Chereads / Berlayar ke Pulau Harta / Chapter 14 - Terima Kasih telah Mengurusku [Arc Terigu Village Bagian 9]

Chapter 14 - Terima Kasih telah Mengurusku [Arc Terigu Village Bagian 9]

Marcell mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan luas di lantai tiga itu. Seisi ruangan adalah para mercenary dan penyihir yang sedang bersiap mengeroyoknya.

Jumlah mereka diperkirakan mencapai tiga puluh orang ditambah satu orang penyihir.

Banyaknya jumlah mereka membuat Marcell berpikir keras. Ia sepertinya tidak mungkin dapat mengalahkan mereka semua. Ia membutuhkan cara setidaknya untuk meloloskan diri dari kepungan para tentara bayaran tersebut.

Apalagi tiga mercenary yang sebelumnya mencegatnya telah berada di ruangan yang sama. Mereka merasa bahwa tidak akan sulit menangkap Marcell yang kini dalam kondisi terkepung.

"Kau tidak akan bisa ke mana-mana, Marcell. Menyerahlah, dan kami akan membiarkanmu hidup." Mercenary pengguna dual blade berbicara sembari menyeruak di kerumunan.

"Aku akan mati setelah melawan. Itu lebih baik daripada mati setelah menyerah." Marcell mengambil sebatang anak panah kemudian memantik api ke ujungnya hingga mengeluarkan kembang api.

Ia kemudian membanting anak panah tersebut ke lantai. Yang terjadi selanjutnya, asap mengepul dengan cepat memenuhi seisi ruangan. Asap tersebut menjadi sangat pekat sehingga menghalangi pandangan semua orang yang berada di ruangan itu.

Terdengar suara orang-orang berteriak dengan di antaranya terdengar seperti makian yang bukan ditujukan untuk Marcell.

"Dasar penyihir payah! Kenapa malah diam saja!"

"Diam kau! Aku didatangkan bukan untuk menyerang orang yang akan menggebrak dunia. Semoga aku tidak salah dengan keputusanku ini. Aku akan berperang untuknya!" Setelah ucapan seseorang tersebut, mendadak seberkas sinar berkelebat di dalam kepulan asap tebal.

Tidak hanya itu, tampak kilatan cahaya menyambar-nyambar seperti kilat dengan suaranya yang nyaring.

Tak lama terdengar suara pekikan orang-orang yang sepertinya terkena serangan sihir.

"Aahhhh, keparat! Akan kubunuh kau, dasar. penyihir dungu!"

"Akan kucincang kau, bang**t!"

Penyihir yang didatangkan dari istana Raja Mangga tersebut rupanya memilih untuk memihak Marcell. Apapun alasannya belum diketahui.

Sementara Marcell yang berhasil melewati lantai tiga bahkan lantai empat, telah berada di lantai terakhir yang merupakan lokasi di mana para petinggi One Ring berkantor.

Bom asap dari anak panahnya rupanya berfungsi dengan baik dengan berhasilnya ia melewati puluhan mercenary tanpa bertarung sedikitpun dengan mereka.

Marcell kemudian memasuki salah satu ruangan yang pintunya terbuka. Di sana ia mendapati Edgard dan Jasmine sedang duduk di sofa sambil memegang selokinya masing-masing.

"Selamat datang, putraku. Mari minum." Edgard berucap sembari mengangkat seloki.

Jasmine hanya tersenyum pahit melihat kemunculan putra yang telah lama ia buang karena masalah sepele.

"Terimakasih atas sambutannya, papa. Sebagai ungkapan terimakasih, saya ikut minum bersama kalian," tukas Marcell sembari menggerakkan telunjuk sebagai isyarat agar tuan rumah bersedia menuangkan bir ke dalam seloki yang tersedia.

Marcell pun turut mengangkat seloki saat Edgard dan Jasmine melakukannya.

"Ini pertama kalinya aku meminum bir bersama kalian, papa, mama. Senang rasanya berkumpul bersama kalian lagi, " ucap Marcell seolah-olah ia sedang berbahagia.

Edgard dan Jasmine hanya terdiam mendengar kata-kata Marcell.

"Saya juga berterimakasih banyak kepada papa dan mama yang telah mengurus saya dari kecil hingga saya sekolah. Tapi, saya mohon maaf jika tidak bisa menjadi anak yang berbakti. Sebab, saya harus menghukum kalian karena kejahatan yang telah kalian lakukan kepada banyak orang di desa ini." Setelah berkata demikian, Marcell meminum bir dari seloki.

Beberapa jam berlalu. Ruangan tersebut kini sepi dengan Edgard dan Jasmine yang terbaring dalam kondisi mulut berbusa. Entah apa yang dilakukan Marcell, sehingga kedua orang tuanya menjadi seperti demikian.

Beralih ke istana Kerajaan Mangga di mana Raja Odel kedatangan tamu jauh yang adalah pamannya, Adipati Geraldhood.

Tentu kedatangan Gerald disambut meriah Raja Odel. Berbagai jamuan makanan dan minuman disediakan untuk tamu. Tidak lupa tari-tarian serta hiburan memeriahkan upacara penyambutan tersebut.

Meski Gerald hanya berstatus Adipati, namun sambutan dari Raja Odel sangat luar biasa seperti sambutan untuk tamu sesama raja.

Di meja panjang, jamuan makan dan minum berjejer memenuhinya. Kursi-kursi yang tersedia telah terisi penuh oleh para tamu maupun pihak pribumi.

Gerald tampak manggut-manggut saat menyaksikan atraksi dari performer terkenal di Kerajaan Mangga.

"Meriah sekali sambutanmu untukku, keponakanku. Padahal aku hanya seorang adipati, bukan gubernur apalagi raja. Hehehe," ujar pria berusia setengah abad itu.

Raja Odel terbahak-bahak. Tawa pria berbadan tambun itu memang selalu pecah jika mendengar perkataan yang dianggapnya lucu.

"Sambutan semeriah ini memang khusus untuk paman saja. Untuk orang lain bisa meriah, kenapa untuk keluarga sendiri tidak?" tukas Raja Odel.

Gerald mengangguk kemudian terkekeh, "Aku senang sekali mendengarnya. Semoga kau selalu seperti ini, keponakanku," ucapnya kemudian mengalihkan perhatian pada salah seorang performer perempuan yang hanya mengenakan pakaian dalam transparan.

Raja Odel tampak tersenyum sinis seolah hendak menyindir pamannya yang ia tahu adalah seorang mata keranjang.

Kembali ke Ado dan kawan-kawan bersama Pak Dodo di sebuah reruntuhan bangunan yang sangat luas. Reruntuhan tersebut berjarak hanya sekitar setengah kilometeran dari rumah Pak Dodo.

"Istana Presiden Unasoka?" ucap Ado seraya memperhatikan reruntuhan tersebut.

"Reruntuhan istana presiden Unasoka lebih tepatnya. Reruntuhan yang pernah menjadi saksi kejayaan Unasoka hingga keruntuhannya," tukas Pak Dodo seraya mengeluarkan sebuah buku dari tas yang disandangnya.

"Apa yang akan bapak lakukan?" tanya Listi saat melihat Pak Dodo mengambil pulpen dari saku kemejanya.

"Menghapus One Ring selamanya. Ini adalah buku sihir abadi yang hanya orang tertentu yang memiliki otoritas untuk menulis atau menghapus catatan di dalamnya. Semua presiden Unasoka memiliki otoritas untuk melakukannya. Saya adalah presiden terakhir Unasoka, jadi saya masih memiliki otoritas itu," jelas Pak Dodo.

Saat Pak Dodo bersiap hendak mencoret catatan tentang kelompok One Ring, mendadak terdengar suara letusan senapan dari kejauhan.

Pandangan semua orang tertuju pada sumber suara letusan. Saat mengembalikan pandangan, mereka baru menyadari Pak Dodo terkapar dengan dada berlubang tertembus peluru.

"Pak Dodo?!" pekik Ado kemudian berlutu di samping tubuh Pak Dodo.

Kakek itu belum meninggal. Ia masih tersadar dengan nafas megap-megap.

"Lindungi saya sampai saya berhasil mencoret One Ring," ucap Pak Dodo terbata dengan pandangan kosong menatap ke langit.

Ado bersama yang lain pun melingkupi Pak Dodo sembari celingukan mengawasi keadaan sekitar.

Pak Dodo dengan susah payah akhirnya menggoreskan pulpennya di atas tulisan One Ring. Setelah ia selesai mencoret One Ring, tubuhnya terkulai lemah ke atas tanah, tidak bergerak lagi.

Mantan presiden itupun telah tiada karena dibunuh penembak misterius. Namun ia berhasil melakukan apa yang bisa ia lakukan.