Sembilan tahun kemudian.
Marcell memicingkan mata kanannya saat membidik sasaran yang sedang berjalan-jalan mencari mangsa. Dalam hitungan detik, Marcell melesatkan anak panah ke arah sasarannya yang merupakan seekor dinosaurus sebesar kuda berkaki dua.
Wuuutttt
Anak panah yang dilesatkan Marcell menderu kemudian menancap dengan cepat ke tubuh sasaran. Binatang buas tersebut memekik kesakitan dengan kepala mendongak ke udara.
Binatang yang adalah Raptor tersebut tampak berdarah di bagian tubuh yang tertancap anak panah. Makhluk itu mengamuk kemudian berlari sangat kencang ke arah Marcell.
"Oh, sial! Aku harus lari atau aku akan mati!" ucap Marcell yang saat ini sudah menginjak usia 17 tahun.
Marcell segera berlari untuk menghindari kejaran raptor yang sedang terluka itu. Namun binatang buas tersebut memiliki kecepatan lari yang cukup tinggi, dan itu tidak dapat ditandingi oleh manusia.
Ketika rahang makhluk tersebut hampir mencapai tubuh Marcell, seeorang muncul, meninju raptor itu hingga jatuh terkulai ke atas tanah.
"Kau sedang apa, sih? Di mana-mana pemburu tidak ada yang lari dari buruannya," ujar Ado yang baru saja memukul raptor itu.
"Jadi aku harus menyerahkan diri untuk dibunuhnya begitu saja? Gila saja jika sampai begitu," tukas Marcell seraya terengah-engah.
"Kakek pengemis bilang kau harus mempelajari kitab Lightening Archer itu. Kau akan semakin mahir dengan panah jika mau mempelajari kitab itu," kata Ado seraya memeriksa tubuh raptor yang sudah tidak bergerak lagi itu.
"Aku tidak punya waktu untuk itu, do. Aku sedang sibuk menyusun strategi untuk menghentikan kejahatan para bangsawan One Ring. Sudah terlalu banyak warga yang menjadi korban. Terakhir aku mendengar sepasang suami-istri tua meninggal karena kelelahan setelah dipaksa bekerja hingga tiga hari tanpa istirahat. Aku tidak bisa membiarkan itu terus terjadi," tutur Marcell penuh emosi.
"Kita sudah mencoba menghentikan mereka, bukan? Tapi kita gagal karena masyarakat banyak yang tidak mendukung kita. Alasan mereka memang masuk akal. Mereka tidak ingin menjadi korban karena pemberontakan kita yang gagal. Raja Odel merupakan dalang di baliknya. Para bangsawan itu kuat karena dukungannya. Apalagi raja memiliki segudang penyihir setingkat Hyper Wizard. Apa yang harus kita lakukan untuk itu?" tukas Ado.
Marcell menghela nafas. Ia merasa frustrasi karena gerakan yang pernah digagasnya gagal bahkan berujung pada masifnya warga yang dipekerjakan paksa di perkebunan dan pertambangan.
"Lalu kau tidak memiliki pikiran untuk menolong mereka begitu?" tanya Marcell sambil menatap gusar ke arah Ado.
"Hahaha, tentu saja aku ingin menolong mereka. Aku berpikir bagaimana kalau kita tingkatkan kemampuan masing-masing. Setelah cukup, kita akan menyerbu markas One Ring. Hanya saja aku merasa tidak enak untuk mengatakan apa yang seharusnya akan kita lakukan setelah menyerbu tempat itu," tukas Ado sembari tertawa.
"Katakan saja, do. Kau ingin menguliti mereka semua atau membelah kepala mereka dengan tinjumu? Lakukan saja semaumu. Bahkan jika kau ingin merobek dada ibu dan ayahku, lakukan!" ucap Marcell membuat Ado terkejut.
"Kau memang anak yang buruk," ucapnya sembari menggelengkan kepala.
Kita tinggalkan Ado dan Marcell yang sedang memotong-motong hewan buruannya. Kita beralih ke sebuah gedung berlantai lima yang berdiri di sebelah timur jalan desa.
Gedung bercat krem tersebut merupakan gedung markas One Ring. Itu terlihat dari. logo besar berbentuk cincin dengan angka satu di tengahnya. Namun jika ditilik lagi logo tersebut lebih seperti angka sepuluh.
Di dalam ruangan di lantai paling atas gedung tersebut tampak Rojo dan Karjo, dua bangsawan kembar (sial) itu sedang berjalan menuju salah satu ruang eksekutif.
"Mereka belum juga ditemukan. Dua bocah laknat pengganggu itu harus ditangkap dan dipekerjakan di kandang singa!" Rojo tampak uring-uringan.
"Aku tahu nama kedua bocah itu. Mereka adalah Ado Michael Red dan Jonama Marcell Lovebird. Bocah yang terakhir kusebut itu adalah mantan putra tuan Jonama Edgard Lovebird. Kita bebas memburunya karena bukan lagi anaknya tuan Edgard." Karjo menukas sambil tersenyum miring.
"Aku tidak peduli. Meskipun dia masih anaknya tuan Edgard sekalipun, aku tidak ragu untuk menangkap dan mengulitinya hidup-hidup!" tukas Rojo dengan emosi. "Itu karena dia berani memanahku! Untung saja tidak kena, bangsat!" lanjutnya.
Karjo menggelengkan kepala seraya dalam hatinya berkata, "Sayangnya tidak kena. Jika kena aku ingin melihat secengeng apa si Rojo kolokan ini."
Kedua bangsawan tersebut kemudian memasuki ruangan eksekutif di mana dua orang petinggi eksekutif sedang duduk di sofa sambil menikmati secangkir kopinya masing-masing. Mereka berdua menatap sinis ke arah Rojo dan Karjo.
"Ada laporan apa, Rojo?" ujar petinggi laki-laki yang adalah ayahnya Marcell yaitu Edgard.
Rojo tidak segera menjawab. Ia hanya tercenung menatap sang petinggi perempuan yang merupakan ibunya Marcell yaitu Jasmine Jewelry Dunkholt.
Jasmine saat itu mengenakan pakaian resmi kantoran berwarna krem dengan rok mini sepaha. Mungkin hal itu yang membuat Rojo melongo.
"Katakan ada apa, Rojo," kata Jasmine seraya beringsut hingga celana dalamnya terlihat.
Rojo semakin melongo saja karenanya. Ia merasa terpancing birahi saat melihat pemandangan tersebut.
Edgard merasa jengkel karena Rojo malah terdiam melongo saja. Ia pun berujar, "Lebih baik katakan itu pada tuan Yaswar. Kau tidak akan melongo seperti itu, bodoh!"
Rojo tersentak kemudian menatap marah ke arah Edgard.
"Kau mau marah kupanggil bodoh, hah! Kalau memang mau marah kau bisa apa!" kata Edgard tajam.
Rojo hanya terdiam, ia tidak berani menyahut perkataan Edgard. Ia pun kemudian berkata seadanya.
"Saya hanya ingin melaporkan bahwa salah satu pelaku yang mengincar saya adalah putra anda, tuan Edgard," ucapnya membuat Edgard mengerutkan kening.
"Itu mustahil mengingat anak saya adalah orang yang cengeng. Ia tidak mungkin melakukannya. Aah, lagipula saya sudah tidak punya anak. Saya sudah membuangnya ke tempat sampah," tukas Edgard seraya mengetuk-ngetuk meja.
"Tapi pelakunya memang dia, tuanku. Dia bersama temannya yang bernama Ado Michael Red," kata Karjo membuat Edgard tiba-tiba bangkit dari duduknya.
"Apa kau bilang? Kau yakin Michael Red salah satu pelakunya? Ini tidak bisa dibiarkan. Kalian harus menangkap orang itu dan membawanya kepadaku. Dia adalah ancaman besar bagiku!" kata Edgard setengah berteriak.