Chereads / Berlayar ke Pulau Harta / Chapter 39 - Sang Penguntit [Alur Desa Perawan Bagian 2]

Chapter 39 - Sang Penguntit [Alur Desa Perawan Bagian 2]

Di tengah-tengah pemukiman dengan jalan berbatu selebar 2,5 meter.

Listi terlihat sibuk mengobati teman-temannya yang terluka. Setidaknya empat orang di antara mereka mengalami luka-luka karena serangan para perempuan pembunuh itu.

Marcell, Ilsa, Farha, dan Listi sendiri sempat terkena serangan musuh hingga mengalami luka-luka dengan beragam kondisi.

Hanya Ado dan Uday yang tidak mengalaminya. Entah karena Ado sekarang adalah yang terkuat di antara mereka, dan Uday adalah seorang penyihir yang mampu memanipulasi serangan musuh.

"Sekarang bagaimana?" tanya Uday kepada Ilsa sambil berjongkok.

Ilsa melihat ke arah Uday, kemudian melihat ke arah celananya yang kini tinggal sepotong karena dipotong oleh Listi untuk membalut lukanya.

"Mereka sangat hebat. Tapi sekarang mereka sudah tumbang. Aku rasa kita tidak perlu ragu lagi untuk melanjutkan langkah ke pusat desa. Aku perlu bertemu dengan pemimpin desa ini." Ilsa saat itu sedang duduk di tanah sambil menangkup lutut.

"Bisa jadi ini baru permulaan. Bukan tidak mungkin kita akan menghadapi yang lebih kuat lagi. Itu seharusnya bisa kita hindari mengingat di antara kita ada yang terluka," kata Listi seraya menempelkan perban ke lengan Marcell.

"Aku penasaran kenapa pemimpin desa selalu mengirim para pembunuh kepada orang asing yang mendatangi desa ini?" ucap Ado sambil melihat ke arah kejauhan.

"Pasti ada alasannya. Apapun itu sangat membuatku penasaran," tukas Farha.

Sementara Ado dan kawan-kawan sedang berkumpul, sepasang mata dari balik sebatang pohon besar tampak mengawasi.

"Sial! Pasukan pembunuh berhasil mereka kalahkan. Mana para pembunuh tidak melumuri senjata dengan racun. Ini semua karena mereka terlalu percaya diri bisa mengalahkan rombongan musuh yang ternyata sangat kuat," rutuk si pengintip dalam hati seraya bergegas meninggalkan tempat itu.

Sementara itu di lautan lepas beberapa kilometer jauhnya dari Pintu Neraka Gadasir, kapal bajak laut Rose berlayar dengan angkuh.

Tampak para awak sedang berpesta di geladak kapal. Mereka merayakan keberhasilannya melewati Pintu Neraka Gadasir.

Mereka merayakannya dengan minum-minum juga bakar-bakar ikan.

"Ahahaha, ini sangat menyenangkan," ujar Amaye sambil mengacungkan segelas arak ke udara.

"Ini luar biasa! Hei, Turman, kau sangat berani menyerang Holox. Kau benar-benar andalan kami," kata Herman sambil melihat ke arah Turman yang sedang berdiri bersandar ke tiang layar.

Turman hanya mendecih.

"Kalian memang payah! Kalau bukan karena aku, kapten tidak akan turun untuk menaklukkan putri duyung besar itu." Ia menoleh ke arah Rose yang sedang duduk bersantai di kursi lonjer pantainya.

Rose saat itu hanya mengenakan bikini dengan motif bunga warna hijau dengan selendang putih yang melingkari tubuhnya. Ia juga memakai kacamata hitam sembari memegang seloki berisi anggur.

"Kau sangat menawan, kapten. Duuh itu sepasang bukit kembarmu tidak tertutup seutuhnya," ucap Turman dengan kata-kata nakalnya.

Rose melirik ke arah Turman.

"Aku merasa lebih baik dengan mengenakan pakaian seperti ini karena itu mengingatkanku sewaktu di One Ring dulu. Kami suka sekali ke pantai. Berjemur dengan hanya mengenakan celana dalam tanpa bra atau telanjang bulat sama sekali," tutur Rose membuat Turman tercengang.

"Itu akan menjadi pemandangan yang sangat indah di mata para laki-laki. Ngomong-ngomong Ranjit kenapa tidak ikut berpesta?" tukas Turman.

Rose tersenyum sinis.

"Dia terlalu pemalu. Dia sangat lemah terhadap perempuan yang mengenakan pakaian seksi," kata Rose membuat Turman terbahak-bahak.

"Hahahaha. Wakil kapten kita ini benar-benar lugu, ya. Aku tidak habis pikir bagaimana seorang pria dewasa bisa ketakutan melihat tubuh wanita yang terbuka. Apa jadinya kalau ia berhadapan dengan perempuan telanjang? Mungkin dia sudah mati bunuh diri."

"Dia itu unik. Aku pernah menggodanya saat ia kupanggil ke kamarku. Aku ajak dia berhubungan seks. Dia tidak menanggapi. Malah dia lari keluar dari kamarku," tutur Rose seraya menggelengkan kepala.

Turman kembali tertawa setelah mendengar perkataan Rose.

Mendadak salah seorang awak kapal yang bertugas di atas menara layar kapal, berteriak.

"Waspada! Kapal Angkatan Laut!"

Semua orang lantas menghentikan pesta. Mereka berhamburan ke tempat kerja masing-masing. Mereka segera mengarahkan kapal agar tidak ditemukan oleh kapal Angkatan Laut.

Rose berdiri di tepi anjungan kemudian mengarahkan teropongnya ke arah tenggara di mana terlihat tiga kapal berbendera biru yang saling beriringan.

"Ranjit, keluarlah! Kau pasti tidak akan senang melihat kapal-kapal itu," serunya.

"Aku lebih tidak senang melihatmu mengenakan pakaian dalam begitu," sahut Ranjit dari bawah dek.

"Kalau begitu aku akan melepaskannya," kata Rose sambil melepas bra.

"Kapten, bisa kau hentikan itu!" Amaye berteriak. "Kita harus menjauhi area ini. Kapal Angkatan Laut tidak akan segan menenggelamkan kita."

"Atau aku yang akan menenggelamkan mereka," kata Rose dengan cueknya bertelanjang dada di hadapan para awak kapal.

"Jangan coba-coba, kapten. Jangan membuat masalah dengan mereka. Jika kita menenggelamkan mereka, kita akan menjadi buronan pemerintah Eclipse seumur hidup. Bahkan setelah mati pun kita tetap akan mereka buru," kata Ranjit yang muncul dari balik tangga geladak kapal. Ia tercengang saat melihat payudara Rose yang tidak begitu besar terlihat begitu saja.

"Kapten kita ini suka membuat sensasi rupanya. Anak-anak, arahkan kapal ke utara. Jangan sampai mereka mengejar kita," seru Turman yang sedang berada di dekat tiang utama.

"Kau memberi komando seperti seorang kapten?" Rose menoleh ke arah Turman dengan tatapan tidak senang.

"Aku hanya melakukan apa yang terbaik, kapten. Bukan waktunya untuk kita berperang dengan angkatan laut milik pemerintah Eclipse. Kita tidak boleh mati sia-sia dengan menyerang pemerintah," tukas Turman dengan tenang kemudian menaiki tiang layar tersebut. "Wakil kapten pasti setuju denganku. Kenapa? Karena ia lebih berpengalaman di lautan. Aku bukannya meragukanmu, kapten. Tapi kulihat kamu baru saja mengambil keputusan yang berbahaya. Kita baru bisa menyerang mereka jika kita memiliki banyak aliansi."

Rose mendengus kemudian berlalu menuju kabin kapal. Tampaknya ia ia tidak bisa menyanggah apa yang dikatakan Turman.

Sementara itu di salah satu kapal Angkatan Laut.

"Lapor, komandan. Sebuah kapal bajak laut terlihat di arah jam 11," ujar seorang perwira angkatan laut saat tengah menghadap komandannya.

"Kejar dan tenggelamkan!" tukas sang komandan dengan papan nama Admiral Sugo Yasakazi.

"Baik, komandan. Siap laksanakan!" Perwira tersebut segera undur diri setelah mendapat perintah tegas dari Admiral Sugo.

Tak lama kemudian kapal yang dikomandoi Admiral Sugo segera menerabas ombak lautan untuk mengejar kapal bajak laut yang sedang berusaha melarikan diri.

Sementara dua kapal lainnya turut mengikuti meski dengan kecepatan terbatas karena besarnya gelombang air laut di area itu.

"Apa yang dilakukan Admiral Sugo? Apa ada kapal bajak laut di sana?" ujar salah seorang perwira di kapal kedua yang sedang menyusul kapal Admiral Sugo.

Komandan kapal kedua terlihat menaiki dek kemudian mengarahkan teropongnya.

"Kapal bajak laut yang belum teridentifikasi. Kita sebenarnya tidak ada urusan dengan para bajak laut. Tapi Admiral Sugo adalah seorang pendendam. Aku pernah mendengar sumpah serapahnya untuk menghabisi semua bajak laut yang ditemuinya," ucap komandan berpapan nama Kapten Ilias Joshua.

"Kenapa bisa begitu, kapten?" tanya perwira itu.

"Kekasihnya direbut bajak laut. Itu dulu sekali sewaktu dia masih muda," tukas Ilias seraya terkekeh.

Kapal yang dikomandoi Admiral Sugo terlihat bermanuver agar segera dapat mengejar kapal bajak laut yang diincarnya. Namun, kapal bajak laut yang dipimpin Marianne Rose tersebut telah menghilang di balik menjulangnya ombak di lautan luas.

Tentu saja apa yang dilakukan Admiral Sugo menjadi sia-sia karenanya. Karena itulah, pria berusia 60 tahunan itu uring-uringan sambil membuang botol sampanyenya ke laut.

"Lain kali akan kuremukkan kapal bajak laut itu kalau kutemukan. Aku sudah gatal ingin menggunakan gada berduri ini," geram Admiral Sugo sambil meremas gagang gadanya.

<<<{}>>>