Central Park.
"Yeeaayy!! yuk kak" sahut Zuka seraya menarik tangan Zey untuk segera memasuki area taman.
Sedari tadi senyum manis itu tak luntur dari wajah cantik Zuka. Ia merasa senang melihat banyak anak-anak bermain dan berlarian, lalu tertawa tanpa beban.
Wajah Zuka begitu damai. terlebih lagi saat tersenyum seperti sekarang. Itulah mengapa Zey selalu membutuhkan senyum Zuka yang mampu membuatnya tenang. Membuat rasa lelah nya hilang. Takut kehilangan gadis itu karna hanya dia lah yang Zey punya hingga saat ini.
"Mau kemana dulu?" Tanya Zey memecahkan lamunan Zuka.
"Ke danau yuk" ajak Zuka. Zey menganggukkan kepalanya membiarkan gadis itu membawanya kesana kemari, karna setelah ini mereka tidak akan ada waktu luang lagi. Sebenarnya, ia selalu ingin membawa Zuka bersenang-senang. Tetapi, tidak bisa dipungkiri. Tidak hanya dirinya, Zuka juga menerima kesibukan itu dengan senang hati walaupun itu melelahkan.
Disini lah mereka. Menduduki bangku yang ada dibawah pohon rindang, menghadap langsung ke arah danau yang diisi oleh berbagai macam dan jenis ikan. Beberapa orang juga melakukan hal yang sama, menatap danau sambil berbincang-bincang tentang kehidupan mereka.
"Dulu kamu sering nanya sama kakak" ucap Zey membuka suara. Zuka benar-benar terhipnotis oleh berbagai keindahan yang ada disini. Mulai dari air terjun mini nya, bangunan-bangunan kuno, dan tentunya yang selalu disukai para anak-anak apa lagi kalau bukan taman seluncur es. Ah.. masih banyak lagi hal menyenangkan yang bisa dilakukan. Tetapi ia tidak punya banyak waktu (?)
"Nanya apa kak?" Tanya Zuka yang kini menatap Zey dari samping.
"Setiap liat danau, kamu pasti nanya. 'Ada buaya nya gak? Ada ikan paus gak sih? Atau ada putri duyung nya' lucu banget" ucap Zey lalu terkekeh. Zuka tertawa saat kakaknya mencoba mengingatkan kegoblokan nya dulu.
"Tapi sampai sekarang aku masih pengen tau" ucap Zuka lalu tersenyum miris
"Kakak juga gak tau, didalam sana ada atau nggak nya. yang jelas, kamu cukup liat indah nya aja. jangan pikirin isi nya yang jelas2 bakal buat kamu takut" jelas Zey. hmm, ada benar nya juga. Nanti bisa-bisa karna takut sama isi danau, sampai gak mau lagi liat air.
"Iya ya. Hmm btw, yang nyebrang tadi siapa yah. Kok aku gak asing sama mukanya" tanya Zuka. Zey mengerutkan keningnya sebab juga merasakan hal yang sama. Seakan wanita itu pernah ada dikehidupannya.
"Kakak juga ngerasa gitu. Tapi make up nya dempul banget, jadi agak aneh liat nya" ucap Zey seraya kembali mengingat wajah wanita itu.
"Ah udah lah, gak usah dipikirin. sekarang kita bersenang-senang selagi ada waktu" lanjutnya yang diangguki oleh Zuka.
Seraya berkeliling sambil sesekali tertawa melihat aksi para bocah yang sedang bersenang-senang bersama teman dan keluarganya, Zey tidak lupa mengabari Senior nya untuk tidak masuk satu hari ini. bukan lah mendapat teguran, tetapi senior dengan senang hati mengizinkan kepada mereka karna beliau mengerti. Mereka juga perlu istirahat dan bersenang-senang untuk meringankan beban mereka. Terlebih lagi mereka masih terlalu muda untuk bekerja.
Setelah lama berkeliling, kaki pun terasa pegal. Zey dan Zuka kembali ke spot pertama. Beberapa orang sudah meninggalkan tempat mereka, membawa pulang beberapa kejadian untuk di abadikan lalu jadilah ia kenangan.
Rolex yang melingkar ditangan kiri Zey menunjukkan pukul 6 sore. Kedua nya masih asik berbincang sambil sesekali melempar batu kerikil ke arah danau, menertawai hal apa pun yang keluar dari mulut mereka masing-masing. Sampai sempat menggibahi senior mereka sendiri.
"Huhh, jadi pengen makan celi" sahut Zuka disela ia menetralkan pernapasan nya. Lain hal dengan Zey. Seketika senyum lelaki itu memudar ketika Zuka mengatakan kalimat bernegatif vibes ditelinga nya.
Ia menoleh ke arah samping menatap gadis yang kini berlumur darah dibagian hidung nya. Ini terjadi lagi di waktu dan moment yang sama! kini ia beralih menatap punggung tangan gadis itu yang juga terkena darah. mungkin gadis itu mengiranya ingus. tuhan, ia tidak lagi membawa sapu tangan seperti yang dulu-dulu..
"Zuka.." lirih Zey lalu gadis itu menoleh menatap kearah nya bingung. Hitungan detik, gadis itu runtuh di dekapan Zey dengan muka pucatnya juga tangan yang mulai dingin.
Zey menggendong gadis itu ala bridal style, membawanya keluar dari area Central Park. Beruntung taksi berlalu lalang disekitar sini, jadi ia dengan mudah membawa Zuka ke rumah sakit.
Ditengah perjalanan, Zuka terbangun dalam keadaan bersandar dibahu lebar Zey. Tangan lelaki itu tak henti-hentinya mengelus lembut puncak kepalanya sedari tadi. Ia memperhatikan ke sekelilingnya, lalu menatap Hoodie yang tengah ia kenakan. Ia hanya bisa memejamkan matanya sambil menggeleng pelan mengingat hal ini terjadi lagi. Ia kira akan segera sembuh tanpa berlarut-larut. Ternyata tidak
"Lhoh? Motor kakak gimana?"sahut Zuka memecah keheningan. Zey tersentak kaget, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan gadis itu.
"Gapapa. Motor bisa di beli lagi. Tapi kalau kamu gak bisa dibeli Zuka" jelas nya lalu kembali menyandarkan kepala Zuka ke bahu lebarnya.
"Gak boleh! Itu motor pertama kakak! Kakak susah payah cari uang biar bisa beli nya! Iya aku tau sekarang duit kakak banyak, tapi kakak gak ingat kenangan motor itu?!" Kesal Zuka.
Zey tersenyum tipis melihat adiknya yang kini tengah sakit. Tetapi masih sempat memikirkan hal tidak penting yang harusnya tidak perlu difikirkan.
"yaudah, iya" jawab Zey. Lalu mengabari Daniel untuk membawakan motornya pulang kerumah. Kebetulan, rumah Daniel juga tidak terlalu jauh dari Central Park. Jadi dengan senang hati lelaki itu akan membantu nya.
RS*
"Aku kenapa sih kak?" tanya Zuka yang kini terbaring lemah di sebuah ruangan.
Beberapa menit yang lalu setelah diperiksa, dokter menyuruh Zuka untuk dirawat inap hingga batas waktu yang ditentukan. Zey tidak permasalahkan itu, yang penting adik nya sembuh. Hanya satu. Toh masalah keuangan, ia tidak perlu mengkhawatirkannya.
"Gapapa, kamu kecapean aja" jawab Zey berbohong. Tetapi Zuka adalah Zuka. Ia pasti selalu ingin tahu tentang hal yang selalu membuatnya merasa resah.
"Kok kecapean bisa mimisan sih?" Zuka mengerutkan keningnya, sejujurnya ia tidak terlalu mempercayai perkataan Zey. Pasalnya, mimisan ini bukan lah sekali/dua kali. Semasa ia di SMA lamanya, hidungnya juga sering mengeluarkan darah walaupun tidak sebanyak yang sekarang. ia merahasiakannya dari siapa pun.
"y-ya bisa lah. Udah ya, kamu istirahat aja. Kalo mau apa2 bilang sama kaka" ucap Zey lalu mengecup singkat dahi gadis itu.
***
Sudah 4 hari Zuka menghabiskan waktunya hanya di dalam ruangan. Menonton tv walaupun tidak ada satupun film yang menarik. Makan walaupun lidah nya selalu ingin menolak mentah-mentah. Minum obat, seakan benda itu adalah nyawa bagi para pasien.
Jauh dari kata baik, karna dirinya tidak diperbolehkan melakukan hal yang pada umumnya selalu ia lakukan. Dirinya dirundung bosan karna ponsel nya sedang disita oleh Zey. lelaki itu tidak memperbolehkan nya untuk menyentuh benda pipih itu selama dirumah sakit.
Cklek~
"Makan yaa" ucap Zey lembut. Zuka hanya bisa pasrah, jika menolak pun Zey tidak akan mendengarkan nya. Lelaki itu tetap akan menyuapkan makanan hambar itu kedalam mulut nya. walau setelah itu dimuntahkan, tetapi Zey tidak pernah marah. karna ia bisa memaklumi lidah seseorang ketika sedang sakit.
"Kamu gak bosan?" Tanya Zey memecah keheningan.
Zuka mengernyitkan dahinya bingung
"Maksud kakak?" tanya nya
"Duduk di taman RS mau gak?"
Tentu saja, dengan senang hati Zuka menerima ajakan kakaknya tanpa bAbiBu lagi "ayook, sekarang ya?!" ucap Zuka bersemangat. Zey menganggukkan kepalanya, lalu membawa gadis itu ke taman mini dengan kursi roda nya. Sebelum ia memasuki ruangan Zuka, sudah lebih dulu ia meminta izin langsung kepada dokter untuk membawa gadis itu berkeliling.
Di taman*
"Adek ga kangen sekolah?" Tanya Zey
"Kangen sih" jawab Zuka sambil menyelipkan bunga Rose moss yang baru saja ia petik, ke sela telinga Zey. gadis itu tertawa melihat Zey yang tidak bereaksi apa-apa saat diperlakukan seperti itu.
"Kalau kangen, cepat sembuh" suruh Zey dengan lembut. gadis itu hanya terdiam dengan tatapan kosong nya. Ia sendiri juga bingung, mengapa ia harus berlama-lama dirumah sakit ini tanpa mengetahui apa-apa.
"Kenapa kita gak pulang aja kak? Tidur dirumah, sekolah, makan malam sama2, kerja. Aku juga gak tau pasti kenapa aku harus lama-lama disini?" Ucap Zuka seraya menahan tangisnya. Ia juga ingin beraktivitas seperti biasanya. Jangan biarkan laki-laki itu melakukannya sendirian. Ia ingin membuatkan laki-laki itu sarapan,walaupun hasilnya sederhana.
"Maafin kakak ya Zuk, kakak bikin kamu merasa terbebani" Zey merengkuh tubuh mungil gadis itu kedalam dekapan nya.
"Nggak, kakak gak bebani aku kok! hiks.. Justru selama ini aku yang selalu bebani kakak hiks.. aku selalu butuhin kakak. aku gak bisa hiks.. lakuin itu sendiri" ucap Zuka terisak. Hatinya serasa diremuk saat membayangkan jika Zey tidak lagi disisinya.
"Kakak jangan tinggalin Zuka hiks.."
Zey tersenyum miris. Tanpa gadis itu mengatakannya pun ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu ada dan menjaganya. Kecuali, takdir sendiri yang akan memisahkan mereka suatu saat. Mau tak mau, itu akan tetap terjadi.
1 minggu kemudian..
Zey POV
"Emang adik lo sakit apa Zey?" Tanya Daniel. Zey hanya terdiam tanpa berniat menjawab pertanyaan lelaki itu.
Selama seminggu ini, ia disibukkan oleh pemotretan dan sekolah. Tetapi ia tidak terlalu mementingkan hal tsb, karna menemani Zuka lah yang paling utama.
"Zey! gue sama yang lain jenguk adik lo ya! Kangen gue, udah seminggu gak liat mukanya" sahut Luhan. Zey menoleh ke arah lawan bicara nya dengan tatapan kosong. Sebenarnya ia tidak melarang mereka untuk datang. Mengingat gadis itu juga pasti merasa bosan selama seminggu ini hanya ditemani oleh dirinya.
"Yaudah, ntar pulang sekolah perginya barengan. Bisa kan?" Tanya Zey. Semua nya menganggukkan kepala pertanda setuju.
Bel istirahat berbunyi nyaring. tepat saat perbelokan kanan menuju kantin, seorang perempuan memanggil nama Zey dari kejauhan. Zey menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Alice yang tengah berlari kecil menuju dirinya.
"Hhhh, Zuka dimana kak? Kok seminggu ini gak masuk? Hhhh" Tanya gadis itu seraya mengatur nafasnya
Zey dibuat semakin merindukan adik kesayangannya itu. Menemuinya di kantin. Membuatnya kesal. Menemaninya latihan biola. Dan.. Central Park.
"Mau ikut gue ke kantin? Ntar gue cerita in" tawar Zey. Tetapi, tidak mungkin Alice akan menerimanya. Sebab ketika bersama Zuka sekalipun, gadis ini tetap merasa malu dan tak berani menunjukkan wajahnya.
"Ah.. jangan deh kak. Ntar dikira apaan karna perempuannya cuma aku" tolak Alice seraya meringis
"Oh? Jadi gimana?"
"Aku nitip salam ya kak, buat Zuka. Bilangin aku kangen banget sama dia" ucap Alice seraya tersenyum tipis. Mata gadis itu terlihat berkaca-kaca setelah menitipkan rasa rindu nya untuk Zuka. Ia sangat rindu dengan sosok primadona yang selama seminggu ini menghilang ntah kemana.
Zey tersenyum tipis "yaudah, ntar gue sampein" ucap nya. Lalu keduanya berpisah karna berbeda arah tujuan.
"Lama banget. Kenapa gak diajak aja sih?" Keluh Kris yang sudah kelaparan.
"Dia nya yang gak mau" jawab Zey, lalu kesembilan pria itu kembali melanjutkan jalannya menuju kantin.
Zey POV off
***
Toktoktok~
"Iya, masuk aja!" Sahut Zuka dari dalam.
Cklek~
"Zuk, ada temen2 kakak. Mau jenguk kamu katanya" ucap Zey seraya menaruh tas di atas sofa yang berada sudut ruangan.
"Yaudah, suruh masuk aja" jawab Zey lalu menatap kearah pintu. Tak lama setelah Zey membukanya, muncul lah 9 laki-laki tampan yang masing-masing nya membawa buah tangan untuk Zuka.
"Haii Zuka! Pakabar" sahut Daniel lalu menduduki kursi yang ada disisi tempat tidur.
"Ha—"
"Halo Zuka! kangen bgt gue sama lo" sahut Kris yang kini menduduki kursi yang ada disamping Daniel.
"Iya, udah lama gak ketemu. Gue kira lo pindah sekolah lagi" timpal Jonathan
"Eh ng—"
"Gak kebayang ntar mak lampir itu balik jadi primadona" ucap Gery membayanginya dengan postur tubuh.
"Iya hiihh" sontak Samuel dan David menjawabnya bersamaan.
"Woi, brisik banget sih! Itu Zuka mau jawab kepotong mulu sama kalian" kesal Zey yang sedari tadi hanya diam memperhatikan.
"Iya tau nih! Kasian cewe gue dari tadi diam gak kebagian ngomong! Makanya bacot tu dikurangin! Ah sabodo lah, sini Zuka babang peluk duluuu! Kangen banget nih aku sama kamu" ucap Luhan sambil bergestur ingin memeluk Zuka. Semua orang menatapnya jijik, kecuali Zuka. Ia bisa memaklumi lelucon laki-laki itu setiap berada di dekatnya.
"Ehnak aja.." ucap Zey seraya menjewer telinga Luhan, hingga lelaki itu meringis kesakitan.
"Akh iya Zey, udah lepasin! Sakit bego!" ringis Luhan merasa perih ditelinga kiri nya. Tetapi Zey belum juga melepaskan jarinya dari telinga lelaki itu, berniat untuk menjahilinya.
"Kak Zey, lepasin! Kasian tauu" sahut Zuka merasa kasihan melihat Luhan meringis kesakitan. yang lainnya hanya tertawa melihat ekspresi yang dijewer. Bukan benci terhadap laki-laki itu. mereka hanya terlanjur kesal.
Zey melepaskan cubitannya pada telinga Luhan. Awalnya ia juga tidak tega melakukannya. Tapi ya sudah lah, yang penting ia sempat menjahili laki-laki kelahiran china itu yang sangat amat menyebalkan.
"Makasih ya udah dateng" ucap Zuka seraya tersenyum manis. Walau bibir itu terlihat pucat sekalipun, tetap saja tidak mempengaruhi paras cantiknya yang terbilang murni.
"Sama-sama, santai aja kali Zuk" jawab Daniel mewakili.
"Kok, lo berdua diem aja dari tadi?" tanya Zey pada Giant dan Rafel. Sedangkan keduanya hanya saling tatap, lalu buang muka.
"Gapapa" jawab Rafel, lalu ia menatap kearah manik coklat muda milik Zuka. gadis itu sedang sibuk berbincang dengan Byo Daniel tanpa menatap lawan bicaranya.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Tak ada satupun yang menyadari karna saking asyiknya mengobrol dan bersenda gurau tentang hal-hal random yang terjadi beberapa hari yang lalu.
Berkali-kali Zuka dibuat tertawa oleh mereka. Dan yang menyaksikan tawa gadis itu juga berkali-kali dibuat tersenyum walau beberapa dari mereka terlihat gengsi untuk menunjukkan nya. Siapa lagi kalau bukan 2 manusia es yang kaku nya kayak kulkas.
"Eh udah jam 5, gue pamit pulang ya" ucap Daniel setelah melirik ke arah Rolex yang melingkar sempurna ditangan kiri nya.
"Yaudah kalau gitu, sekalian aja semuanya juga pulang" sahut Kris yang juga baru menyadari hari semakin sore.
"Iya deh. Get well soon ya, Zukaa" ucap David seraya mengusap pelan surai Zuka. gadis itu tersenyum simpul lalu mengganggukkan kepala.
"Makasih yaa, semuanyaa" ucap Zuka berterima kasih kepada teman-teman Zey sebelum mereka semua keluar dari ruang inap nya.
07.20 pm
"Zuka" panggil Zey setelah menutup pintu kembali. Ia baru saja dari ruangan dokter Mark. Laki-laki kelahiran Canada itu sangat baik dan ramah kepada siapa pun. Tak heran jika banyak orang-orang yang merasa nyaman setiap laki-laki itu datang untuk memeriksa pasien nya.
Tetapi, Zuka bukan lah sekedar pasien.
Mark Lee juga menganggap gadis itu sebagai adiknya, karna sedari dulu ia sangat menginginkan saudara perempuan. Tentu saja Zuka tidak keberatan atas hal itu, ia menerimanya walaupun mereka tidak ada hubungan darah.
"Kenapa kak?" Tanya Zuka
"Alice rindu kamu katanya" ucap Zey menyampaikan pesan singkat yang Alice titipkan padanya
Zuka menoleh "beneran?" Tanya Zuka menatap kakaknya yang sedang sibuk merapikan pakaian2 mereka.
"Iya. tadi disekolah dia nyamperin kakak" Jawab Zey tanpa membalas tatapan Zuka
"Kamu gak rindu sama dia?" Sambungnya
"Biasa aja. Aku kira dia gak perduli" sahut Zuka lalu menatap AC yang selalu mengeluarkan suara khas nya.
"Hmm, kasian Alice nya kalau gitu" ucap Zey lalu menduduki kursi yang ada disisi tempat tidur. Ia baru saja selesai berkemas.
"Tumben kakak beresin semuanya" ucap Zuka.
Zey yang sedari tadi hanya diam mengelus puncak kepala Zuka, akhirnya membuka suara karna gadis itu bertanya
"Katanya mau pulang?" Jawab Zey dengan senyum nya yang mengembang. Begitu pun dengan Zuka yang terlihat senang sekali ketika mendengarnya.
Gadis itu menatap Zey tak menyangka.
"Beneran kak?!" Tanya Zuka bersemangat
Zey menganggukkan kepalanya sekali, lalu mencubit pelan pipi gadis itu.
"Akhirnyaa!! Makasih ya kak!!" Seru Zuka lalu memeluk erat kakaknya. Zey membalas pelukan itu lalu melepasnya.
"Oh iya. Ada yang mau ketemu sama kamu" sahut Zey
Zuka menoleh sebentar ke arah pintu lalu kembali menatap kearah kakaknya "siapa?" Tanya nya
Zey tersenyum "bentar lagi dia datang. Sabar ya" jawab Zey seraya mengusap surai coklat Zuka.