Chapter 3 - 0.3

Pelajaran sudah selesai, Tasya sedang menunggu teman temannya

"Mana si, lama bener." Gerutu Heejin sejak tadi

"Sabar elah, Jin." Balas Tasya

"Masalahnya Jaemin udah nunggu gue diparkiran."

"Yaudah luan aja." Suruh cewek itu

"Yang bener?" Tasya mengangguk

"Yaudah gue duluan ya, Sa."

"Iya." Heejin pun pergi meninggalkan Tasya untuk menghampiri pacarnya yang sudah menunggu diparkiran. Lima menit kemudian, Siyeon dan Somi pun menghampiri Tasya

"Sa, sendirian? Heejin mana?" Siyeon menepuk bahu Tasya

"Udah balik duluan."

"Lo? Ga dijemput?"

"Gatau nih. Nomor bonyok gue dua duanya lagi sibuk."

"Ga nebeng ke Mark?"

"Katanya masih stay dilab sampe sore. Nugas kelompok."

"Lah terus lo balik sama siapa?"

"Gue bisa grab."

"Tasya." Atensi ketiganya teralihkan pada seseorang yang mendekati mereka. Haechan

"Pulang bareng gue." Ujarnya. Tasya menatap Haechan sebentar lalu membuang muka lagi

"Gak. Gue pulang sendiri." Balas cewek itu. Dia sangat malas jika berdekatan dengan Haechan

"Disuruh bokap lo." Haechan menunjukkan hpnya yang berisi chat papanya dengan cowok itu. Ferry menyuruh Haechan untuk pulang bersama Tasya karna dia sedang ada meeting jadi tidak sempat untuk menjemputnya

"Ngikut aja sono, Sa." Tasya tetap diam

"Yaudah kalo gamau." Haechan berbalik dan melangkahkan kakinya menuju parkiran sambil bersiul dan memainkan kunci mobil miliknya. Tasya berdecak malas

"Gue luan, Som, Yeon." Pamit Tasya

"Yo, ati ati."

Dengan malas Tasya berjalan mengekori Haechan. Cowok itu berhenti didepan mobil Honda Jazz berwarna merah, dia memencet tombol buka kunci pada remot mobilnya

"Eh, gue kirain gamau ikut." Ucap Haechan. Tasya memutar bola matanya, dia membuka pintu jok belakang kemudian masuk. Haechan menatapnya

"Yang nyuruh duduk dibelakang siapa?" Tanyanya pada Tasya. Tasya tidak menjawab

"Duduk didepan." Suruhnya

Tasya berdecak lagi, dengan terpaksa dia pindah ke depan. Suasana didalam mobil selama perjalanan benar benar hening. Tasya sangat malas untuk mengeluarkan suaranya

Haechan hanya fokus menyetir sambil sesekali mengetuk ngetukkan jarinya pada stir mobil

"Lo dirumah gue dulu. Kunci rumah dibawa bokap lo. Dia nitip lo sama gue." Ucap Haechan

"Anter gue kerumah Siyeon."

"Gak. Ntar lo dicariin, gue yang repot." Tasya milih diam dan nurut. Dia ingat jika Mark masih disekolah hingga sore, jadi dia tidak terlalu waspada

Beberapa menit mereka tiba. Haechan turun terlebih dahulu, tanpa menunggu Tasya. Dia mengekori Haechan berjalan masuk kedalam

"Lo mau ngumpet dikamar gue ato kamar tamu? Kali aja abang gue baliknya tiba tiba."

"Dimana kamar lo." Tasya berjalan dengan malas mengekori Haechan lagi kelantai dua. Haechan membuka kamarnya, mereka masuk. Cowok itu melempar kearah sofa tas miliknya. Kamarnya benar benar berantakan, baju kaos yang berhamburan, tempat tidur yang kusut, selimut terjatuh dilantai bersama bantal

"Gue kebawah dulu. Lo disini aja. Kalo boleh, sekalian bersihin kamar gue." Ucap Haechan dengan santai. Tasya menatapnya tidak suka

"Enak aja lo nyuruh nyuruh." Kata Tasya sewot

"Belajar jadi istri yang baik. Belum juga nikah lo udah durhaka sama gue." Rasanya Tasya ingin melempar semua barang barang didalam kamar itu kepada pemiliknya sekarang juga

"Idih, yang mau nikah sama lo siapa, bangsat."

"Bayy calon istri. Tolong bersihin kamar gue, ya." Haechan pergi begitu saja setelah menutup pintu. Tasya mengepalkan tangannya, berusaha untuk mengontrol emosinya agar tidak meledak dan membuat kamar itu semakin hancur sehancur hancurnya

"Pen gue bakar idup idup tu orang." Gumamnya kesal

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Membersihkan kamar Haechan? Tentu saja Tasya tidak akan melakukannya

Tapi bohong. Dia membereskannya, tapi tidak semua. Tasya tidak suka melihat sesuatu yang berantakan, apapun itu maka dia akan selalu merapikannya. Tidak heran jika kamarnya selalu bersih dan wangi setiap hari

"Ini orang bukan si? Jorok banget." Tasya mengangkat kaos kaki Haechan yang berada didekat kasur sambil menggerutu

Pakaian kotor Haechan ia kumpulkan pada keranjang kotor, dia juga merapikan kasur cowok itu, membuka tirai jendela agar lebih terang, menyalakan pengharum dan pendingin ruangan

Sudah selesai

"Kan kalo bersih gini jadi nyaman." Tasya merebahkan tubuhnya diatas kasur. Baru saja ingin menutup mata, seseorang membuka pintu. Itu Haechan, siapa lagi selain mereka berdua dirumah ini. Orang tua Haechan masih berada dikantor

"Katanya gamau bersihin." Tasya sama sekali tidak perduli, ia tetap memaksa untuk tidur

"Tas." Panggil Haechan

"Tasya." Panggilnya sekali lagi. Haechan memutar bola matanya kemudian berjalan mendekat kearah Tasya. Ia mengambil bantal disebelah Tasya kemudian memukulkannya pada wajah cewek itu. Tasya menatapnya marah

"Apasi!"

"Masakin gue. Gue laper." Suruh Haechan dengan santainya

"Ih masak sendiri lah, ogeb. Ada tangan ada kaki, pake nyuruh nyuruh orang."

"Gue gabisa masak."

"Gausah makan." Tasya kembali menutup matanya

"Jadi lo gamau?" Tasya tidak menjawab

"Oke kalo gitu." Tasya tidak mendengar suara lagi, dia pikir Haechan sudah keluar. Tapi tidak...

"WOIII! CARI MATI LO!!!" Tasya berteriak marah. Sebelum Haechan berlari keluar kamar, ia mengambil keranjang berisi pakaian kotornya kemudian menumpahkan isinya diwajah Tasya

"Arghhh, ngeselin banget si tu orang." Tasya mendengus kesal. Ia kembali merebahkan tubuhnya, beberapa menit kemudian ia tertidur dikamar Haechan