Keesokan harinya, kabar kematian Raja Odel menggemparkan seluruh negeri bahkan hingga negara-negara terdekat. Kematian penguasa Kerajaan Mangga tersebut sangat mendadak.
Sementara media-media massa internasional memberitakan bahwa Raja Odel terbunuh dalam kudeta senyap yang dilakukan para petinggi kerajaan yang telah lama merencanakan kudeta. Namun ada pula media massa yang pemberitaannya berbeda dari media kebanyakan.
Media itu menyebut bahwa Raja Odel dibunuh sang istri melalui pembunuh bayaran yang disewanya. Alasan pembunuhan disebut-sebut karena sang permaisuri cemburu sang raja main serong dengan perempuan lain.
Meski informasi yang beredar terkesan simpang siur dan tidak seragam, tidak menyurutkan dugaan bahwa Raja Odel dibunuh orang terdekatnya.
Salah satu yang curiga akan hal itu adalah sang pendekar pedang perak, Sullivan Max Wheel yang kini sedang duduk berhadapan dengan seorang pria berkulit gelap bertopi baret berwarna hijau di dalam sebuah bar.
"One Ring telah tamat, Raja Odel terbunuh. Kita sudah tamat karenanya," ucap Sullivan sambil menatap ke arah seloki yang telah kosong di hadapannya.
"Yaswar pasti memiliki rencana. Dia adalah orang yang penuh kejutan," tukas pria bertopi baret di depannya.
"Daniel, kau pasti sepemikiran denganku bahwa Raja Odel dibunuh oleh pamannya sendiri. Sekarang orang itu yang menggantikan Raja Odel. Padahal Raja Odel memiliki putra yang sudah cukup umur untuk menjadi penerusnya. Lalu kenapa malah pamannya yang naik tahta?" Sullivan terlihat mengerutkan kening pertanda sedang menerka-nerka.
"Gerald adalah pembunuhnya meski tidak secara langsung. Ia pasti telah menyuruh seseorang untuk membunuh Raja Odel." Daniel mengusap dagunya sembari memiringkan kepalanya.
"Terus sekarang kita harus bagaimana? One Ring telah kehilangan legitimasi karena mantan presiden Unasoka telah mencoretnya dari daftar di buku sihir Laksana. Kita bisa membangkitkan One Ring tanpa orang yang memiliki otoritas menulis ke dalam daftar di buku sihir Laksana," tutur Sullivan sambil menatap Daniel.
Daniel terpekur sejenak sampai ia melirik ke arah senapan yang bersandar di sampingnya. "Aku sudah mencoba menghabisi mereka tapi gagal. Aku juga telah melakukan kesalahan dengan membunuh mantan presiden Dodo. Padahal ia adalah kunci keberlangsungan kita. Sekarang kita harus menghadapi para bedebah itu," tuturnya.
"Iya, mereka harus mati. Karena mereka, One Ring tamat. Kita tidak bisa membangkitkan One Ring kembali tapi kita bisa menghabisi para pengacau itu. Kita harus merembukkan ini dengan Yaswar dan yang lain. Mulai hari ini, kita gencarkan perburuan terhadap tiga orang bajingan itu!" pungkas Sullivan saat ia menyadari kemunculan seorang perempuan bergaun serba merah dengan rambut terurai bergelombang.
Sullivan dan Daniel berdiri menyambut kedatangan perempuan cantik yang ternyata mereka hormati.
"Nona Rose, selamat datang di One Ring baru," ucap Sullivan sambil membungkuk.
"Selamat datang, nona Rose. Semoga hari anda indah," ucap Daniel turut membungkuk.
Perempuan bernama Rose tersebut berdiri mengamati keadaan sekitar kemudian melihat ke arah Sullivan dan Daniel. "Sullivan Max Wheel, pendekar pedang perak. Kurt Daniel, sang Black Rifleman. Betapa menyedihkannya kalian tanpa Yaswar dan Edgard. Lalu ke mana pengkhianat itu? Dia tidak bersama kalian?" Ia berucap dengan kata-kata yang tajam.
"Maksud nona, pendekar pedang yang pernah menjadi murid saya?" tanya Sullivan penasaran.
Rose menggeleng, "Orang yang menolong musuh hingga mengakibatkan kematian Rojo. Apa kalian masih tidak tahu juga?" terangnya.
Sullivan dan Daniel saling pandang dengan mimik wajah bingung.
"Karjo? Tidak mungkin ia berkhianat. Ia sudah mengabdi cukup lama di One Ring, bahkan sejak organisasi ini berdiri," kata Sullivan merasa heran.
"Setahu saya Karjo adalah bangsawan yang sangat menyetujui perbudakkan, nona. Tidak mungkin ia memihak para berandalan yang katanya anti perbudakkan itu," timpal Daniel.
"Ini bukan masalah dia sudah lama atau masih baru di One Ring. Juga bukan masalah dia setuju atau tidak dengan perbudakkan. Dia sebenarnya sedang mengincar posisi tertinggi di One Ring. Namun ketika harapannya kandas, ia lalu memutuskan untuk menghancurkan One Ring dari dalam, dan dia berhasil. Nah, orang ini juga termasuk target yang harus kita lenyapkan. Kalian berdua adalah petarung yang sangat kuat. Tentu tidak sulit bagi kalian mengurus hal-hal merepotkan ini," papar Rose sambil menyipitkan kedua matanya sambil melihat ke arah Daniel dan Sullivan bergantian.
Sullivan dan Daniel pun mengangguk setuju.
"Nanti aku akan menemui Yaswar. Akan kupastikan pertemuan kita diketahuinya," ucap Rose kemudian melenggang keluar bar meninggalkan wangi semerbak yang mengalahkan bau alkohol di dalam bar tersebut.
Sementara itu di rumah panjang, Ado dan kawan-kawan sedang berbincang dengan pendatang yang ternyata diundang oleh Marcell untuk datang.
Pendatang yang adalah penyihir tersebut tampak mendengarkan segala pertanyaan yang dilontarkan Ado dan kawan-kawan.
"Jadi Raja Odel memerintahkanmu memburu kami?" tanya Ado sambil menatap tidak berkedip ke arah penyihir laki-laki itu.
"Betul sekali. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Dia sudah mati. Itu yang kuharapkan. Aku sudah cukup lama menanti kemunculan orang-orang seperti kalian. Sangat jarang ada orang yang memiliki tekad kuat untuk menghapus segala ketidakadilan di dunia ini," tukas penyihir bernama lengkap Bardan bin Uday itu.
"Bardan, itukan namamu? Apa kau tahu petinggi lain selain Edgard, Jasmine, dan Yaswar? Ada empat orang lagi pemimpin One Ring yang belum kutahu nama-namanya. Sama seperti tiga orang yang kusebut tadi, mereka juga memiliki perkebunan, pembangunan infrastruktur, dan pertambangan yang hampir seluruh pekerjanya adalah para budak. Mungkin kau bisa memberitahu kami siapa nama-nama mereka," tanya Marcell panjang lebar.
"Panggil saja aku Uday. Aku lebih suka dipanggil Uday daripada Bardan. Apalagi kalau semua namaku disebut. Nah, soal petinggi One Ring lainnya, aku tahu beberapa orang seperti Sullivan Max Wheel, Kurt Daniel, Maria Rose, dan Queen Hiruka Yamato. Kalau yang lain aku tidak perlu sebutkan karena kalian sudah tahu," beber Uday.
"Queen Hiruka Yamato?" Listi mengerutkan kening.
"Kenapa dengan nama itu, nona Listi?" tanya Marcell sembari menatap ke arah Listi.
"Umm, nggak, kok. Aku cuma merasa familiar saja dengan nama itu," tukas Listi tergagap.
"Jadi, kita harus menghadapi lima orang lagi mantan petinggi One Ring? Edgard dan Jasmine bukan petarung, jadi mereka sudah selesai, ya?" kata Farha ikut menimpali.
"Kita masih kalah jumlah, ditambah lagi mereka adalah para petarung yang sangat kuat. Aku pernah merasakan sayatan Sullivan sampai aku hampir mati. Aku rasanya segan untuk meremehkannya lagi," ujar Ado sambil tersenyum pahit.
"Farha, kau ahli pedang, kan? Sullivan adalah lawanmu yang cocok," kata Marcell.
Sementara Farha tidak menyahut. Ia tampak terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Aku sebenarnya ingin lebih fokus mengurus urusanku dengan Yaswar. Aku ingin segera menyelesaikannya, dan aku menunggu konsistensi kalian yang berjanji membantuku," ucapnya kemudian disambut tatapan semua orang yang hadir.