√Di suatu pondok bambu di tengah hutan, tidak jauh dari suatu sungai kecil yang mengalirkan airnya yang jernih.
Ado terlihat sedang duduk bersila di atas sebongkah batu besar berwarna hitam. Ia hanya mengenakan celana pendek warna putih, tanpa baju di tubuhnya.
Kedua matanya tampak terpejam. Ia sepertinya sedang bersemedi sembari menunggu kedatangan Nenek Lily yang beberapa saat yang lalu pergi untuk mencari jamur hutan.
Tak lama, nenek tersebut muncul sembari menenteng sebuah tas jinjing yang entah berisi apa.
"Hehehe, aku sudah cukup lama juga perginya, ya. Ternyata kau masih di situ, pemuda. Kau memang gigih. Pasti kau akan segera menguasai teknik bertarung melawan manusia berkekuatan iblis seperti Yaswar," ujarnya sambil menumpahkan isi tas jinjingnya ke atas tanah.
Tampaklah beberapa buah jamur berwarna putih dengan bintik-bintik hitam di permukaannya.
"Hentikan semedimu, pemuda. Kau sudah cukup bersemedi hari ini. Makanlah ini. Dalam keadaan lapar, memakannya akan membuatmu mati jika dirimu tak layak," kata Nenek Lily membuat Ado yang baru menyelesaikan semedinya, tercengang.
"Apa? Mati? Untuk apa aku mati karena memakan jamur-jamur ini, nek? Teman-temanku membutuhkan bantuanku. Mereka bisa terbunuh, nek. Jangan bermain-main!" Ado menatap gusar ke arah Nenek Lily sambil beringsut turun dari batu besar tempatnya bersemedi.
"Jangan angkuh, pemuda! Belum tentu mereka membutuhkan bantuan. Mereka juga belum tentu berada dalam kesulitan selama Yaswar tidak mencampuri pertarungan mereka," sergah Nenek Lily. "Makan saja jamur itu. Kau tidak akan mati karena kau bukan orang biasa. Kau adalah salah satu anggota klan terkuat di Eclipse, klan Michael Red," lanjutnya.
"Baiklah saya akan memakan jamur itu. Tapi tolong jika saya mati sementara teman-teman saya sedang kesusahan, bantulah mereka. Saya mohon, nek," tukas Ado sambil menatap ke arah Nenek Lily.
Nenek Lily menggeleng kemudian terkekeh. "Jangan meremehkan teman-temanmu atau kau akan membuat mereka merasa diragukan. Selama Yaswar tidak turun membantu anak-anak buahnya, maka mereka akan aman. Cepatlah makan itu. Aku ingin tahu sekuat apa dirimu."
Tanpa membantah dan tanpa ragu-ragu lagi, Ado mengambil salah satu jamur kemudian memasukkannya ke mulutnya, mengunyahnya kemudian menelannya.
Rasanya sungguh pahit dengan bau aneh yang sangat menyengat di hidung Ado. Nafasnya pun bahkan megap-megap seperti saluran pernafasannya tersumbat sesuatu yang berbau tajam. Namun Ado meneruskan memakan kembali jamur berikutnya.
Perasaan yang sangat tidak enak semakin terasa di tubuhnya. Ia pun jatuh telungkup di atas tanah setelah jamur terakhir berhasil ia habiskan.
√Bukit pemukiman Yaswar, Kerajaan Yaswar, Desa Wijen
Uday melayang kemudian melontarkan puluhan bola api ke arah lawannya yaitu Joko Terampil yang sedang mengacungkan kerisnya yang menyala kuning keemasan.
"Sihirmu hanya membuang-buang waktuku saja, penyihir payah! Akan kuakhiri segera." Joko Terampil menunjukkan ujung keris ke arah Uday, yang mana dari ujung keris tersebut keluar cahaya berwarna kuning keemasan, melesat ke arah Uday.
Blarrrrr...
Suatu ledakan membahana di udara disusul terjungkalnya Uday ke belakang hingga mendarat di atas tanah.
Uday menyeka darah yang meleleh di sudut bibirnya. Ia pun membatin.
"Sial! Kerisnya rupanya sangat bertuah. Kekuatannya tidak bisa dianggap remeh. Aku rasa-rasanya seperti merasakan dadaku remuk setelah serangannya barusan," ucapnya kemudian meludahkan darah dari mulutnya.
"Kau tidak sanggup melawanku, penyihir payah! Kekuatanku jauh lebih tinggi daripada milikmu. Menyerahlah dan pasrahlah untuk kuhabisi," kata Joko Terampil dengan pongahnya.
Uday menatap tajam ke arah musuhnya tersebut.
"Aku kira tidak!"
Uday melesatkan kembali puluhan bola-bola apinya ke arah musuhnya. Namun, seperti sebelumnya, musuh dapat mengimbanginya.
"Kau ini bodoh atau bagaimana? Masih saja mengulangi serangan payahmu itu," kata Joko Terampil dengan nada mengejek.
"Kau tidak mengerti taktik, ahli taktik yang payah?" Sembari menahan sesak di dada, Uday menatap ke arah musuh.
"Apa maksudmu?" Belum sempat Joko Terampil membalikkan pandangannya, mendadak suatu bola api yang sangat besar menerjangnya dari belakang.
Bruaggggg.....
Tubuh Joko Terampil terlontar jauh hingga puluhan meter, bahkan keluar dari gerbang pemukiman bukit.
"Itu namanya TEKNIK MEMBANGUN BUKIT. Setidaknya ini akan menahannya untuk beberapa lama. Aku harus beristirahat sampai siap kembali menghadapinya," ucap Uday kemudian jatuh telentang di atas tanah.
Sementara itu, Listi sedang dalam posisi menahan tubuhnya agar tidak jatuh setelah gagal membendung serangan lawannya yaitu Ilsa, si perempuan gada. Pakaiannya pun sebagian telah robek, memperlihatkan sebagian tubuhnya yang tampak terluka gores.
"Sekarang apa yang bisa kau lakukan, mantan pelacur?" ucap Ilsa seperti hendak memancing amarah Listi.
"Terimakasih sudah menyebutku demikian. Kuharap suatu saat nanti kita menjadi teman," tukas Listi sembari terengah.
"Berharaplah tapi jangan harap itu akan menjadi kenyataan," kata Ilsa kemudian menerjang ke arah Listi dengan gada yang berayun-ayun di tangan kanannya.
Listi menyambut serangan tersebut dengan sepasang pisau andalannya. Namun karena dua senjata tersebut ringan, maka upayanya membendung serangan Ilsa gagal lagi.
"Kau mengandalkan pisau? Sangat menyedihkan!" Ilsa mengejek kemudian menyapukan gadanya ke tubuh Listi hingga gadis itu terhempas ke belakang.
Listi pun menjerit kesakitan dengan kedua pisaunya terlepas, terlempar jauh. Kini Ilsa pun memiliki kesempatan besar untuk menghabisi Listi dalam waktu cepat.
>>>>>>>>[]<<<<<<<<<