√Kaki bukit pemukiman Yaswar
Uday dan kawan-kawan terlibat pertarungan sengit melawan para kaki tangan Yaswar.
Lawan mereka bukanlah orang-orang sembarangan. Mereka adalah para pendekar. kuat yang menguasai segala teknik bertarung.
Uday dan kawan-kawan memutuskan melawan meski mereka merasa ragu dapat mengalahkan musuh-musuhnya mengingat kekuatan mereka yang jauh berada di bawah level kekuatan musuh.
Apa yang Uday dan kawan-kawan lakukan tidak lain hanya untuk membela diri sembari berharap Ado kembali untuk membantu.
Uday yang sedang merapal mantra, menghadapi kaki tangan Yaswar yang dikenal cerdik yaitu Joko Terampil. Sedangkan Marcell harus menghadapi Murray Don Dai, si pengguna bazooka yang juga pengguna dual revolver.
Lalu Listi harus menghadapi lawannya yang sama-sama perempuan yaitu si perempuan gada, Ilsa. Sementara Farha yang dalam kondisi gosong dan tidak sadarkan diri sedang diinjak-injak oleh Tricker David.
"Bangun kau, dasar pemalas! Hadapi aku kalau kau memang pendekar. Kau memang sampah seperti ayahmu!" serapah Tricker sembari terus menendang-nendang tubuh Farha.
Yaswar yang mendengar kata-kata Tricker tampak tercengang dengan wajah semu memerah. Ia seolah merasa tersinggung dengan perkataan Tricker.
"Kalau kau sedang menyumpahi musuhmu, tidak usah bawa-bawa orang tuanya karena siapa tahu orang tuanya ada di sini dan dia sangat berbahaya," kata Yaswar sambil menatap ke bawah, ke arah Tricker.
Tricker mendongak ke arah Yaswar. "Lah dia memang sampah, yang mulia. Seperti ayahnya yang juga sama sampahnya," ucapnya tanpa menghiraukan kata-kata Yaswar.
Muka Yaswar menjadi merah padam. Ia benar-benar merasa tersinggung dengan kata-kata Tricker. Namun, ia tidak lantas mengungkapkan apa hubungannya dengan Farha.
"Lebih baik kau cari warung dan makanlah. Kau tidak bisa bertarung melawan orang pingsan!" hardik Yaswar sembari melompat ke hadapan Tricker.
"Loh, kenapa, yang mulia? Dia bukannya musuh yang harus kita habisi?" tanya Tricker heran.
"Tidak untuk yang satu ini. Kau pergilah, Tricker!" hardik Yaswar.
Tanpa membantah lagi, Tricker pun pergi sembari menggerutu.
"Kenapa sih aku dilarang menghajar bocah itu? Tuan Yaswar memang aneh!"
Sementara Yaswar tampak terpaku di hadapan tubuh Farha. Ia termenung sembari berucap pelan.
"Kau rupanya sudah dewasa, puteraku."
√Di suatu area dangkal sungai, tidak jauh dari air terjun yang tingginya mencapai 30 meter
Sesosok tubuh tersangkut bebatuan sungai. Sesekali terombang-ambing derasnya air sungai saat itu.
Sementara di tepian sungai tampak seorang nenek-nenek sedang melihat ke arah sosok tubuh yang adalah Ado itu. Nenek tersebut sedang menggendong beberapa batang kayu bakar berukuran kecil.
Ia terlihat heran saat melihat tubuh Ado di tengah aliran sungai itu.
"Orang? Hanyut di sungai? Hmm, mungkin dia masih hidup. Akan kutolong dia," gumamnya seraya melompat ke atas sungai tanpa melepaskan gendongannya.
Ajaib, nenek tersebut dapat menapak di atas air seperti sedang menapak di atas tanah saja. Dalam keadaan demikian, ia menarik tubuh Ado dari atas air kemudian membawanya melompat ke pinggir sungai.
Di pinggir sungai tersebut, nenek itu memberikan pertolongan pertama kepada orang yang baru ditolongnya itu.
Beberapa lama kemudian setelah selesai melakukan pertolongan, nenek tersebut menyaksikan Ado siuman kemudian bangun dan terbatuk-batuk seterusnya memuntahkan air sungai yang masuk ke dalam perutnya.
"Ehehe, akhirnya kau sadar juga, pemuda," ucap nenek tersebut disambut lonjakan terkejut Ado.
"Nenek siapa?" pekik Ado seraya melompat bangun.
"Tenang, pemuda. Nenek yang membawamu keluar dari sungai. Tidak perlu takut. Meski wajahku menyeramkan, tapi nenek bukan orang jahat, kok," tukas nenek itu.
"Terimakasih kalau begitu, nek. Saya tidak bisa membayangkan kalau nenek tidak menolong saya," ucap Ado seraya menahan nafas sejenak. "Tapi saya harus pergi, nek. Teman-teman saya sedang dalam bahaya. Mereka bisa terbunuh."
Nenek itu terkekeh, "Ehehehe, tidak usah terburu-buru, pemuda. Kamu belum cukup siap untuk pergi menolong mereka. Kamu harus beristirahat dulu sampai kamu benar-benar siap untuk pergi," tukasnya.
"Tapi, nek. Mereka sedang dalam bahaya. Mereka sedang berhadapan dengan Will Yaswar dan kaki tangannya. Orang itu sangat kuat, nek. Kami tidak mungkin dapat melawannya," tutur Ado.
"Ehehehe, tanpa kamu tanya, panggil saja nenek 'Lily'. Siapa namamu, pemuda?" kata nenek itu memperkenalkan diri.
Ado tampak tergagap, "Umm, saya Ado, nek. Saya tidak mungkin berdiam diri saja sementara teman-teman saya sedang terancam. Saya harus segera pergi, nek."
"Jangan terburu-buru, pemuda. Kamu membutuhkan bekal agar bisa menolong teman-temanmu sekaligus menghadapi musuh yang sangat kuat. Tinggallah beberapa hari ini di pondok nenek. Jangan khawatir, teman-temanmu bisa bertahan. Nenek pastikan itu."
Meski merasa kurang yakin dengan kata-kata nenek Lily, Ado pun menetapam sementara di pondok nenek Lily. Itu juga ia lakukan sembari mempelajari teknik bertarung yang diberikan nenek yang telah menolongnya itu.
~~~~[]~~~~