Chereads / Berlayar ke Pulau Harta / Chapter 28 - Bukit yang Penuh Pemukiman [Arc Wijen Village Bagian 4]

Chapter 28 - Bukit yang Penuh Pemukiman [Arc Wijen Village Bagian 4]

Di depan pintu gerbang masuk ke dalam perkampungan bukit, Ado menghajar para penjaganya yang berusaha menghentikannya.

"Aku penasaran ada apa sebenarnya di dalam sana, sampai-sampai para penjaga melarang keras orang luar untuk masuk ke sana," gumam Ado sembari menatap ke kejauhan di bukit yang dipenuhi pemukiman itu.

Tak lama kemudian Listi bersama yang lain tiba di depan pintu gerbang. Mereka menatap dengan gusar ke arah Ado yang bertindak serampangan.

"Kita tidak tahu seperti apa musuh yang akan kita hadapi dan sekuat apa dia. Seharusnya kamu jangan membuat ulah, do," kata Listi dengan kesal.

"Aku hanya jengkel karena sedari tadi kita dihadang terus. Dilarang-larang masuk seolah-olah di dalam desa dan pemukiman itu sangat ekslusif. Aku benci ekslusivitas," tukas Ado sambil memasuki pintu gerbang.

"Hei, kalau mendengarkan orang bicara itu jangan sambil ngeloyor begitu! Tidak sopan!" gerutu Listi setengah berteriak.

Farha melangkah melewati Listi sembari tertawa, "Di dalam sana sepertinya seru. Aku ingin tahu apa yang akan dilakukannya di dalam sana. Haha."

Sementara itu di dalam sebuah rumah besar yang terletak di atas bukit. Di balik tirai itu, siluet hitam seseorang sedang menatap ke arah orang kepercayaannya yang baru saja datang untuk melapor.

"Jadi, mereka yang membubarkan One Ring? Sekarang mereka sudah di sini, di desa ini? Hoyahoyahoya, sangat menarik," kata pria yang hanya terlihat siluetnya tersebut.

"Betul, yang mulia. Mereka sudah berada di sini. Mereka bisa saja dengan cepat datang ke pondok ini jika Murray tidak menghentikan mereka," kata abdi dalem pondok tersebut.

"Biarkan saja mereka masuk. Mereka akan segera tahu seperti apa pondok kematian itu. Mereka berani mencari masalah denganku, maka mereka akan menerima akibatnya. Joko Terampil, aku minta kau sampaikan ke Murray, biarkan mereka masuk. Aku ingin sedikit meregangkan otot-ototku," tukas pria siluet tersebut ke abdi dalemnya yang bernama Joko Terampil itu.

"Baik, yang mulia," tukas Joko Terampil kemudian undur diri.

Kembali ke bawah perkampungan bukit di mana Ado dan kawan-kawan menghadapi serangkaian serangan dari anak-anak buah tuan yang menguasai daerah kaki bukit. Setidaknya lusinan penyerang berdatangan menyambut kedatangan Ado dan kawan-kawan.

"Berhenti kalian di sana, dasar penyusup!" Beberapa orang penyerang berhamburan sambil membawa senjata masing-masing.

Blarrrrrr

Mendadak sebutir proyektil meledak saat menyentuh tanah di hadapan Ado dan kawan-kawan.

"Ada pengguna bazoka. Aku sedang mengincarnya," ujar Marcell sambil membidikkan panahnya.

"Dia di atas bangunan itu. Terlalu jauh, cell," kata Uday sambil mengaktifkan lingkaran sihir berwarna oranye.

Tak lama terdengar suara seseorang menggunakan pengeras suara yang asalnya dari atas bangunan tinggi di kaki bukit itu.

"Hei, penyusup! Jika kalian berani melangkah lagi barang sejengkal, aku pastikan kalian akan meledak menjadi kepingan. Janganlah kalian bermain-main denganku. Aku Murray Don Dai, tidak akan mentolerir kelancangan kalian!" Begitulah kata-kata si penembak bazoka bernama Murray Don Dai itu.

"Murray Don't Die? Nama macam apa itu, ya?" ujar Ado sambil menatap penasaran ke arah sosok Murray yang berada di atas bangunan itu.

Tak lama kemudian terlihatlah seseorang di belakang Murray, kemudian berbicara beberapa patah kata.

Setelah orang itu selesai berbicara, Murray terlihat mengangguk kemudian mengangkat kembali speaker-nya.

"Anak-anak buahku yang hebat! Tolong biarkan mereka lewat. Yang mulia ingin sedikit berolahraga," ucap Murray seraya berlalu.

Tak lama kemudian semua pasukan Murray membubarkan diri, bahkan membentuk barisan di pinggir jalan seolah mempersilahkan Ado dan kawan-kawan untuk lewat.

Ado dan Listi saling pandang. Mereka merasa tidak mengerti dengan apa yang disebut Murray sebagai berolahraga.

[Sebagai gambaran saja, Murray Don Dai adalah seorang laki-laki setengah baya berpakaian serba merah dengan topi lebar dengan sehelai bulu elang di atasnya. Pria ini juga selalu mengisap cerutu. Senjata utama Murray adalah sebuah bazoka berwarna kuning emas. Namun terkadang ia menggunakan sepasang pistol klasik dengan pisau kecil di ujungnya.

Sedangkan Joko Terampil adalah seorang laki-laki berusia sekitar 30 tahunan. Ia selalu terlihat mengenakan pakaian adat seperti kain batik berwarna cokelat, baju garis-garis kecil berwarna cokelat dan topi mirip belangkon namun lebih kotak daripada belangkon biasa. Pria muda ini biasa menyelipkan keris di pinggangnya. Namun senjata yang ia gunakan di medan perang adalah panah dengan matanya yang menyala merah karena dibakar]

"Mereka mempersilahkan kita untuk lewat? Ini aneh. Pasti ada udang di balik batu," ucap Marcell sambil mengerutkan kening.

"Biar udangnya kujadikan peyek. Sedangkan batunya akan kutebas jadi dua," tukas Farha kemudian menyarungkan pedangnya.

Farha mendahului yang lain berjalan melewati barisan anak-anak buah Murray. Ia terkadang melirik ke arah wajah-wajah tidak bersahabat pasukan tersebut.

"Hati-hati jika yang mulia ingin sedikit berolahraga. Itu bukan pertanda yang baik untuk kalian!" ucap salah seorang dari pasukan itu.

"Diamlah, kau!" sentil temannya.

Ado dan yang lain kemudian menyusul Farha yang telah mencapai muka tangga yang mengarah langsung ke bangunan paling atas di bukit tersebut.

Saat ia hendak menjejakkan kakinya, mendadak seberkas sinar berwarna biru melesat dan meledakkannya.

Duarrrrrr...

Farha terpelanting dari anak tangga kemudian jatuh dalam kondisi hangus di hadapan kawan-kawannya.

"Farha!" pekik Listi saat menyaksikan temannya tersebut jatuh dari tangga dalam kondisi hangus dan tidak bergerak lagi.

"Oh, tidak!" ucap Ado seraya berlari ke arah Farha yang tergeletak akibat serangan tersebut.

"Farha? Tidak, dia diserang seseorang dari atas sana!" pekik Marcell kemudian mendongak melihat ke arah sosok yang seperti siluet di atas bangunan di puncak bukit.

"Yahohoyahoho. Senang melihat yang mulia keluar dari kastil kerajaan untuk pertama kalinya," kata Murray sambil tertawa puas.

Semua orang melihat ke atas bangunan besar di puncak bukit itu. Siluet laki-laki berpakaian santai tersebut tampak berkacak pinggang sambil menatap ke arah Ado dan kawan-kawan.

"Hari ini baru kusaksikan sekelompok orang yang berani menerobos tempat kedamaianku. Sangat luar biasa tapi juga sangat lancang. Tapi aku akan sangat menikmati dengan melihat penderitaan kalian segera," ucap laki-laki itu sambil melompat kemudian mendarat tepat di samping Murray.

Murray yang mengetahui kedatangan tuannya lantas berlutut kemudian menunduk. Begitupun dengan para pasukannya.

"Umur panjang yang mulia Raja Will Yaswar, penguasa Kerajaan Yaswar." Begitulah kata-kata yang diucapkan Murray saat ia merunduk di hadapan pria yang ternyata adalah Will Yaswar atau ia menyebutnya King Yaswar.

~~~~~[]~~~~~