Kaki bukit Yaswar
Ilsa yang telah mantap untuk menghabisi lawannya segera menderu sembari mengayunkan gadanya ke arah Listi yang masih terpaku di tempat sambil meringis kesakitan.
Listi sepertinya sudah siap jika hari itu dirinya harus berakhir. Mungkin memang inilah yang harus ia hadapi.
Namun kemudian seseorang yang sedang menyantap semangkuk sup, muncul pas di hadapan Ilsa. Ilsa pun langsung menghentikan serangannya.
"Kau!" Ilsa menatap tajam ke arah laki-laki pemakan sup yang baru muncul itu.
Sementara itu di area yang dipenuhi pepohonan di kaki bukit yang sama, Marcell sedang terengah-engah dengan wajahnya dipenuhi lelehan darah dari lukanya. Luka itu ia dapatkan dari lawannya yang cukup tangguh, yaitu Murray Don Dai, si pengguna basoka dan dual revolver.
"Hoi, di mana kau pemanah pengecut! Jangan bisanya cuma bersembunyi. Nanti akan kuratakan hutan ini dengan basoka!" ancam Murray yang sedang memanggul basokanya sambil mengarahkannya ke setiap pohon di sana.
Marcell yang mendengar ancaman itu lantas keluar dari balik sebatang pohon kemudian berteriak.
"Tidak perlu kau ratakan pepohonan tidak berdosa ini. Aku di sini, burung Murray!"
Muray yang mendengar itu lantas terbahak-bahak.
"Hahahaha... Nyalimu boleh juga, pemanah. Padahal kau sudah terluka sedemikian parah. Siapa pula yang bisa menghadapi kehebatanku!"
"Jangan sombong, kau burung Murray. Kau memang ahli berkicau dengan prestasi nol. Ayo kita lihat siapa yang akan roboh duluan!" Marcell menantang musuhnya itu tanpa gentar.
Muray mendelik.
"Oh, kau sekarang sudah merasa hebat, ya. Baiklah, sekarang terima ini!" Murray menembakkan basoka ke arah Marcell yang telah siap dengan panahnya.
"Kebetulan aku membawa pistol ini dari rumah Pak Dodo. Hmm, mungkin ini akan mempersulitnya," gumam Marcell seraya dengan cepat mencabut pistol dari pinggangnya.
Ia kemudian menembak roket yang keluar dari basoka Muray secepat kilat.
Blarrrrrr...
Roket itu pun meledak di udara sebelum mencapai target.
Murray pun terkejut melihat lawannya kali ini berhasil menangkis serangannya.
"Kenapa tidak dari awal kau gunakan pistol itu? Kau mau membuat kejutan di hadapanku?" Murray mencabut kedua revolvernya setelah menanggalkan basokanya.
"Ayo kita adu pistol. Kau tidak akan menang karena pistolmu hanya ada satu. Pelurunya pun tinggal dua butir." Marcell terperangah mendengar kata-kata Murray yang ternyata dapat menembak berapa jumlah peluru yang dimilikinya.
"Sial, darimana dia bisa tahu aku hanya memiliki dua peluru lagi? Hmm, salah satu dari dua peluru ini harus mengenai sasaran jika aku belum siap mati di tangan si tukang berkicau ini," gumam Marcell sembari melihat magasin pistolnya.
"Kenapa hah? Kau takut kalah? Hahaha, pecundang tetap pecundang. Kau tidak akan menang dariku!" Murray menembakkan pistolnya ke arah Marcell yang lantas segera berlindung.
"Terus saja berkicau!" Marcell membalas menembak namun tidak mengenai sasaran. Alhasil peluru pistolnya sekarang tinggal satu-satunya.
"Hahahaha, peluru terakhirmu akan segera bersarang di batang pohon dan kau pun akan mendapatkan lebih banyak proyektil di tubuhmu!" teriak Murray seraya menembaki Marcell.
Marcell tidak menyahut. Ia lantas memusatkan pikirannya pada batang pohon yang menjadi tempat perlindungan Murray. Ia memang tidak memiliki banyak waktu untuk itu, mengingat musuh dengan gencarnya menyerang.
Akhirnya Marcell dengan mantap menembakkan pistolnya ke batang pohon di mana Murray bersembunyi.
Dorrrrrr...
"Akkkkkk....!" Terdengar suara Murray menjerit kesakitan.
Rupanya peluru dari pistol Marcell berhasil menembus batang pohon bahkan menembus dada Murray hingga ke punggung.
Murray pun jatuh telungkup di bawah pohon dalam keadaan berdarah-darah. Ia tampak memukul-mukul tanah sembari merintih.
"Akkkhh, sial! Brengsek, kenapa aku bisa begini!"
"Ada pesan terakhir?" Marcell menodongkan panah ke kepala Murray.
"Kau bajingan laknat!"
"Hmm, cuma itu? Baiklah, aku akan membiarkanmu merangkak meminta tolong pada bawahanmu," ucap Marcell kemudian pergi meninggalkan Murray.
Kembali ke Ilsa yang kini bersama Yaswar berhadapan dengan laki-laki pemakan sup yang ternyata adalah Ado.
"Mau sup? Ah, ternyata teman-temanku bisa melawan anak-anak buahmu, tuan Yaswar. Kecuali Listi yang memang masih baru dalam bertarung." Ado berulangkali menyendok supnya kemudian menatap ke arah Yaswar dan Ilsa.
"Ternyata kau bisa bertahan dari seranganku, Michael Red. Tidak heran, kau memang berasal dari klan terkuat di Eclipse ini. Aku pun respek terhadap orang-orang yang berasal dari klan ini," ucap Yaswar tanpa ekspresi.
"Keberuntungan kukira. Kalau tidak beruntung mungkin aku sekarang sudah mati di dasar sungai," tukas Ado. "Bukannya kau anak buahnya Sullivan, orang yang pernah menebasku? Kau sangat cantik, nona. Kenapa kamu tidak bekerja menjadi artis saja?" lanjutnya sambil melihat ke arah Ilsa.
"Tutup mulutmu, dasar buaya!" Ilsa menatap tajam ke arah Ado.
"Aku sekarang sangat sukar menutup mulut. Aku lebih suka berbicara meski itu pembicaraan tidak berguna. Nah, sekarang aku ingin tahu apa yang akan kalian lakukan terhadapku sekarang, hah? Menyerangku?" Ado tampak terkekeh kemudian menutup mangkuk supnya dan menyimpannya ke dalam tas kainnya.
Mendadak Yaswar menyerang Ado menggunakan teknik yang sebelumnya ia gunakan untuk melontarkan Ado jauh-jauh. Ia melakukannya tanpa basa-basi sama sekali.
Ado yang telah membaca situasi lantas berkelit kemudian berpindah posisi ke belakang dua orang tersebut.
"Kau mengujiku?" Ado menatap ke arah Yaswar dan Ilsa yang dengan cepat membalikkan badan. "Sejujurnya aku ingin menghadapimu karena janjiku kepada temanku yang sekarang terbujur gosong di sana. Dia temanku, bahkan aku juga telah menganggapnya sebagai saudara. Tanggungjawabku untuknya adalah menghajarmu dan menghadapkanmu padanya, Yaswar."
Yaswar mendelik mendengar kata-kata Ado.
"Kau tidak tahu siapa dia. Kau juga tidak tahu siapa aku. Kau akan melawanku demi dia? Sangat-sangat mengherankan," tukas Yaswar.
"Aku tidak peduli apa katamu. Aku harus menepati janjiku untuk mempertemukannya denganmu. Tentu saja setelah aku melumpuhkanmu," kata Ado seraya menyipitkan kedua matanya.
<<<<[]>>>>