Chapter 3 - Part 3

Part 1 dan part 2 itu flashback .

"Zuka, udah nyamp— Loh?" bagaimana Zey tidak terkejut, gadis yang setahun lebih muda dari nya itu tertidur dihari pertama disekolah barunya. Zuka siswa pindahan, lebih tepatnya anak baru disekolah Zey

"Zuka, kok tidur sih?" Ucap Zey seraya mengguncang-guncangkan lengan Zuka agar gadis itu terbangun

"Engh.. kan aku udah gk sekolah" ucap Zuka yang masih memejamkan mata. Saking ngantuknya, Zuka lupa bahwa hari ini adalah hari pertamanya disekolah baru

"Kamu kan pindah ke sekolah kakak Zuka!" Sentak Zey karna terlanjur kesal mendengar perkataan gadis itu

Sedetik kemudian, Zuka membelalakkan matanya dan bergegas keluar mobil meninggalkan Zey yang menatapnya cengo

"ZUKA! EMANG KAMU TAU KELAS NYA DIMANA?!" Teriak Zey sebelum gadis itu sudah benar-benar jauh. Ia mengejar Zuka dan mengantarkan gadis itu ke kelasnya

Di depan kelas.

"Dah ah sana! Kok kaka malah ikut aku"

"WOII BALIKIN AIRPOD GUA JING!"

"DIEM WOI! JAN TRIAK NAPA?!"

"LU JUGA TERIAK KALEE"

"NIK, MARAHIN NIH BOCIL!"

"WOII NONTON GAK NGAJAK2"

"WOII UANG GUE ILANG!"

"GUE GAK NYURI YA SUMPAH!"

"GUE LIAT PR MATEMATIKA DONG!"

"EH GUYS! KATANYA BAKAL ADA ANAK BARU"

"DEMI?! WAHH KALO COWOK GUE DULUAN YANG TAKEN YA GUYS!"

"WOI PARA COGAN! KALO ANAK BARU ITU CEWEK BUAT GUE YA!!"

"Pfftt!" Ucap Zuka dan Zey bersamaan. mereka saling pandang dan menahan tawa ketika mendengar satu penuturan yang terdengar lucu bagi mereka

Zey dan Zuka kembali menetralkan wajah mereka sebelum memasuki kelas yang ribut nya bukan main itu. yaa, sudah bisa ditebak. Ruangan itu mendadak hening ketika mereka berdua menjadi bahan tatapan oleh seisinya.

"Dia adi—" belum sempat Zey melanjutkan kalimatnya, dengan sigap Zuka menutup mulut kakaknya dengan kedua tangan nya yang mungil

"Kenapa sih?!" Ucap Zey kesal

"Usstt! biar aku sendiri yang ngomong! Kan anak barunya aku!" Ucap Zuka setengah berbisik

"Hmm yaudah serah" ucap Zey seraya merolling eyes. Tanpa mereka sadari, seisi kelas sudah menertawai aksi adik kakak yang terlihat lucu dan menggemaskan itu

"Nama aku Zuka, pindahan dari SMA xxx"

"Gue ketua kelas! Nama gue Nico, salken ya Zuka ehehe" ucap salah satu laki-laki begitu bersemangat. Zey hanya tersenyum simpul menanggapinya

"Zuka! Gue Alice sekretaris disini"ucap salah satu perempuan seraya tersenyum lebar

"Gue Lucy, bendahara yang paling ramah diantara semua kelas disekolah ini"

"Alah bacot ya Luc"

"Tau tuh! Ramah dari mananya! Orang galak gitu dibilang ramah"

"Zuka! lu duduk disamping gue aja ya! Nih disini nih" ucap salah satu perempuan seraya menunjuk kursi kosong disampingnya

"Nggak jangan sama dia! Sini samping gue aja Zuka! Gue anak nya baik gak kayak dia suer deh"

"Udah jangan sama mereka! Sama gue sini! Enak kalo liat papan tulis"

Jujur, Zuka sangat senang karna mereka begitu antusias ketika menyambut kedatangannya. ia tidak pernah diperlakukan seperti itu disekolah lamanya, ya mungkin memang tidak ada yang spesial di dirinya.

"Udah2! Zuka, kamu duduk sama Alice aja. Kaka percayain kamu sama dia" final Zey. Ia tahu Alice anak yang baik dan perhatian. Cocok jika Zuka bersahabat dengannya secara Zuka terlalu bobrok.

"Yes! Apa lu pada?! Iri?!" Ucap Alice menyombongkan diri sedangkan yang lain hanya menatapnya kesal

"Kak Zey siapanya lu sih?" Tanya salah satu perempuan yang 'sepertinya' tidak suka terhadap kedekatan Zey dan Zuka

"Dia ad–"

"Nggak, bukan siapa-siapa kok. Kenapa emang?" ucap Zuka lalu memalingkan wajahnya menatap manik coklat Zey yang menatapnya tajam

"Ohh, kirain" ucapnya seraya memalingkan wajah

"Kenapa sih Zuk?" Tanya Zey kesal. Bagaimana tidak? Sedari tadi gadis itu menyela omongannya seakan tidak memberi peluang untuk ia bicara

"nanti aku jelasin. Udah sana, ke kelas kakak keburu gurunya masuk ntar" ucap Zuka seraya tersenyum hangat. Zey membalas senyum itu dan mengusap lembut rambut Zuka sebelum akhirnya keluar

Seisi kelas tampak terkejut melihat perlakuan Zey kepada Zuka yang bisa dibilang suatu ke hoki-an bagi mereka. Mengapa? Karna Zey itu siswa tampan yang diidamkan para ciwi-ciwi seantero sekolah maupun luar sekolah. Tetapi, sikap dingin lelaki itu selalu membuat para kaum hawa ragu untuk mendekatinya. Ia juga terdaftar sebagai siswa yang ber IQ tinggi dan bertalenta. Tau sendiri kan? Zey juga sudah menjadi seorang model sejak kecil. Tak heran.

Jam istirahat.

"Zuka! Ke kantin yuk?" Ajak Alice seraya menggenggam tangan kiri Zuka. Zuka tersenyum dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban

Diperjalanan menuju kantin, semua siswa menatapnya dengan tatapan cengo. Alice yang melihat itu hanya bisa tersenyum simpul. Ia juga memikirkan hal yang sama tentang Zuka. Gadis pindahan dengan paras yang sangat cantik. Rambut coklatnya tertata rapi, tak seperti ciwi-ciwi yang terkenal disekolah itu. yaa lumayan terkenal laaah.. terkenal sebagai pembully.

Setelah memesan makanan, Alice kembali ke tempat duduknya dan Zuka untuk memakan makanan mereka masing-masing.

Zuka yang sedang menikmati makanannya dengan hikmat, tersedak ketika seseorang datang dengan menggebrak meja cukup keras. Niatnya ingin marah-marah segera dipendam kala teringat ia sedang berada ditempat umum.

Laki-laki yang menggebrak meja itu meringis ketika mendapat tatapan tajam dari Zuka. Sialan ternyata Zey, kakaknya sendiri yang mengagetinya seperti tadi.

Lihatlah sekarang, Zey malah ikut bergabung dimejanya dan Alice. bukan itu yang jadi masalah, tetapi laki-laki itu juga membawa teman-teman nya yang pastinya juga ikut bergabung.

Seluruh pasang mata memperhatikan Mereka yang notabene nya sebagai pangeran sekolah. Tetapi, tak sedikit pula mereka yang menatap Zuka dan Alice dengan tatapan sinis. yaa, Zuka sih ga masalah. Ia sudah sering diperlakukan seperti itu disekolah lamanya. Yang merasa risih itu si Alice. dari tadi kayak orang gelisah ditambah genggaman tangannya pada Zuka semakin menguat

"Alice? R u ok?" tanya Zuka kepada gadis itu.

"Ehmmm, lo gak takut?" Ucap Alice dengan ringisan kecil nya.

"Takut?" Tanya Zuka lalu mengedarkan pandangannya hingga akhirnya ia mengerti maksud gadis itu "takut sama mereka?" Tanya Zuka

"I-iya ehehe" jawab Alice dengan cengiran khas nya. Zey yang mendengar obrolan kedua gadis itu segera saja membalas tatapan tajam yang mereka tujukan untuk Zuka dan Alice. Yaa, mereka hanya belum mengetahui bahwa Zey memiliki adik yang sekarang bersekolah disekolah yang sama dengannya.

"KENAPA MATA LU SEMUA NGELIATINNYA KAYA GITU?! MAU GUE LEMPAR?!!" tidak-tidak. Bukan Zey yang membentak mereka semua melainkan salah satu temannya. Kriss. Sedari tadi lelaki itu juga merasakan hal yang sama. Risih mendengar celotehan yang dibuat oleh penghuni-penghuni kantin

"TAU TUH! GUE LEMPAR JUGA NIH MEJA KE MUKA LO PADA!" Ok, ini Daniel.  Cogan yang terkenal dengan keberaniannya. yaa emang semuanya pemberani sih. Tapi, Daniel tak pernah main-main sama perkataan nya. Ia bisa saja melempar meja itu jika ia mau. Kalau masalah ganti rugi, uangnya juga tak akan pernah habis cuma untuk beli 1000 meja sekalipun

"Alice, kita ke kelas aja" Zuka menggapai tangan kiri gadis itu lalu membawanya menjauh dari keramaian.

Ia juga bingung, kenapa wajah Alice terlihat memucat. Apa ia setakut itu

"Alice? lo kenapa?" Tanya Zuka seraya meletakkan punggung tangan nya tepat dikening Alice. matanya membulat sempurna merasakan panas yang mengalir ke area punggung tangan nya dengan buliran keringat yang kian merambat ke pelipis gadis itu. Ia meneteskan cairan bening nya hingga mengeluarkan suara isak tangis saking tak bisa menahan rasa takut nya.

"Lhoh? udah kita ke uks aja yuk" Zuka memapah Alice menuju ruang uks agar gadis itu bisa beristirahat disana.

"Nih minum dulu" Zuka memberikan segelas air putih yang baru saja ia ambilkan lalu membaringkan tubuh Alice yang kian melemah. Kebetulan, ia juga sangat mengantuk. Jadi dengan senang hati ia akan menemani Alice hingga pulang sekolah

Sudah 1 jam lamanya ruangan ber-cat hijau itu dilanda keheningan, hanya terdengar suara AC yang dinyalakan agar ruangan tsb tidak terasa pengap.

Zuka mengernyitkan dahi nya bingung pada dirinya sendiri. Ia sudah menempati posisi yang nyaman dengan ruangan ber-AC dan juga tenang. Tetapi tetap saja ia tidak bisa tertidur, seakan hatinya menuntut suatu penjelasan

Alice yang mengetahui Zuka belum tertidur, ia memilih untuk membuka suara memecah keheningan diantara mereka berdua "Zuka" panggil Alice

Zuka menegakkan tubuhnya menatap gadis yang sedang terbaring memanggil namanya "apa?" tanya Zuka seraya meletakkan punggung tangannya dikening Alice. Merasa panas nya sudah mulai berkurang, Zuka kembali memberi gadis itu minum agar ia benar-benar pulih

"Kalau boleh tau.." ucap Zuka menggantungkan kalimatnya. Ia menaruh kompres di kening Alice yang masih terasa hangat "lo kenapa?" Sambung nya

Hening beberapa saat. Zuka yang tidak mendapat jawaban atas pertanyaannya hanya bisa memaklumi gadis yang sedang terbaring disisinya. Mungkin ia sedang tidak ingin bercerita. Ataupun ia hanya kecapean

"yaudah gpp kalo gk mau cer—"

"Sebenernya, gue trauma. Dulu gue korban bully di SMP" ucap Alice memotong perkataan Zuka. sebenarnya, sudah sedari tadi gadis itu ingin mengatakan keluh kesah nya pada Zuka. Namun ia merasa canggung mengingat Zuka adalah orang baru dihidupnya

"Terus?"

"Awalnya.. gue gak terlalu permasalahin itu. Karna gue punya sahabat yang selalu Bantuin gue, nyemangatin gue, buat gue sabar, intinya dia segalanya buat gue. sampe ada suatu hari, dimanaa.. sahabat gue itu diteror sama mereka sampai sahabat gue bunuh diri saking gak tahannya" ucap Alice menjelaskan semua kejadian yang membuatnya ketakutan. Zuka menganggu-anggukan kepalanya tanda mengerti rasa takut yang dialami Alice. Hanya saja, ia tidak menyangka pembully itu benar-benar niat melakukannya. Sampai merenggut nyawa seseorang? Ckckck

"Jadi, lo trauma karna sahabat lo yang meninggal karna diteror?" Tanya Zuka memastikan. Alice mendudukkan dirinya menghadap Zuka. Ia menatap serius kearah gadis itu yang kini juga membalas tatapannya.

"Bukan cuma itu-" suara gadis itu terdengar serak seraya cairan bening yang membasahi kedua pipinya. Ia memberi jeda sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. "Gue pindah ke sekolah ini waktu kelas 10. gue gak sanggup.. gue berusaha kabur dan disaat gue udah lupain luka lama gue, mereka datang lagi! Mereka disini! gue mohon sama lo, menjauh dari gue sebelum lo kena imbas nya hiks.." jelas gadis itu dengan tangisnya yang semakin memecah. Zuka memeluk tubuh gadis itu berusaha untuk membuatnya tenang walau sedikit sulit.

Pintu ber-cat putih itu terbuka menampakkan wajah-wajah tampan yang dimiliki oleh kesembilan pangeran kebanggaan sekolah. Suasana mendadak canggung ketika melihat Alice yang menangis dipelukan Zuka. Zuka sengaja menyuruh mereka untuk tidak mengeluarkan suara, agar ruangan itu tetap tenang

"Hiks- maaf ya Zuk" ucap Alice memecah keheningan. Kedelapan pria yang sedari tadi kebingungan hanya bisa menyimak interaksi yang dilakukan oleh keduanya.

Mereka menahan diri untuk bertanya, hanya bisa menunggu penjelasan dari gadis itu.

"Maaf kenapa?" Tanya Zuka seraya mengelus punggung gadis itu

"Gue hiks- minta lu menjauh" jawab gadis itu masih terisak dipelukan Zuka. Elusan dan belaian yang Zuka berikan seakan membuat tangisnya semakin ingin meluap mengeluarkan semua keluh kesah yang selama ini ia pendam. Tapi, ia terlalu malu untuk bercerita

"Gapapa. Tapi, maaf ya El. soal jauhin lo, kayanya gue gak bisa" Sontak Alice melepaskan pelukannya lalu menatap Zuka seakan meminta penjelasan pada gadis itu.

"Gak punya alasan" jawab Zuka seraya tersenyum simpul. Apa maksud gadis itu? Tidak mungkin ia melakukannya tanpa alasan kan? Dasar Aneh

"Kalian kenapa sih?" Tanya Zey setelah suasana kembali normal. Tidak ada satupun jawaban yang diberikan oleh Zuka ataupun Alice. Kedua nya masih terdiam oleh fikiran masing-masing

"Alice, lo kenapa?" Tanya Kriss yang sedari tadi ikut menahan rasa penasarannya. Lagi-lagi tidak ada jawaban. dirinya benar-benar dibuat kesal oleh kedua gadis itu.

"Zuka jawab kak—"

"Gak penting juga kaak" potong Zuka seraya menatap Zey malas

"Awas ya, kalo kakak denger ada yang bully2 kalian" ucap Zey dengan tatapan interogasinya. Alice menelan ludahnya kasar sebelum akhirnya mengganggukkan kepala menanggapi perkataan Zey. Tapi, ia tidak bisa menjanjikan hal itu. Sudah sangat jelas, Zuka akan turut serta menjadi korban karna gadis itu memilih untuk tetap berada di sisinya.