"Aku mohon pak,tolong kalian semua keluar dari rumah ini,aku tidak ada maksud untuk mengusir kalian,tapi ini adalah urusan keluargaku,aku minta perhatiannya dari kalian"ucap Dara lalu kepala desa memerintahkan para warganya untuk keluar.
Mereka semua pun pergi dari rumah.
Keadaan kembali hening,Dara mengambil kembali amplop berisi uang yang dilempar oleh Yuda tadi.
Dara hanya mengambil amplopnya,dia membiarkan piala dan juga mendalinya begitu saja.
Dara yang meneteskan air mata kembali menghapusnya.
Lalu Dara mengeluarkan uang yang ada dalam amplop tersebut.
Dara juga mengeluarkan perhiasan nenek dan ibunya dalam tas yang pernah dijual untuk biaya kuliah.
Dara berjalan menghampiri Nenek lalu memberikan perhiasan neneknya.
"Ini perhiasan nenek,maaf kalau nenek harus berkorban demi aku,aku tau perhiasan ini sangat berharga buat nenek,tapi nenek rela menjualnya hanya demi aku;aku minta maaf nek"ucap Dara lalu menyalami neneknya.
Nenek begitu terharu dengan apa yang Dara lakukan.
Lalu Dara beralih menghampiri Maya ibunya.
Dara memberikan perhiasan Maya.
"Dan ini perhiasan ibu,aku tau kalau ini adalah satu satunya harta yang ibu punya,makasih jika ibu sudah mau merelakannya demi aku,aku minta maaf bu"ucap Dara lalu menyalami Maya.
Dengan cepat Maya memeluk Dara dengan erat,dia juga meneteskan air mata.
Dara melepaskan pelukannya lalu beralih menghampiri Santi dan Seli.
Dara meraih tangan Santi lalu memberikan semua uang yang dia dapatkan.
"Bibi,dengan ini aku membuktikan bahwa nenek tidak pernah membeda bedakan antara cucu satu dengan yang lainnya,anggap saja kalau uang ini adalah pemberian nenek untuk Kak Santi,jika nenek sudah menjual perhiasannya demi aku,maka dia akan memberikan uangnya demi cucu yang lain"ucap Dara.
Dengan senang hati Santi menerima uang yang Dara berikan,dia tidak peduli dengan apa yang Dara katakan.
Maya,Nenek dan Ana meneteskan air mata melihat kebaikan hati Dara.
Lalu Dara menghampiri Yuda.
"Maaf ayah,aku tau kalau aku telah berbohong,awalnya aku tidak mengikuti kejuaraan,tapi aku mengikutinya untuk mendapatkan uang dan bisa masuk kampusntapi ternyata ayah sudah mendaftarkan aku..aku tidak tau akan hal itu,lalu datang masalah lain yang membuat aku harus tetap mengikuti kejuaraan,aku hanya ingin mengembalikan apa yang sudah ayah,nenek dan ibu keluarkan demi biaya kuliahku"ucap Dara lalu mengeluarkan uang dalam tasnya.
"Ini,aku gak tau jumlahnya sama,lebih atau justru kurang dengan uang yang selama ini ayah tabung,tapi setidaknya aku bisa mengembalikan uang tersebut"
Dara memberikan uangnya kepada Yuda,dara memang sempat memisahkan uang yang akan dia berikan kepada bibinya dengan ayahnya.
Dara juga menggunakan uangnya untuk membeli kembali perhiasan yang sempat dijual.
Yuda tidak bisa berkata kata,dia terus menatap mata putrinya yang begitu tulus.
"Sekali lagi aku minta maaf karna aku telah membuat kesalahan kepada kalian semua,aku hanya ingin yang terbaik"
Setelah mengucapkan itu,Dara menangis lalu berlari memasuki kamarnya.
"Anak itu berlomba demi kita,bagaimana mungkin kita memarahinya seperti itu"ucap Nenek.
Maya menghampiri Yuda.
"Dengar,tolong kau temui Dara dan bicara baik baik,aku mohon"ucap Maya lalu Yuda mengangguk setuju.
Yuda berjalan mengambil piala beserta mendali lalu pergi untuk menemui Dara.
___
Saat sampai di kamar Dara,Yuda melihat Dara yang sedang membuka sepatunya.
Yuda tersenyum lalu menyimpan piala beserta mendali di atas meja setelah itu duduk disamping Dara.
Dara sadar akan kehadiran ayahnya,namun dia bersikap seakan akan tidak mengetahui hal itu.
"Dara,maafkan ayah"ucap Yuda lalu Dara menghentikan aktivitasnya dan menatap Yuda.
"Ayah tau apa yang kau lakukan itu memang salah,tapi kau melakukan itu demi kebaikan kami semua..Dara,ayah hanya tidak ingin kau terbiasa dengan berlari,kau harus ingat kalau kau itu seorang gadis,berlari hanya akan membuat masa depan yang suram"sambung Yuda.
Dara tersenyum.
"Ayah,ayah tidak perlu meminta maaf,seharusnya aku meminta izin ayah terlebih dahulu,tapi aku justru malah menyembunyikannya"balas Dara.
Yuda tersenyum lalu memeluk putrinya tersebut dengan lembut.
"Walau ayah tidak suka aku berlari,sejak dulu aku tetap melakukannya,saat berlari rasanya begitu nyaman dan indah,suasana yang berbeda."kata Dara dalam hati sambil mengingat bagaimana momen dia setiap berlari.
Yuda melepaskan pelukannya lalu memegang kedua pipi Dara.
"Lupakan masalah ini,lebih baik sekarang kau persiapkan diri untuk masuk kampus besok"ucap Yuda lalu Dara mengangguk.
Yuda pun keluar dari kamar Dara...
Dara berdiri lalu menghampiri piala dan mendali yang dia dapatkan.
Dara memegang kedua penghargaan tersebut dengan menatapnya lekat.
"Untuk pertama kalinya aku mengikuti kejuaraan,dan aku memenangkannya,rasanya seperti mimpi yang menjadi nyata"ucap Dara lalu kembali menyimpan penghargaannya.
___
Keesokan harinya...
Dara berdiri di depan cermin dengan mempersiapkan diri untuk pergi ke kampus.
Dara terus tersenyum menatap diriya di cermin,dia hanya menggunakan pakaian sederhana tetapi tetap spesial.
Lalu Yuda dan Maya datang menghampiri Dara,mereka berdua berdiri tepat dibelakang Dara.
Dara menatap kedua orang tuanya di cermin.
Mereka sama sama tersenyum.
"Putriku cantik sekali"ucap Yuda dengan senang.
"Kau cantik,Dara"sambung Maya.
Dara berbalik menatap kedua orangtuanya.
"Doa'in aku ya"ucap Dara.
"Pasti,doa kami akan selalu ada untuk kamu"balas Maya sambil mengelus kepala Dara.
___
Karna keberadaan kampus ada di kota,Dara pergi dengan menaiki bis dipagi hari.Setelah beberapa waktu dalam perjalanan,Dara turun dari bis dengan sangat bahagia.
"Beginikah kota"ucap Dara dengan sembringah sambil menatap gedung kampusnya yang begitu besar.
"Jadi aku akan kuliah di kampus sebesar ini..hebat,ini hebat sekali"
Lalu Dara berjalan memasuki kampus,Dara melewati gerbang kampus yang begitu besar.
Dara terkagum kagum melihat setiap sudut kampus yang begitu indah.
Disekitarnya banyak sekali mahasiswa,Dara memperhatikan penampilan yang mereka pakai.
"Penampilan mereka sangat beda denganku,mereka datang ke kampus dengan mobil mewah dan menggunakan pakaian yang mewah,kehidupan kota memang sangat berbeda dengan kehidupan di desa."kata Dara dalam hati.
Dara terus berjalan disekitar kampus,saat sampai diparkiran,Dara melihat ada keramaian.
Karna penasaran Dara menghampiri keramaian tersebut.
Seseorang menggunakan motornya yang besar sambil melakukan beberapa teknik.
Dia mengendarai motornya dengan berputar dan lain lain.
"Hebat,dia hebat sekali"
Banyak masiswa lain yang memuji orang tersebut,tetapi Dara justru merasa khawatir.
"Dia cari mati atau bagaimana,mengendarai motor tapi kayak gitu."kata Dara dalam hati.