Rojo dan Karjo telah mendapatkan perintah resmi dari pemimpin eksekutif One Ring yang dalam hal ini Edgard dan Jasmine. Mereka berdua mengerahkan para tentara bayaran untuk memburu Ado dan Marcell.
Kedua pemuda tersebut beberapa hari lalu memang sempat mengacau dengan membakar salah satu gudang pabrik pengolahan buah koli milik Rojo. Bahkan Marcell sempat memanah bangsawan tersebut meski tidak kena karena kemunculan seorang pendekar pedang misterius.
Sementara Ado sempat menghajar setidaknya satu, dua sampai tiga puluh orang anak buah Rojo hingga babak belur. Meski demikian ia dan Marcell tidak berhasil menghentikan praktek perbudakan yang dilakukan Rojo dan Karjo.
Sebaliknya apa yang mereka lakukan justru berbuah maraknya warga desa yang digiring prajurit Kerajaan Mangga ke ladang kerja paksa.
Setidaknya ratusan warga Desa Terigu dipaksa bekerja di perkebunan maupun di pertambangan. Selain itu sebagian di antaranya dipaksa bekerja membangun jalan atau bangunan gedung.
Para bangsawan yang tergabung dalam kelompok One Ring dari hari ke hari semakin leluasa melakukan kejahatan luar biasa itu.
Hal itu tidak lepas dari ketiadaan pihak yang berani memberontak. Meski kemunculan Ado dan Marcell dapat menjadi harapan baru bagi warga desa, namun dukungan dari warga yang mereka dapatkan sangat sedikit.
"One Ring mengincar kita. Kita tidak mungkin tetap bertahan di sini," ujar Marcell suatu hari di depan selembar pamflet yang ditempelkan di dinding sebuah rumah.
Pamflet tersebut berisi pengumuman buronan yaitu Ado dan Marcell. Tentu saja di pamflet tersebut sudah dicantumkan nilai bounty yang akan dibayarkan jika berhasil menangkap salah satu dari kedua orang itu.
Nilai buruan baik Ado maupun Marcell sama yaitu 100.000 pendon (Rupiah 100 juta). Tentu saja nilai tersebut sangat menggiurkan terutama bagi para warga yang sedang mengalami kesulitan keuangan.
"Kamu kan yang ingin membebaskan masyarakat dari penindasan. Kenapa malah gentar begitu?" ucap Ado merasa risih dengan perkataan Marcell yang seolah putus asa.
"Terus apa yang akan kita lakukan? Meminta bantuan guru?" tanya Marcell sambil menatap ke arah Ado.
"Menghajar mereka semua yang memburu kita," jawab Ado dengan enteng.
"Bagaimana kalau di antara para pemburu ada orang yang tidak bisa kita tandingi?" tanya Marcell lagi.
"Alah, tetap akan kuhajar sampai bonyok meski dia dianggap dewa sekalipun! Aku tidak akan gentar," ucap Ado yakin membuat Marcell ternganga.
"Baiklah, ayo kita hajar siapapun yang mencoba menangkap kita!" kata Marcell setuju.
Beberapa saat kemudian, Ado terlihat sedang membanting seorang laki-laki yang mencoba menangkapnya. Di sisi lain Marcell sedang mengunci kedua tangan seorang perempuan yang berpakaian seperti seorang pendekar silat.
"Kau juga memburuku, nona? Jangan harap kau akan menjadi kaya dengan uang secuil itu!" Marcell menahan amukan perempuan pesilat itu dengan kedua kakinya yang bersiap membendung serangan kaki perempuan itu.
Perempuan itu tidak menyahut. Ia memang secara mendadak menyerang area sensitif Marcell dengan tendangannya. Namun, Marcell yang sudah siap, membendung serangan perempuan itu. Ia kemudian menendang kaki si perempuan hingga menimbulkan bunyi 'krek'.
Perempuan tersebut menjerit kesakitan kemudian jatuh tersungkur ke depan seiring Marcell melepaskan kunciannya.
Perempuan itu mengaduh sambil memijit-mijit betisnya yang terkilir karena serangan Marcell.
"Warso, kita gagal. Kita harus pergi! Tolong aku," ucap si perempuan kepada rekannya yang bernama Warso.
Sementara Warso sendiri sedang terkapar setelah dibanting Ado ke atas tanah.
"Kita tinggalkan mereka, cell. Siapa tahu mereka akan kapok memburu kita lagi," ucap Ado seraya berlalu.
Setelah cukup lama meninggalkan si perempuan pesilat dan rekannya, Ado dan Marcell tiba di ujung desa yang berbatasan dengan perkebunan koli. Di sana mereka dihadang sekelompok warga yang rupanya tergiur dengan nilai buruan mereka berdua.
"Cell, ayo kita naikkan nilai buruan kita. Meski kita bukan bajak laut, ayo kita gemparkan dunia!" ucap Ado sambil mengepalkan tinju ke udara.
Marcell mengangguk kemudian meraih busur dan anak panah di punggungnya.
"Mereka yang tidak mau ditolong akan kita tolong menuju akhirat." Marcell membentangkan busur kemudian memanah salah seorang pemburu hingga jatuh terjungkal.
Ado yang berada paling depan, melakukan serangan gencar ke arah beberapa orang yang hendak menangkapnya. Beberapa pukulannya sukses menjatuhkan beberapa orang sekaligus.
Di saat pertarungan tersebut, muncul seorang pendekar pedang bercadar, melakukan serangan cepat ke arah Ado. Karena fokus terhadap target lama, maka Ado tidak menyangka datangnya serangan dadakan itu.
Pedang si penyerang tersebut menyayat punggungnya hingga terluka dan berdarah. Ado meringis menahan sakit kemudian melompat mundur.
Tanpa membuang kesempatan, si penyerang misterius kembali melakukan serangan cepat ke arah Ado yang dilihatnya terdesak.
Namun, sebatang panah meluncur deras ke arah wajahnya hingga cadarnya terlepas. Tidak hanya itu, panah tersebut sukses melukai wajahnya cukup dalam.
"Farha?" Marcell kaget saat melihat wajah si pendekar pedang tersebut.
Farha tampak mengusap pipinya yang terserempet panah Marcell kemudian dengan cepat berlari meninggalkan lokasi pertempuran.
"Tunggu, Farha!" teriak Marcell tertahan karena Farha keburu menghilang di balik rimbunnya pohon-pohon koli.
Ado menghampiri Marcell kemudian menggeliatkan badannya yang terasa sakit terutama di bagian luka sayatan di punggungnya.
"Serangannya sangat cepat. Aku benar-benar tidak dapat mengimbanginya. Kau tahu dia berguru kepada siapa?" ucap Ado seraya mengepalkan kedua tangannya.
"Aku tidak tahu. Kami sudah cukup lama tidak bertemu. Tahu-tahu dia sudah menjadi pendekar pedang. Rupanya dia yang waktu itu menolong bangsawan Rojo dari panahku. Ada hubungan apa antara mereka berdua?" kata Marcell setengah bergumam.
"Aah, tidak perlu dipikirkan. Mungkin dia suatu saat akan berada di pihak kita. Semoga saja. Kita sangat membutuhkan bantuan untuk memerangi para orang kaya yang serakah itu," ucap Ado seraya menghampiri sebatang pohon koli yang sedang berbuah lebat. "Buah mangga rasa gurih."