara seperti itu"
Ana langsung tersenyum,apa yang dikatakan ibunya memang benar.
"Sebentar"ucap Maya lalu berdiri dan menghampiri lemari untuk memilih baju.
Setelah menemukan baju yang cocok,Maya kembali menghampiri Ana.Ana pun langsung berdiri.
Maya mencocokkan baju tersebut dengan Ana.
"Apa ini ibu?"tanya Ana.
"Kau tidak mungkin bertemu dengannya dalam keadaan seperti ini 'kan"jawab Maya lalu Ana mengangguk mengerti.
Maya tersenyum lalu menyondorkan pakaian tersebut kepada Ana.
"Ayo kau pakai ini"ucap Maya lalu Ana mengangguk.
Ana pun mengganti pakaiannya...
Setelah selesai,Ana kembali menghampiri Maya.Maya begitu senang melihat putrinya yang cantik.
Lalu Maya menyuruh Ana untuk duduk,Maya membenahi rambut Ana lalu mengoleskan beberapa make-up kepada wajah Ana.
Setelah selesai membuat Ana tampak berbeda,Maya tersenyum sangat lebar begitupun dengan Ana yang melihat dirinya sendiri di depan cermin.
"Kau cantik sekali,Ana"puji Maya.
Flashback Off
"Wah..Pak Yuda,putrimu sangat cantik"ucap kepala desa dengan kagum.
Yuda,Jaki,Maya dan Benek tersenyum membalasnya,sementara itu Santi dan Seli justru merasa kesal.
Melihat Ana yang hanya menuduk saja,Doni pun angkat bicara.
"Kenapa hanya menuduk,tidak baik menyembunyikan kecantikan yang ada di wajahmu itu"ucap Doni sampai membuat Ana terkejut.
Doni tersenyum sambil menatap Ana,sementara itu Seli mengepalkan tangannya.
"Eh,kau bisa bicara banyak juga"ucap Nenek lalu semuanya tertawa kecuali Santi dan Seli.
Ana hanya tersenyum saja,lalu Doni kembali mengatakan sesuatu.
"Dongkakkan kepalamu"ucap Doni kepada Ana.
Semuanya langsung mentap ke arah Ana,tak lama Ana mulai mendongkakkan kepala dengan perlahan.
Doni begitu terpesona dengan kecantikan Ana.
"Tidak banyak bicara dan tenang,saya menyukainya."kata Doni dalam hati.
Lalu tiba tiba Dara datang memasuki rumahnya dengan ceria.
"Asslamualaikum"sapa Dara dengan ramah.
"Waalaikumsallam"balas semuanya.
Setelah memasuki rumah,Dara baru menyadari ada kepala desa disana.
Dia merasa heran,sebenarnya ada apa?
"Dara,kau sudah pulang"ucap Yuda dengan senang.
Dara menghampiri Yuda lalu menyalaminya,begitupun dengan yang lainnya.
Saat Dara menyalami Maya,dia melihat Ana dengan takjub.
"Kakak"ucap Dara memastikan apakah benar yang berada di dekatnya kini adalah Ana kakaknya.
Ana tersenyum menatap Dara...
"Kakak kau cantik sekali,kau benar benar berbeda"ucap Dara.
"Makasih Dara"balas Ana.
"Dara,duduklah nak"ucap Yuda lalu Dara duduk disamping Ana.
Santi berdecak kesal melihat kedatangan Dara yang pasti akan membuat dirinya semakin emosi.
Tiba tiba Foni berdiri sampai membuat semua orang keheranan.
"Pertemuan ini sudah cukup untuk saya,saya memutuskan untuk menjadikan Ana sebagai pasangan saya dan menikahinya secepatnya"ucap Doni.
Semuanya terkejut,begitupun dengan Ana.
Mereka semua langsung berdiri menatap Doni.
"Apa!,kau tidak bisa memutuskan secepat itu"ucap Santi tidak terima.
"Kenapa tidak,Ana cocok untuk saya"balas Doni dengan yakin.
Dara keheranan...
"Sebenarnya ada apa,kanapa tiba tiba kau ingin menikahi kakakku?"tanya Dara.
"Dara,pak kepala desa ingin mencarikan pasangan untuk putranya,itu sebabnya dia dan putranya mengelilingi desa ini untuk mencari pasangan yang sesuai"jawab Nenek.
Doni hanya mengangguk setuju.
"Itu benar,dan kini saya sudah menemukan pasangan itu"ucap Doni.
Maya tersenyum senang,dia manatap Yuda yang kini masih merasa canggung.
"Pak Yuda,putraku memilih putrimu dan aku sangat setuju,aku yakin kalau Ana yang terbaik untuk Doni"ucap kepala desa.
"Maaf pak,tapi hanya Ana yang bisa memutuskan"balas Yuda lalu menatap Ana.
"Ana,apa kau menerima Doni sebagai pasanganmu?"tanya kepala desa.
Ana menatap Doni sebentar,Doni membalas tatapan Ana lalu tersenyum,begitupun dengan Ana yang ikut tersenyum.
"Bangaimana,Ana?"tanya Nenek.
"Iya,aku mau menjadi pasangan putra kepala desa"jawab Ana.
Semuanya tersenyum senang,tetapi Aanti dan Seli nampak kesal lalu mereka berdua memasuki kamar.
Dara langsung memeluk kakaknya dengan senang.
"Selamat kakak,kau akan menikah"ucap Dara lalu Ana tersenyum.
Pak kepala desa langsung memeluk Yuda sebagai tanda persaudaraan,begitupun dengan Nenek dan Maya yang terlihat sangat senang.
___
Saat ini Santi dan Seli berada di dalam kamar,mereka terlihat sangat kesal.
"Ibu,bagaimana ini bisa terjadi,kenapa Doni malah memilih Ana bukan aku"ucap Seli kesal.
"Ibu juga tidak mengerti"balas Santi.
"Ini pasti rencana Ana,dia tidak ingin tersaingin"
"Diamlah Seli,kepala ibu pusing!"
Santi memijat kepalanya yang pusing.
"Ini tidak bisa dibiarkan,hanya anakku yang pantas untuk putra kepala desa itu."kata Santi dalam hati.
___
Saat ini Ana sedang duduk di depan cermin sambil tersenyum.Lalu Aara datang dan langsung memeluknya.
"Emm..sepertinya ada yang sedang berbunga bunga nih"ledek Dara.
"Diam kau Dara"balas Ana dengan malu.
Dara melepaskan pelukannya.
"Kakak,dipernikahan kakak nanti,aku akan menari demi kakak"ucap Dara.
"Pernikahanku belum ditentukan,kenapa kau bicara seperti itu"balas Ana.
Dara menghembuskan nafasnya pasrah,apa yang dikatakan Ana memang benar.
Ana berdiri lalu memegang kedua pundak Dara.
"Bagaimana dengan kampus,apa kau menyukainya?"tanya Ana.
"Aku sangat menyukainya,kampus itu besar,dikota ada banyak gedung gedung tinggi.kakak tau,kampus ku itu kampus internasional"jawab Dara dengan girang.
Ana tersenyum senang.
"Syukurlah kalau kau menyukainya,kakak harap kau bisa melakukan yang terbaik"