The secret of my life, Mizuka Reyyata

🇮🇩je_syaa00
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 19.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Part 1

"Zey, jaga adik kamu ya. Mama mau temenin bundanya Sena, sekalian mau belanja bulanan. Nanti kalo ada apa-apa hubungi aja mama pake telefon rumah ya"

"Adek juga. Nurut ya sama kakak, jangan bandel. Nanti kalo mama udah pulang mama bawain eskrim buat adek. Janji jangan nakal yah?"  Sambung mama lalu menghadapkan jari kelingkingnya ke hadapan Zuka

Zuka menautkan jari kelingking nya ke jari kelingking sang mama  "Zuka kan sayang kakak. Zuka gak nakal. Mama hati-hati ya dijalan. Jangan lupa beliin eskrim nya!!!" Ucap Zuka bersemangat lalu memeluk mamanya

"Iya baby.. mama pergi dulu ya" jawab sang mama lalu mulai menaiki kendaraan mobil nya dan mulai menghilang dari pekarangan rumah.

"Zuka kamu mau main apa?" Tanya Zey

"Terserah aja. Yang penting mainnya sama kakak" jawab Zuka

"Gimana kalo kita main ke taman?" Tanya Zey yang sontak membuat Zuka merasa begitu senang. Bagaimana tidak, Setiap Zuka pergi bermain ke taman tujuan utama yang sering dilakukan oleh gadis itu adalah mengambil buah celi. Zuka suka sekali Celi. Apalagi ketika mengambilnya bersama sang kakak. Dan ketika selesai mengambil celi, mereka akan memakannya menggunakan eskrim. Eskrim favorit yang selalu mereka beli jika berkunjung ke taman.

"Ayo kak! Nanti beli eskrim yah?!" Ucap Zuka bersemangat

"Jangan deh dek, ntar sore aja kita ke taman nya. Biar ga kepanasan. Kamu tidur siang aja ya" Ucap Zey sambil membawa Zuka kembali masuk kedalam rumah. Zuka hanya menuruti perkataan kakak nya.

Entah sugesti atau semacamnya, Zuka seakan takut akan terjadi hal-hal buruk yang akan menimpa pada Kakak nya, Zey. ketika sudah sampai dikamar, Zuka menarik tangan Zey kedalam pelukannya seakan dirinya tidak ingin ditinggal. Entah itu sebentar, atau selama-lamanya.

Zey menatap Zuka dengan tatapan bingung, tiba-tiba saja adik perempuannya itu memeluk tangannya dengan erat.

"Zuka kenapa?" Tanya Zey. Zuka hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban. Gadis itu menarik kakaknya untuk duduk disisi tempat tidur bersamanya.

"Kakak temenin Zuka tidur ya?" Pinta Zuka kepada Zey

"Kamu takut?" Tanya Zey sambil menangkup wajah Zuka. gadis yang ditanyai itu masih terdiam sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya.

"Ngapain takut Zuka, kan masih siang. Kakak juga ga kemana-mana. Kamu tidur ya, Kalo ada apa-apa panggil aja kakak dikamar" ucap Zey menenangkan. Zuka terpaksa menuruti perkataan kakak nya dan berusaha untuk tidur walau hatinya merasa risau. Ia tidak lupa untuk berdoa sebelum tidur agar tidak terjadi hal-hal buruk.

Zey kembali ke kamarnya setelah melihat adik nya yang sudah tertidur. Ia memilih untuk mengerjakan pr yang diberikan oleh gurunya dua hari yang lalu, mumpung masih sempat mengerjakannya.

Di umur 8 tahunnya itu, Zey sudah memiliki pekerjaan sampingan selain menjadi seorang pelajar. Ia seorang model cilik yang sangat tampan. Ia juga sudah menjadi pelukis cilik terkenal diberbagai negara.

Begitupun dengan Zuka adiknya yang tak kalah cantiknya. Zuka sangat berbakat dalam memainkan biola dan juga sudah terkenal diberbagai negara. Sebenarnya.. Zuka tidak berminat untuk bermain biola. Mama nya lah yang mendorongnya untuk meneruskan bermain biola. Padahal, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam.. ia sangat ingin bermain piano bagaimana pun cara nya. Bagaimanapun, mamanya adalah orang yang susah payah melahirkannya. Tanpa beliau, Mungkin Zuka tidak akan ada didunia ini. Belajar piano bisa kapan saja.

Sekarang, adalah waktunya dimana Zuka dan Zey akan membuat kedua orang tua nya bahagia. Sangat bahagia. Bahkan jika bisa, mereka merasa beruntung jika memiliki anak seperti Zuka dan Zey. Semoga..

Ting Nong!  

Zey sedikit terperanjat ketika mendengar bel rumah berbunyi. Ia keluar dari kamar dan berjalan menuju kamar Zuka. Perlahan ia membuka pintu ber-cat putih itu, menampakkan seorang gadis sedang tertidur pulas ditempat tidur King size nya. Ia tersenyum sebelum akhirnya turun ke bawah untuk melihat siapa yang datang.

Rasa khawatirnya kian menjadi ketika bersisakan satu anak tangga yang harus ia injak. ya, Zey juga merasakan hal yang sama dengan adik nya. Tapi mereka saling menutupi rasa itu dan berpositif thinking.

Zuka POV

Ceklek

Zuka langsung menutup matanya dan menaikkan selimut setinggi dada. Memang sedari tadi gadis itu hanya pura-pura tidur bahkan dengan menambahkan sedikit dengkuran agar terlihat seperti lelap. Ia tidak bisa tidur dikarenakan rasa khawatirnya yang terus saja mengendalikan hati dan fikirannya.

Tup   (Anggap suara pintu ditutup)

Zuka kembali membuka matanya ketika mendengar suara pintu kamarnya telah ditutup. Ia segera bangkit dari tidur nya dan meraih ponsel dari meja nakas. Mamanya sengaja memberikan ponsel di setiap kamar agar jika terjadi sesuatu bisa saling menghubungi. Jika menggunakan telefon rumah, harus turun dari lantai 2 menuju ruang keluarga. Akan jauh lebih susah.

Zuka menggenggam ponsel itu dengan erat, dan bergegas keluar dari kamar. Dilihat nya Zey sedang berjalan menuju loby. Perlahan ia menuruni setiap anak tangga dan sembunyi di sebalik sofa yang ada diruang keluarga.

Zey masih tidak menyadari bahwa Zuka juga ada disisi nya walaupun sedikit lebih jauh.

"Zuka harus telefon mama" gumam Zuka. Tetapi tangan nya terus saja gemetar karena takut dan cemas, membuat ia tak sadar apa yang sudah ia tekan. Tetapi, kecerobohan itulah yang akan menyelamatkan nya nanti ataupun suatu saat.

Zuka POV end

pintu sudah dibukakan oleh anak dari tuan pemilik rumah megah itu. Terlihatlah sosok pasutri sedang berdiri dengan sebuah rencana, Juga dengan rasa iri dan dengki nya yang selama ini ingin ia lunasi tetapi belum juga terlunasi.

"Oh.. om tante, ada apa om?" Tanya Zey dengan ekspresinya yang terlihat legah. Jujur, ia sedikit gugup ketika ingin membukakan pintu karena ia takut jika penjahat lah yang datang. Bagaimana tidak?dirumah besar dan megah itu cuma ada dirinya dan sang adik yang masih berumur 6 th. Masih terlalu lugu untuk melawan penjahat yang terbilang dewasa. Walaupun Zey sedikit jago silat.

Mereka tersenyum sebelum akhirnya mengatakan tujuan kedatangan mereka "mama kamu ada gak, sayang?" Tanya tante Noora sambil tersenyum

"Ohh, mama pergi belanja bulanan tante" jawab Zey

"Sama siapa?" Tanya nya lagi

"Sama temen mama" jawab Zey yang terdengar lugu

"Ohh, sama temen nya.. kenapa ga sama papa kamu?" Tanyanya dengan senyum yang tak pudar sedari tadi

"Papa ke Rusia tante" jawab Zey

"Ohh, tante sama om.. boleh masuk ga?" Tanya tante Noora sambil mengalihkan pandangannya ke arah suaminya, Sam.

"Boleh kok om, tante" ucap Zey sambil membuka pintu lebih lebar. Kedua pasutri itu masuk dengan senyum yang menyeringai ketika mulai mengedarkan pengelihatannya kesegala penjuru ruangan. Mereka duduk di kursi ruang tamu dengan Zey yang masih berdiri disisi mereka.

"Om sama tante mau dibuatin apa? Biar aku buatin" ujar Zey

"Loh? dirumah ini kan ada pembantunya, pada kemana? Kok malah kamu yang buatin minum" tanya Om Sam

"Kata mama semuanya pergi pulang kampung" jawab Zey seadanya

"Ohh, yakin ga ngerepotin nih?" Ucap tante Noora

"Iya ga repot" jawab Zey

"Tante mau jus jeruk.. boleh ngga?" Tanyanya lagi

"Iya boleh"

"Yaudah, om kopi aja deh" ucap Om Sam. Zey pun mulai meninggalkan ruang tamu menuju dapur. Ia akan membuatkan Jus dan kopi untuk om dan tante sekaligus membuatkan susu untuk Zuka.

"Nih, om tante jus sama kopi nya. diminum ya, aku mau anterin susu ini dulu ke kamar Zuka" ucap Zey setelah menaruh 2 gelas jus jeruk diatas meja.

"Yaudah, tante tunggu disini yah" ucap tante Noora seraya tersenyum. Begitupun dengan Om Sam yang mulai menyeruput kopinya. Setelah diberi izin, Zey beranjak dari ruang tamu.

Sesampai nya dikamar Zuka, Zey membuka pintu dengan perlahan berharap adik kesayangannya itu tidak terbangun dari tidur siang nya. Zuka terkadang suka kehausan jika sebelum tidur belum minum susu. Itu sebab nya Zey membuatkannya.

Anak laki-laki tsb menautkan kedua alis nya bingung ketika ia tidak mendapati gadis yang ingin ia temui. Ruangan bernuansa biru itu tidak memperlihatkan sosok Zuka yang tadi nya sedang tertidur pulas. Zey memasuki kamar mandi Zuka, dan tetap saja. Gadis itu juga tidak ada disana.

"Zukaa" Panggil Zey sambil menuruni setiap anak tangga.

"Kamu ngapain disitu?" Tanya Zey dengan wajah terkejutnya ketika menemui Zuka yang tengah berbaring disofa terlihat sedang memvidiokan sesuatu. Zey mendekati adik nya dan melihat apa yang sedang dividiokan.

"Kok kamu vidioin mereka? Emang nya mereka kenapa?" Tanya Zey setengah berbisik

"Aku takut terjadi sesuatu" jawab Zuka juga dengan berbisik

"Ada-ada aja kamu, ga boleh gitu tau. Mereka ga mungkin jahat. Mereka kan om dan tante kita. Masa kamu kaya gitu?"  Ucap Zey menasihati

"Aku ga tau kakak! Ini firasat akuu" jawab Zuka yang terlihat kesal.

"Yaudah, nih susu nya diminum" ucap Zey lalu memberikan sebotol susu untuk Zuka dan langsung Zuka terima. Zey beranjak menuju ruang tamu, untuk menemani Om dan Tante nya berbicara.

"Iya, sampai jumpa Rey" panggilan telefon diputuskan oleh tante Noora tepat sekali ketika Zey datang. Wanita paruh baya ini menyembunyikan raut gembiranya dengan meminum jus jeruk yang dibawakan oleh Zey. 

"Jus nya enak Zey, makasih ya udah dibuatin. Pasti ngerepotin yah" ucap tante Noora sambil tersenyum canggung

"Nggak kok tante, kebetulan aku pernah diajarin sama mama cara bikin jus jeruk. Jadi aku udah berpengalaman" ujar Zey

"Ohh gitu, Yaudah tante sama Om mau pamit pulang yah. Sekali lagi makasih ya Zey. oh iya, bisa gak nanti kalo misal nya mama kamu udah pulang, kamu jangan kasih tau ke dia kalo tante dan Om datang ke sini" ucap tante

"Kenapa tante?" Tanya Zey

"Mama kamu gak tau kalo om dan tante udah pulang dari Jerman. Dilain hari tante mau temuin dia, tapi ini surprise! Kamu jangan bilang ya" ucap tante Noora menjelaskan. Zey hanya menganggukkan kepalanya sambil ber oh ria menanggapi alasan tante Noora.

"Tante pergi yah, jaga adik kamu baik-baik. Kalo ada apa-apa kamu bisa hubungi tante. Bye Zey!" Ujar tante Noora untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya pergi dari pekarangan rumah keluarga Kim.

"Kak! Udah sore loh, kan janji nya mau ke taman. Yuk kak!" Ucap Zuka bersemangat

"Mandi dulu Zuka.." ucap Zey sambil mencubit pelan pipi Zuka. Gadis itu tertawa menanggapi kelucuan abangnya, lalu berlari menuju kamar nya untuk segera mandi. Begitupun dengan Zey.

Taman, 16.00

"Kita duduk ditempat biasa ya" ujar Zey sambil menunjuk ke arah salah satu kursi taman yang terletak di bawah pohon celi. Zuka menganggukkan kepalanya setuju dengan usulan yang diberikan oleh kakak nya itu.

Skip*

Rolex yang dikenakan oleh Zey sudah menunjukkan pukul tujuh malam, tetapi tidak satupun masing-masing diantara mereka berniat untuk meninggalkan tempat yang bagi mereka akan begitu banyak menyimpan kenangan.

Beberapa menit yang lalu, Zey dan Zuka menikmati indahnya Sunset sambil memakan buah celi hasil perjuangan mereka memanjat pohon.

Zuka menatap Zey bahagia, ketika kakak laki-lakinya itu memberikannya sebuah senyuman yang begitu hangat.

Tetapi seketika senyuman itu luntur, ketika Zuka sadar sesuatu mulai terasa begitu berat. hidungnya terasa panas dan bergilir dengan cairan merah berbau besi yang perlahan mengalir membuat nya menggusal-gusalkan hidung mungilnya sebab terasa begitu geli.

Zey membulatkan matanya terkejut, ketika melihat darah mengalir dari hidung Zuka. Ia dibuat kesal ketika adik perempuannya itu memperlakukan cairan merah kental tersebut layaknya ingus. Dan lihatlah, kini darah itu terlihat berantakan di wajah mungil Zuka.

Zey buru-buru melepaskan sweater yang ia kenakan lalu mengeluarkan sapu tangan yang disimpan di saku bajunya. Ini tidak kebetulan. Mama memang selalu mempersiapkan sapu tangan di saku baju mereka.

Setelah meng-lap semua darah, Zey memakaikan Sweater miliknya ketubuh Zuka. gadis itu pasti kedinginan karna ia hanya mengenakan Cardigan yang pastinya tidak akan berfungsi.

"Kita pulang sekarang!" Ucap Zey lalu memeluk tubuh mungil Zuka dengan erat. Ia takut terjadi apa-apa pada adik nya. pasalnya, Zuka tidak pernah mimisan. Ini kali pertama Zuka mimisan dan itupun tanpa sebab. Atau.. ini sudah sering terjadi.. dan ia tidak mengetahuinya?

Hujan mendadak turun deras, suara petir yang terus saja bergemuruh membuat hati Zey semakin risau. Adik perempuan yang selalu berada bersamanya hanya terdiam menikmati hangat dekapan yang diberikan oleh nya. Oleh Zey, kakak laki-laki Zuka yang akan selalu menjaga dan memberikan kasih sayang kapanpun dan bagaimanapun seorang Zuka.

Setelah sampai dirumah, Zey membayar ongkos taksi dengan harga yang lebih tinggi dari seharusnya. Supir taksi itu terlihat ingin menolak, tetapi Zey tetap menekankan pada supir tsb untuk menerima uang yang ia berikan tanpa harus memberikan sepeser pun

kembalian.

Zey memasuki rumah dengan Zuka yang berada di punggungnya.

PRAANK!

seketika Zey terlonjak kaget, begitupun dengan Zuka yang langsung terbangun dari tidurnya. Didepan matanya, bermacam-macam pigura berukuran sedang hingga besar terhempaskan ke lantai membuat seisi rumah terlihat berantakan. hujan masih terdengar deras dengan petir yang tak kala menggelegar. seakan pertanda sesuatu akan terjadi malam ini.

PLAAK!!

DAMN! Hal yang selama ini sangat Zey benci. ternyata bisa terjadi. untung saja ia segera menutup mata Zuka agar gadis itu tidak melihat kekerasan yang sempat terjadi tepat didepan mata nya barusan. ia harus membawa Zuka masuk ke kamar, dan menidurkannya, walaupun sepertinya akan sangat sulit.

Zey membawa Zuka keluar dari rumah, berniat untuk membawa gadis itu masuk melewati pintu samping yang menembus ke dapur. Dengan langkah yang cepat, Zuka membimbing adiknya menaiki setiap anak tangga hingga sampailah dikamar gadis itu.

Zey menghela nafas lega sebelum akhirnya Zuka mulai tertidur tanpa bertanya tentang apapun. Fikirannya terasa dihantui oleh setiap masalah yang timbul hari ini. Zuka yang bertindak aneh dengan memvidiokan om dan tante, gadis itu juga sempat mimisan dengan darah yang lumayan banyak, pertengkaran mama dan papa yang.. tidak diketahuinya entah karna apa.

Zey mencium kening Zuka sekilas, sebelum akhirnya pergi meninggalkan gadis itu di kamarnya. didalam hatinya ia berharap, jangan jadikan malam ini malam yang begitu sial. karna masa-masa yang begitu sulit tak selamanya akan menjadi begitu mudah.