Kapal bajak laut berbendera bunga mawar dengan dua pedang bersilang warna merah, kuning, hitam itu berkibar kemudian bergoncang ke kiri dan ke kanan saat suatu gelombang yang sangat besar mengayunkan kapal. Saat itu gelombang air laut di dalam goa raksasa yang disebut Pintu Neraka Gadasir tersebut sedang menggejolak seiring kemunculan makhluk raksasa mirip manusia namun berbadan ikan seperti Mermaid namun versi laki-laki.
Gelombang air laut yang sangat besar mengombang-ambingkan kapal bajak laut Rose hingga membuat seisinya seperti sekumpulan biji kacang yang dikocok dalam botol.
Air laut menyembur ke dalam dek kapal dengan derasnya. Air laut tersebut membuncah saat menghantam dek kapal, membuat beberapa orang awak kapal yang berada di luar, terpelanting sembari tetap berpegangan pada tiang ataupun tali.
"Gelombang ini terlalu besar. Kapal kita bisa terbalik kalau terus begini!" teriak salah seorang awak kapal.
"Amaye, sepertinya kita akan mati di sini. Apa keinginanmu sebelum mati?" ujar salah satu awak kapal berambut kejur serta berpakaian seperti seorang Ronin berwarna hitam namun tanpa katana.
"Hahaha, jangan berkata seolah-olah kita akan mati dibunuh Holox. Mau tau keinginanku sebelum mati, Herman? Aku hanya ingin tetap hidup sampai kita tiba di Pulau Firdaus," tukas Amaye si awak kapal berturban dengan brewok tipis itu.
"Keinginan yang ketinggian. Holox tidak mungkin akan melepaskan kita begitu saja kecuali ada keajaiban menghampiri kita," tukas Herman.
Amaye terkekeh. "Tunggu saja apa yang akan dilakukan komandan Ranjit dan kapten kita."
Byurrrrrrr
Gelombang besar air laut kembali membuncah menghantam dek kapal. Tiang layar terdengar berderak-derak saat kapal oleng ke segala arah dengan kerasnya.
Di dalam kabin, Rose dan Ranjit tampak bergelantungan dengan kedua tangan memegang pegangan di langit-langit kabin.
"Holox mengamuk, dan kita bisa tidak selamat, kapten," ujar Ranjit.
"Kenapa kau mengatakan itu pada orang yang belum pernah melewati tempat ini? Kau kan sudah pernah melewati tempat ini sebelumnya dan kau selamat. Bagaimana itu caranya?" Rose menatap sinis ke arah Ranjit.
"Itu hanya kebetulan, kapten. Holox sepertinya saat itu sedang tidur pulas," tukas Ranjit sembari melihat ke luar jendela.
Rose menggeleng. Ia tampaknya sedang menebak jika tangan kanannya tersebut sedang menyembunyikan sesuatu di benaknya.
"Kapten Turras?" ucapnya pendek membuat Ranjit terkejut kemudian menoleh ke arahnya.
"Baiklah, dia seorang kapten bajak laut yang ahli berpedang. Selain itu kelebihannya ada pada restu Sang Nenek Sihir dari Garot," ucap Ranjit akhirnya mengungkapkan hal yang ia pikirkan.
"Garot? Garut?" ucap Rose.
"Seorang nenek sihir yang sangat sakti. Kesaktiannya mampu melindungi siapapun yang dia kehendaki. Kapten Turras adalah salah satunya. Asal kau tahu di atas kapal ini hanya aku yang tahu mengenai hal itu. Awak yang lain tidak ada satupun yang tahu. Aku lebih suka merahasiakannya karena aku tidak suka banyak omong. Kecuali kepadamu aku beberkan hal itu. Itulah mengapa saat kami masuk ke Samudera Marsmar kami tidak mengalami kesulitan saat melewati Pintu Neraka Gadasir ini," ungkap Ranjit panjang lebar.
Grudaggggg
Suara benda bertubrukkan terdengar di luar kabin saat kapal kembali terguncang dengan hebat. Bahkan kali ini kapal seperti sedang diangkat tinggi karena baik Rose maupun Ranjit dan yang lain dapat melihat langit-langit gua raksasa semakin mendekat ke arah kapal seperti hendak menghantam.
"Oh, tidak! Kapal kita akan hancur menabrak langit-langit berbatu itu!" teriak Herman yang sedang berpegangan bersama Amaye.
Kapal tersebut memang sebentar lagi akan menghantam langit-langit Pintu Neraka Gadasir jika gelombang air laut yang sedang menggejolak menjadi semakin besar.
"Ahh, mengganggu saja!" Mendadak Turman keluar dari kabin bawah dek melalui tangga. "Aku sedang enak-enak tidur malah diganggu hal beginian. Makhluk itu belum tahu siapa itu Turman Michael Red!"
Turman mendadak melemparkan sebilah kapaknya ke arah gelombang besar air laut yang akan segera menghempaskan kapal ke langit-langit goa raksasa itu.
Blarrrrr
Gelombang air laut menggejolak hebat disusul kemunculan sosok Guardian Holox di permukaan air yang sedang menggejolak itu.
Guardian Holox memiliki wujud seperti Poseidon namun wajahnya sungguh sangar dan menyeramkan. Seluruh tubuhnya bersisik serta bagian bawah tubuhnya adalah tubuh ikan raksasa nan panjang. Intinya Guardian Holox adalah Mermaid versi laki-laki berukuran raksasa (belum dikenal istilah MERMAN).
"Aku akan melawanmu jika kau terus mengganggu perjalananku, raksasa ikan!" Turman menggenggam kuat-kuat gagang kapaknya seraya mengalirkan kekuatannya melaluinya.
Tanpa menyahut, Guardian Holox melayangkan tamparannya yang sangat besar ke arah Turman. Jika tamparan tangan raksasa itu mengenai kapal, dipastikan kapal akan hancur atau paling tidak terlempar jauh.
Namun rupanya Turman bukan sembarangan orang. Tentu ia tidak akan berani menantang makhluk laut berukuran raksasa itu jika ia tidak memiliki kemampuan untuk menghadapinya.
Turman menangkis tamparan Holox dengan kapaknya hingga menimbulkan goncangan hebat ke kapal.
"Aaaaaa..... Turman, tolong kami! Kami akan mati!" teriak beberapa orang awak kapal yang bergelantungan hingga ke atas permukaan gelombang air laut yang sedang menggejolak.
"Kutolong pun kalian tetap akan mati, bodoh!" Turman melompat ke arah datangnya serangan Holox berikutnya.
Kini Turman tepat berada di atas punggung tangan Holox. Ia kemudian berlari menyusuri lengan raksasa Holox hingga mencapai pundak makhluk itu.
"Ieuwww, tubuhnya juga berlendir seperti Hagfish!" Turman melompat saat Holox hendak menepuknya.
Di atas kapal, Rose dan Ranjit terpana melihat apa yang dilakukan Turman yang di luar dugaan.
"Apa-apaan dia ini? Dia bisa terbunuh kalau begitu caranya," ujar Ranjit dengan ngeri melihat ke arah pertarungan antara Turman dan Holox.
Rose tidak berkomentar. Ia terlihat mengeluarkan sebatang bunga mawar merah dari balik pinggangnya. Ia kemudian mengangkat bunga tersebut dan mencium kelopaknya.
"Aku juga tidak ingin berpangku tangan. Tunggu aku di sana, Turman!" ucap Rose kemudian melontarkan bunga mawarnya ke arah Holox.
Ajaib, tubuh Rose seolah tertarik oleh bunga mawar tersebut. Ia meluncur dengan kencang mengikuti ke mana bunga mawarnya melesat.
Selanjutnya Rose mendarat di atas punggung Holox. Selanjutnya ia meraih bunga mawarnya dan menancapkannya di punggung Holox.
Beberapa saat kemudian Holox menggeliat kencang kemudian jatuh masuk ke dalam air.
Sedangkan Turman dan Rose cepat-cepat melompat ke arah kapal yang kebetulan jaraknya cukup dekat.
"Kenapa tidak dari tadi kau lumpuhkan dia?" Turman menggerutu ke arah Rose.
Rose tersenyum sinis. "Aku hanya ingin tahu siapa di antara anak-anak buahku yang berani menghadapi makhluk itu."
"Jadi kau jadikan keadaan genting ini sebagai ujian buat awak kapal? Kau ternyata gila juga," ucap Turman seraya menuruni tangga.
Tak lama setelah Holox tengggelam ke dalam air, gelombang besar semakin mengecil hingga permukaan air pun menjadi tenang. Kapal pun kini dapat melaju hingga ke ujung dari ruangan goa raksasa ini.
√Perbatasan Desa Wijen dengan Desa Perawan
Ado tampak sedang memperhatikan dinding yang terbuat dari kayu gelondongan. Dinding tersebut memiliki tinggi sekitar lima meter serta cukup tebal. Dinding tersebut merupakan perbatasan sekaligus pembatas antara desa di seberang dinding dengan desa-desa lain yang berdampingan dengan Desa Wijen.
"Kau ingin ke sana?" Uday turut melihat ke arah dinding tebal tersebut.
"Kau akan melihat banyak gadis cantik nan seksi di sana, do. Tapi akan ada harga yang harus dibayar mahal yaitu kepalamu," kata Farha yang turut datang bersama Uday.
"Kok bisa begitu?" Listi tampak penasaran setelah mendengar kata-kata Farha.
"Desa Perawan. Itulah namanya. Sebagaimana namanya desa itu hanya dihuni para perempuan saja yang hampir sembilan puluh persennya masih perawan. Orang-orang luar desa itu tidak ada yang berani mendekat apalagi memasuki desa itu. Apalagi laki-laki jika ada yang ke sana akan pulang tanpa kepala," jelas Farha. "Aku tahu soal ini dari ayahku. Jadi jangan tanyakan lagi aku tahu dari siapa."
"Sepertinya seru kalau aku memasuki desa itu. Aku penasaran apa yang akan mereka lakukan terhadapku jika aku berani memasuki desa mereka," ujar Ado membuat semua orang tercengang.
"Menantang bahaya bagimu mungkin seru, do. Tapi mengusik kehidupan para perempuan ganas sama sekali bukan ide yang menarik," tukas Marcell.
Ketika mereka sedang memperhatikan dinding kayu itu, dari belakang mereka muncul Ilsa dengan kedua matanya yang menyorot tajam.
"Aku ingin ikut kalian."
Semua orang menoleh ke arah Ilsa. Terkejut dengan perkataan gadis cantik berwajah agak garang itu.
<<<[]>>>