Halaman depan gedung tersebut porak-poranda setelah Ado melakukan duel satu lawan satu melawan pendekar pedang yang mencegahnya masuk ke dalam gedung, yaitu Farha.
Beberapa batang pohon serta patung-patung beton telah hancur akibat pukulan Ado maupun tebasan pedang Farha.
Kedua petarung itu sama-sama kuat. Setelah sejam berlalu, belum terlihat tanda-tanda akan ada yang kalah.
Farha tampak mundur kemudian meraih gagang pedang satu lagi. "Mungkin aku harus menghadapinya dengan jurus dua pedang. Dia terlalu tangguh untuk kuserang menggunakan satu pedang," gumamnya seraya menghunus pedang itu.
Pedang kedua yang digunakan Farha terlihat berbeda dengan pedang pertamanya karena memiliki gerigi sepanjang punggungnya. Tidak hanya itu, pedang tersebut berwarna hitam mengkilat bahkan hingga bagian mata pedang.
Ado menghentikan gerakkannya. Ia menatap dengan seksama ke arah pedang kedua milik Farha. Ia menggernyitkan kening.
"Pedang itu kelihatannya sangat kuat. Bahkan lebih kuat dari pedang milik dewa pedang itu. Apakah aku sanggup melawannya?" gumam Ado sembari memicingkan kedua matanya seraya mengepalkan kedua tangannya.
Sementara Listi yang memperhatikan di kejauhan, merasa khawatir ketika melihat musuh seperti sedang mempersiapkan jurus ultimate-nya.
Sedangkan para mercenary yang turut menonton, bersorak-sorak menyemangati Farha yang menjadi jagoan mereka.
"Ayo kalahkan dan bunuh dia, Farha!"
"Tangkap dan kuliti si pengacau itu!"
Ado melirik sejenak ke arah para mercenary itu. "Kalian akan kubuat babak belur setelah pertarunganku selesai!" teriaknya.
"Jangan alihkan perhatianmu dari musuh!" teriak Farha sembari memulai serangannya dengan melakukan putaran dua pedang, seolah dua pedang itu menjadi baling-baling yang berputar cepat.
Farha melompat ke arah Ado dengan kecepatan tinggi. Putaran kedua pedang itu tentu akan dengan mudah menyayat-nyayat tubuh Ado.
Ado segera melompat ke udara kemudian melompat lagi ke arah bongkahan patung beton yang tergeletak di tanah. Serangan Farha sukses ia hindari, namun patung yang masih berdiri menjadi korban berikutnya.
Patung tersebut hancur kemudian jatuh ke tanah.
Melihat lawan dapat menghindari serangannya, Farha memulai kembali serangannya dengan jurus yang sama. Ia memusatkan kekuatannya di pedang kedua.
Tampak pedang hitam tersebut bergetar bahkan mengeluarkan asap dari bilahnya.
Melihat itu, Ado terkejut. Ia merasa Farha mulai menggunakan kemampuan ultimate-nya.
Ia juga merasa Farha bisa menjadi salah satu kekuatan pendukung untuknya meruntuhkan kelompok One Ring. Namun ia harus menghadapinya bahkan mengalahkannya terlebih dahulu.
Ia pun memusatkan tenaga dalam di tinju sebelah kanannya. Entah akan berhasil atau tidak, tinju tersebut akan ia gunakan untuk membendung serangan pedang Farha.
Mungkin itu akan menjadi bentrokan yang tidak adil mengingat tangan kosong akan diadu dengan pedang yang sangat kuat.
Selanjutnya kedua petarung itu berlari kencang, memulai bentrokan yang belum diketahui siapa yang akan memenangkannya.
Farha berlari kencang ke arah Ado sembari menggunakan jurus dua pedang yang berputar. Putaran kedua pedang tersebut menimbulkan asap serta hembusan angin yang sangat kencang.
Sedangkan Ado yang berlari kencang menyambut serangan Farha, memusatkan seluruh kekuatan yang dimilikinya di tinju kanannya. Ini merupakan jurus ultimate-nya, di mana jika gagal, maka ia tidak akan bisa melawan lagi.
Saat kedua petarung tersebut beradu, gelombang kejut menerpa sangat kuat sehingga menimbulkan getaran kencang di tempat tersebut. Bahkan, gelombang kejut tersebut membuat gedung seperti sedang diguncang gempa.
Tinju Ado sukses menahan laju putaran pedang hitam Farha. Namun, pedang milik Farha satu lagi berhasil menyayat tangan kiri Ado.
Sembari menahan sakit di tangannya yang tersayat, Ado mendorong tinju yang menahan pedang hitam sekuat-kuatnya.
Selanjutnya yang terjadi, Farha terdorong hingga melayang beberapa meter ke belakang. Bahkan tubuhnya menabrak beberapa orang mercenary bahkan pedangnya mengenai mereka hingga di antaranya berjatuhan bersimbah darah.
Tubuh Farha baru berhenti melayang setelah menabrak dinding gedung hingga retak.
Ado menghela nafas berat. Ia tampak megap-megap seraya mengibas-ngibaskan tangan kanannya yang terasa seperti terbakar.
Sedangkan Farha tampak telentang di halaman gedung dekat tembok dinding gedung. Darah segar meleleh di bibirnya. Wajahnya terlihat memar.
Namun ia tidak mengeluh kesakitan. Ia justru terkekeh, terutama saat Ado menghampirinya.
"Aku sudah menyebarkan banyak pamflet yang berisi ajakanku kepada para pendekar, penyihir, bahkan bajak laut, untuk bergabung denganku dalam meruntuhkan ketidakadilan terutama yang berkaitan dengan kelompok One Ring. Kau pasti sudah tahu, bukan? Apa kau tidak tertarik?" ujar Ado sambil menatap ke arah Farha.
Farha tersenyum getir. "Aku memiliki beban yang sebenarnya aku ingin menanggungnya sendiri. Tapi setelah melihat kemampuanmu, aku merasa beban itu sudah saatnya aku bagi. Aku akan membantumu menghajar para bangsawan yang biasa berkumpul di gedung ini," tuturnya.
"Jadi kau bersedia bergabung?" tanya Ado kemudian melambaikan tangan ke arah Listi. "Baru dia yang bersedia membantuku dan Marcell."
"Aku bersedia bergabung tapi hanya untuk sementara saja. Selama kalian belum selesai dengan para bangsawan itu, selama itu pula aku bersama kalian. Namun jika kalian sudah selesai, aku akan pergi. Tentu kalian harus membayar kebersediaanku ini dengan membantuku menyelesaikan masalah yang membelitku," tutur Farha kemudian duduk bersandar di tembok.
Ado tampak manggut-manggut mendengarkan kata-kata Farha. "Apapun urusanmu akan menjadi perhatianku. Aku siap membantumu menyelesaikan masalahmu. Apapun itu. Apalagi ini berkaitan dengan Will Yaswar, petinggi lain One Ring," ucapnya membuat Farha terkejut.
"Bagaimana kau bisa tahu?" ucapnya heran.
Beberapa saat kemudian setelah Ado, Farha, dan Listi meninggalkan gedung One Ring karena perubahan rencana.
Dari jendela gedung tampak Edgard menatap ke arah perginya tiga orang yang sedang mengancam posisinya tersebut.
"Keparat! Si kampret Farha berani sekali mengkhianatiku. Aku akan memberitahu Yaswar apa yang sedang terjadi," rutuk Edgard kemudian menghampiri telepon di atas meja kerjanya.
"Jadi jumlah mereka sekarang bertambah?" ucap Jasmine yang sedang duduk di sofa kesayangannya.
Edgard tidak menyahut. Ia membanting telepon karena alat komunikasi tersebut tidak dapat digunakan.
"Kita harus memberitahu Yaswar secepatnya. Para bedebah itu sudah mengetahui siapa presiden One Ring. Akan sangat buruk kalau mereka berhasil menemukan tuan presiden. Kita akan tamat!" serapah Edgard dengan nada panik.
"Kalau begitu, aku akan menemui Yaswar. Dia akan meminta bantuan Raja Odel karena kita dalam posisi terancam. Raja Odel akan kembali mengirimkan para penyihirnya untuk. membakar para tikus keparat itu!" Jasmine mendengus.