Chereads / Berlayar ke Pulau Harta / Chapter 34 - Kau Tidak Bisa Membunuhku [Arc Wijen Village Bagian10]

Chapter 34 - Kau Tidak Bisa Membunuhku [Arc Wijen Village Bagian10]

Masih di kaki Bukit Yaswar

Farha dan Ado terlibat pertarungan sengit melawan Yaswar. Sementara Ilsa kini bertarung dengan Listi.

Pertarungan tersebut cukup sengit dan sangat merusak karena hutan kecil yang berada di sekitar lokasi pertarungan terbabat hingga hampir habis.

Yaswar melontarkan puluhan sinar hijau ke arah dua lawannya yang segera menangkisnya menggunakan kemampuannya masing-masing.

"Alot juga pertarungan kita, far. Apa kau tahu sesuatu agar kita bisa segera mengalahkannya? Aku jenuh karena pertarungan ini tidak segera selesai. Lagipula pertarungan ini membuat banyak pohon tumbang dengan sia-sia." Ado menoleh ke arah Farha.

"Kau pikirkan saja teknik apa yang kau bisa untuk mengalahkannya. Kita butuh teknik baru untuk mengalahkannya," tukas Farha seraya menyilangkan dua pedangnya di depan badannya.

Ado tercenung sejenak kemudian mengingat-ingat berbagai hal termasuk ketika ia dilatih oleh Nenek Lily dalam menggunakan teknik baru yang lebih mirip dengan teknik memegang angin yang diajarkan oleh Kakek Pengemis. Ia pun berpikir bagaimana jika teknik memegang angin ia gabungkan dengan teknik yang diajarkan Nenek Lily.

Tanpa menukas perkataan Farha, Ado menyambar salah satu pedang yang digunakan oleh Farha yaitu Pedang Putih. Farha pun terkejut dengan apa yang dilakukan Ado.

"Hei, apa-apaan kau?" pekiknya tanpa bisa mencegah Ado dari merampas pedangnya.

"Teknik baru," tukas Ado tanpa mempedulikan tatapan tajam dari Farha.

Farha akhirnya hanya memperhatikan apa yang dilakukan Ado. Pemuda tersebut dengan pedang putih, melompat ke arah datangnya serangan Yaswar.

"Kau menggunakan pedang? Untuk melawanku? Memang kau bisa melakukan apa dengan pedang itu?" Yaswar memperhatikan apa yang dilakukan Ado.

"Lihat saja nanti!" Ado mengalirkan kekuatannya ke tangan kanan yang ia gunakan untuk menggenggam pedang putih.

Selanjutnya ia menebas beberapa butir sinar hijau yang dilancarkan Yaswar menggunakan pedang tersebut.

Blarrrr...

Sinar-sinar hijau itu meledak tatkala terkena tebasan Ado.

Ado kemudian melompat ke udara kemudian meluncur deras ke arah Yaswar yang berjarak sekitar lima meteran darinya. Sedangkan Farha turut menyusul Ado dengan pedangnya yang satu lagi yaitu Pedang Hitam.

Ado berhasil mencapai Yaswar kemudian melakukan serangan gencar dengan pedangnya.

"JURUS TINJU PEDANG TANDUK BANTENG!" Ado menyebut nama teknik atau jurus barunya sembari memasukkan serangan yang sukses menghantam bahu kiri Yaswar.

Serangan tersebut adalah tinju Ado yang mana sedang menggenggam gagang pedang. Otomatis bukan mata pedangnya yang mengenai lawan.

Yaswar pun terjengkang dengan sinar hijau yang terlontar ke udara.

"Kau berhasil memukulku. Baru kali ini ada orang yang bisa menyentuhku dalam pertarungan. Tidak heran, kau adalah Michael Red." Yaswar terhuyung sambil memegangi bahunya yang terasa sakit.

Setelah berkata demikian, Yaswar mendapatkan serangan lain dari partner bertarung Ado, yaitu Farha. Serangan pedang hitam yang sangat gencar mengarah pada lehernya.

Namun Yaswar dapat mengimbangi serangan itu, bahkan memukul balik Farha hingga terlontar mundur beberapa langkah. Tetapi kemudian serangan Ado berikutnya menghantam dada Yaswar hingga ia terpelanting kemudian menabrak salah satu rumah di kaki bukit.

Bruaggggg.....

Tubuh Yaswar menghantam dinding rumah yang terbuat dari kayu hingga hancur berantakan.

Tanpa membuang kesempatan, Farha lantas melompat kemudian menusukkan pedang ke Yaswar saat ia berhasil mencapainya. Namun Yaswar yang sedang dalam posisi telentang menangkap bilah pedang Farha dengan kedua telapak tangannya serta dengan sekuat tenaga ia menahan hujaman mata pedang lawannya tersebut.

"Kau akan segera mati. Ucapkan kata-kata terakhirmu, pembantai keluargaku!" Farha dengan gigi gemeretak pertanda mengeluarkan tenaga sekuatnya berkata.

"Kkau tidak akan bisa membunuhku. Apalagi setelah kau tahu bahwa aku ayahmu, ayah kandungmu," kata Yaswar dengan nada gemetar disertai deru nafas yang berat.

"Jangan beromong kosong denganku, pembunuh! Aku tidak memiliki ayah. Ayahku sudah lama meninggal di negeri orang," tukas Farha dengan geram.

"Kkau salah, puteraku. Aku belum mati tapi mungkin akan segera jika kau bersikeras ingin membunuhku." Kedua mata Yaswar menatap ke arah Farha dengan tatapan seseorang yang sedang tidak ingin berbohong.

"Wajahmu memiliki kemiripan dengannya, far. Apa iya dia itu ayahmu yang sering kau ceritakan bahwa kau tahu dia dari cerita tukang kebunmu?" ujar Ado saat mencapai tempat di mana Farha sedang mengancam Yaswar.

"Diamlah, do! Ayahku sudah lama mati. Setidaknya itu yang aku tahu dari mendiang ibuku," tukas Farha mendengus.

"Kamu percaya pada ibumu? Jujur aku menyesal kenapa aku harus membunuhnya, puteraku. Perselingkuhannya dengan Barta bukan alasanku menghabisinya. Tapi membohongimu dengan mengatakan bahwa ayahmu yang adalah aku sudah mati sangat-sangat tidak bisa aku toleransi. Dia sudah mengajarimu untuk berbohong dengan mengatakan di depanmu bahwa aku sudah mati," papar Yaswar. "Dia membohongimu dan semua orang agar dirinya leluasa berselingkuh dengan Barta. Sementara aku di negeri orang bekerja siang malam demi menghidupi kalian berdua."

"Diamlah kau, pembunuh!" Farha terus mendorongkan pedangnya ke dada Yaswar.

"Kau merasa dendam karena aku telah membunuh ibumu dan selingkuhannya yang kau anggap ayah tiri? Jika memang demikian, aku rela mati di tangan puteraku sendiri. Tidak apa, asal tujuanmu membalas dendam sudah tercapai." Yaswar perlahan mengendurkan genggamannya hingga pedang yang dihujamkan Farha meluncur deras ke dadanya.

<<<[[]]>>>