"Secepatnya aku harus memberitahu ayah,karna kalau tidak,aku mungkin akan mengecewakan ayah karna impianku...aku hanya ingin berlari sampai tingkat internasional."kata Dara dalam hati.
Dara berdiri dari duduknya lalu tiba tiba dia berhadapan dengan Seli.Mereka hampir saja bertabrakan.
"Kalau jalan itu liat-liat!"ucap Seli kesal.
"Iya maaf Kak Seli"balas Dara.
"Maaf,lo pikir kesalahan lo itu bisa dibayar dengan maaf!"
"Kak,jangan perpanjang masalah ini,aku malas untuk berdebat sama Kak Seli"
Setelah mengucapkan itu Dara langsung pergi dari hadapan Seli.
"Dasar gak tau malu"ucap Seli.
___
Saat ini di kantor kepala dewan kampus,Pak Rizal sedang menemui kepala dewan yang memintanya untuk datang.
"Pak Rizal,bagaimana dengan atlet yang akan mengikuti kejuaraan,apa anda sudah menemukannya?"tanya kepala dewan.
"Sudah ada beberapa atlet yang merekomendasikannya"jawab Dak Rizal.
"Itu bagus,bisa berikan datanya kepada saya"
Pak Rizal memberikan beberapa daftar nama atlet yang akan mengikuti kejuaraan.
Pak Rizal terus memikirkan Dara...
"Bagaimana dengan gadis itu,apa dia bisa membujuk ayahnya."kata Pak Rizal dalam hati.
Setelah selesai melihat seluruh daftar nama para atlet,kepala dewan kembali menatap Pak Rizal.
"Pak Rizal,saya terima data ini,apa ini sudah cukup"ucap kepala dewan.
"Tidak pak,masih ada satu atlet lagi"
"Siapa itu?"
"Dara Anandia"
___
Persiapan pernikahan masih dilaksanakan,namun sedari tadi Dara hanya duduk saja dan melamun.
"Bagaimana caranya aku bicara sama ayah,sudah banyak waktu yang terbuang,tapi ini pernikahan kakak,kalau seandainya ayah tau impianku disaat seperti ini,keadaan pasti akan kacau,apalagi ayah tidak ingin aku berlari."kata Dara dalam hati.
Santi yang sedang berjalan dengan membawa beberapa barang tanpa sengaja melihat Dara yang hanya diam saja tanpa melakukan apapun.
"Aneh ya,ini 'kan pernikahan kakaknya,tapi adiknya cuma diem aja,gak bisa apa kerja dikit aja"ucap Santi sampai membuat semua orang menatapnya dan Dara bergantian.
Tapi Dara tidak terganggu sama sekali,dia tetap saja berada dalam kegelisahan.Lalu Ana menghampiri Dara dan duduk disampingnya.
"Dara"panggil Ana sambil menggoncangkan tubuh Dara sampai Dara akhirnya sadar akan lamunan.
"Iya"
Ana menatap Dara heran,untuk pertama kalinya dia melihat Dara seperti ini,biasanya Dara selalu semangat dalam hal apapun.
"Kau kenapa?"tanya Ana.
Dara tidak menjawab,dia hanya menatap semua orang yang kini sedang menatap ke arahnya.
Karna melihat Dara seperti itu,Yuda menghampiri Dara lalu memegang pundak Dara.
"Ada apa Dara,kau sakit"ucap Yuda.
"Tidak ayah"balas Dara.
Semuanya keheranan melihat tingkah Dara.
"Aku mau ke kamar mandi"ucap Dara lalu pergi begitu saja.
Karna khawatir Yuda meminta Ana untuk menyusul Dara.
"Ana,kau pergilah temui Dara dan tanya sebenarnya ada apa"ucap Yuda.
"Baik ayah"balas Ana lalu pergi menyusul Dara.
___
Dara memasuki kamar mandi dan menguncinya,dia tidak berniat untuk melakukan apa apa,Dara hanya mencari alasan saja.
"Aku harus apa,impianku atau impian ayah...ayah ingin aku menjadi seorang mentri dan mendapat banyak kehormatan..tapi aku,aku suka berlari,kejuaraan,bagaimana dengan kejuaraannya"ucap Dara.
Ana yang sedari tadi berada di luar kamar mandi mendengar semuanya.
"Apa maksud Dara."kata Ana dalam hati.
Tak lama kemudian Dara keluar dari kamar mandi dan terkejut karna melihat Ana di hadapannya.
"Kakak,sedang apa kau disini"ucap Dara.
"Apa maksud ucapanmu tadi,impianmu dan impian ayah,apa kau tidak bisa mewujudkan impian ayah karna kau memiliki impian lain"
Dara terdiam,dia tidak menyangka kalau kakaknya akan mendengar semuanya.
"Jawab Dara,apa kau memiliki impian lain?"tanya Ana.
Dara kebingungan,lalu dia menarik kakaknya menuju kamar.
___
Saat sampai di dalam kamar,Dara melepaskan tangannya dari tangan Ana.
"Kakak,kau mendengar semua yang aku katakan?"tanya Dara.
"Iya,sekarang kakak tanya padamu,apa kau benar benar mempunyai impian lain"
Dara menyerah,sepertinya dia memang harus memberitahu kakaknya.
"Kakak,aku tidak tau harus bagaimana,impianku sangat berbeda dengan impian ayah,bahkan ayah tidak suka dengan apa yang ada dalam impianku"ucap Dara.
"Apa impianmu itu,Dara?"tanya Ana.
"Atlet"jawab Dara sampai membuat Ana terkejut tidak percaya.
Dara berbalik melangkahkan kakinya sambil berbicara.
"Aku suka berlari,tanpa aku sadari kalau aku memimpikannya..saat pertama kali mengikuti kejuaraan berlari,aku merasa sangat senang,saat berlari rasanya aku seperti sedang terbang,rasanya begitu menyenangkan..saat itu aku lebih menyukai berlari sampai aku ingin menjadi juara internasional,aku ingin mewakili indonesia untuk berlari di tingkat internasional"ucap Dara sambil menghentikan langkahnya.
Ana sangat mengerti dengan apa yang Dara rasakan,lalu dia berjalan menghampiri Dara.
"Kakak mengerti perasaanmu Dara,tapi kau tau 'kan bagaimana ayah..ayah tidak akan mengizinkanmu untuk berlari,ayah hanya ingin kau menjadi seorang mentri,itu impian ayah,kau tau itu"
"Aku tau kak,itu sebabnya aku merasa gelisah,aku tidak tau apa yang harus aku lakukan..apa aku akan mengejar impian ayah,atau justru aku mengejar impianku sendiri"
Ana mengelus kepala Dara.
"Coba pikirkan kembali Dara,kau tidak bisa mengambil keputusan begitu cepat,mungkin kau bicara seperti itu karna obsesimu terhadap berlari,itu bisa aja 'kan,itu belum tentu sebuah impian"
Dara terdiam,sepertinya dia memang harus memikirkannya kembali.
___
Saat ini Satria dan keluarganya sedang mempersiapkan pesta.
Rumah keluarga Satria yang besar bak istana sudah dipasangkan beberapa dekorasi.
Semuanya serba hitam putih,karna Satria sangat menyukai warna itu.Satria berdiri tepat di tengah tengah,dia menatap sekeliling.
Lalu Gita menghampiri Satria.
"Bagaimana menurut kamu,ini indah 'kan"ucap Gita.
"Ini indah sekali ibu,aku menyukainya"balas Satria.
Tak lama Adi datang dengan membawa tas di tangannya lalu menghampiri Satria dan Gita.
"Satria,undangan pesta ulang tahun sudah selesai dicetak,kamu hanya tinggal membagikannya kepada teman-temanmu"ucap Adi sambil mengeluarkan beberapa undangan dalam tasnya lalu memberikannya kepada Satria.
"Kartu undangannya mewah sekali,ayah"ucap Satria kagum melihat kartu undangannya yang mewah.
"Ini spesial,ayah akan memberikan yang terbaik untukmu"balas Adi.
Mereka sama sama tersenyum,Satria menatap kartu undangannya.
"Kalau begitu aku ambil semua undangannya"ucap Satria sambil mengambil tas yang dipegang Adi.