"Nggak ma. Mama ga salah" ucap Zey lalu tersenyum tipis. Walau dilain sisi dirinya ikut kecewa.
Masih dengan tangan kirinya, Zey menggenggam benda pipih itu membawanya menuju kamar Zuka.
Ia tahu gadis itu salah paham dengan perasaan nya sendiri. hati nya sangat sensitif, semenjak kejadian dimana mereka mengunjungi Central Park. emosi gadis itu ketika tertawa. Merasa terharu hanya karna melihat anak-anak dibawah umur bersenang-senang. Menanggapi suatu hal yang mana ungkapan rasa maaf dan kesalahan yang dikatakan oleh mama pun bisa begitu nyelekit di hati nya.
"Zukaa" panggil Zey lembut. merasa tak kunjung mendapat sahutan, Zey mengetuk pintu ber-cat putih itu, berharap Zuka memperbolehkannya untuk masuk.
Tok tok tok~
"Zuka, kakak masuk ya?" Sahut Zey
Zuka memperbolehkan laki-laki itu masuk dengan dehemannya. mendengar itu, Zey segera membuka pintu hingga matanya menangkap sosok gadis tengah meringkuk menangis ditempat tidurnya.
Zey memeluk gadis itu erat. ponsel yang sedari tadi ia genggam, kini berada di atas nakas dengan panggilan yang belum terputus.
"Jangan nangis dong, kan kamu baru sembuh. Ntar kamu kecapean lagi, masuk rumah sakit lagi, mau?" Ucap Zey menenangkan. gadis itu menarik nafas nya dalam-dalam, lalu menghembuskan nya.
"Zey? Zuka sakit ya?"
Zey mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan, hingga akhirnya tersadar ia belum mematikan sambungan telefonnya dengan sang mama.
Memukul dahinya pelan, Zey merutuki dirinya sendiri atas kebodohannya barusan. wanita itu mendengar semua yang ia katakan. tidak ada alasan lagi untuk melanjutkan aksi berbohong mereka, karna wanita itu tidak akan percaya.
"I-iya maa" jawab Zey gugup.
Zuka tertunduk lesu mendengarnya. mengingat beberapa hari lagi dirinya akan berulang tahun yang ke 17. dimana semua anak merasakan moment spesial mereka. merayakan sweet seventeen besar-besaran bersama seluruh anggota keluarga. tetapi tidak terjadi pada dirinya
"Maa.." panggil Zuka. Ia menggapai ponsel Zey yang tergeletak diatas nakas.
"Iya, sayang?" Jawab Sora
"Mama gak ingat?" Tanya Zuka yang kini menatap kearah Zey yang juga sedang menatapnya.
"Apa? Ingat apa?"
"Dua hari lagi.. ulang tahun aku" ucap Zuka memberi tahu.
"Hah? Iya ya? Mama lupa, maaf ya Zuka.."
"tebak dong mah, yang ke berapa" sahut Zey yang kini mengelus lembut surai coklat Zuka.
"Yang ke.. 15?" Jawabnya
Zuka tersenyum miris, mendengarnya. Apa saja yang telah dilupakan oleh wanita itu selain ultah dan usia nya? Atau itu wajar-wajar saja karna sudah lama berpisah?
Zey merutuki dirinya sendiri, karna sudah memberikan pertanyaan tsb yang berakhir kekecewaan dihati Zuka. gadis itu tertunduk lalu diam-diam menyeka air matanya yang kembali turun.
"Mama gimana siih, sweet seventeen lhoh ma" ucap Zey menatap kesal ke arah ponsel
"O-oh.. maaf sayaang mama bener2 lupa.. kamu mau hadiah apa? Ntar mama kirimin"
"Ngga usah ma. Aku ga mau apa2" ucap Zuka tersenyum tipis.
"Ahh! Dua hari lagi ya?! Mama pulang ya, sayang! Kangen banget mama sama kalian, nanti kita rayain sama-sama" sahut wanita itu begitu semangat.
Seketika mata Zey dan Zuka berbinar mendengar perkataan wanita itu barusan. Akhirnya, setelah lama ditinggal. Wanita itu akan kembali lagi ke pelukan mereka.
Bisa merayakan ulang tahun bersamanya, walau tanpa seorang ayah.
"BENERAN MA?!" tanya Zuka bersemangat. Zey mengacak-acaki surai coklat gadis itu merasa gemash.
"Iya sayang, mama pulang. Masih dirumah yang sama kan?"
"Ya masih lah! Mama fikir?!" Sentak Zey kesal
Wanita itu terkekeh "yaa, siapa tau udah punya rumah baru" jawab nya
"Yaudah, ntar rumah ini aku jual. Aku mau beli rumah baru" ucap Zuka
"Kita tinggal sama-sama, kan?" tanya Zey
"Dihh, siapa bilang? Biarin aja kakak tinggal di kolong jembatan" jawab Zuka ngasal namun berhasil membuat hati Zey membludak mendengarnya.
"Jahat banget kamu, yaudah rumah nya gak boleh dijual. Kalau mau beli rumah baru, beli aja sana. Kakak gak mau lagi temenan sama kamu" ucap Zey menunjukkan ekspresi ngambek nya.
"Nyenyenye" ejek Zuka
"Besok kalian sekolah?"
Zuka menoleh kearah Zey yang kini berbaring disamping nya. Laki-laki itu memunggungi Zuka karna masih merasa kesal.
"Iiihh! Kak Zeey!" Panggil Zuka sambil mengguncang-guncangi tubuh Zey.
"Kakak sekolah, kamu gak" jawabnya tanpa menoleh.
"Ihh, kok aku gak sekolah?" Tanya Zuka kesal
"Kan kamu belum sembuh total, Zuka. Masa langsung sekolah" Jawab Zey yang kini membalikkan badannya menatap Zuka. gadis itu mencebikkan bibirnya mengingat ia akan merasa suntuk jika terus menetap di dalam rumah.
"Berapa hari?" tanya Zuka dengan lamunannya
"3 hari" jawab Zey seraya mengaktifkan tombol Video call diponselnya.
"Ma? Kenapa ditolak?" Tanya Zey dengan alis yang tertaut.
"Sabar doong, kan dua hari lagi ketemu. Ahahaha" jawab nya lalu tertawa.
"Jangan surprise2 deh ah" ucap Zey yang kembali ingin menekan tombol itu.
Zuka memukul tangan Zey, membuat laki-laki itu menghentikan aksinya "yeuu, terserah mama dong. masa kakak yang repot" sinis Zuka.
"Kamu kenapa sih, Zuk?" ucap Zey menatap wajah Zuka Intens.
"Kok hari ini aneh banget? gak kaya biasanya kalem, adem, gak cerewet, gak galak" sambungnya yang berhasil mengundang amarah Zuka.
"HAH?! KAKAK BILANG AKU APA?! CEREWET?! GALAK?! GITU?! GITU MAKSUDNYA?!" sentak Zuka kesal.
Zey memberikan cengiran nya pada Zuka. Gadis itu benar-benar terlihat aneh hari ini. yang ia katakan itu, benar. Apaa ia sedang..
"Kamu dapet?" tanya Zey lembut. Zuka terdiam, mengubah posisinya yang awalnya berdiri ingin memukuli Zey dengan bantal, kini kembali terduduk dengan wajah datar nya.
"Ngomong! Kenapa?!" Sentak Zey menatap gadis yang kini terdiam menatapnya datar.
Tanpa menjawab pertanyaan Zey, Zuka bergegas menuju kamar mandi yang tersedia di kamar nya.
Zuka POV
"Hah? Nggak kok"
Gue kaget banget waktu kak Zey ngomong gitu. gue auto ke kamar mandi buat liat 'ituu' dan ternyata gak ada.
Tapi gue juga aneh sendiri, kenapa mood gue naik turun gini ya. Sampe marah-marahin kak Zey, lagi. gak ngotak nih mulut. Ntar jadi adek durhaka gimana? Ribett.
Gue keluar dari kamar mandi, dan gak lagi liat kak Zey ditempat tidur gue. Kemana dia? gue liat ke sekelililing kamar emang gak ada tuh bocah?
"Kak Zey!" Panggil gue setengah berteriak.
"Apa? Kakak di dapur!" Jawab dia. gue kira dia ngumpet, ternyata lagi di dapur. Gue samperin aja sekalian.
Di dapur.
"Ngapain?"
"Kepo" jawab dia. Iiih, yang ngeselin tu dia. bikin gue marah aja kerjaannya.
"Awas ya! Aku gak mau deket2 sama kakak" ucap gue truss duduk di sofa ruang keluarga.
"Ututuuu adek kesayangan kakak.. sini peluk dulu" ucap dia mendekat ke gue.
Gak gue perduliin, biarin deh. gue lanjut aja nonton TV. Gue buka Netflix mau nonton film horor. tapi gue orang nya penakut, gak berani nonton sendiri.. huhuu gimana dong.
"Iyaa, gue temenin" ucap Kak Zey tanpa aba-aba. gue gak ngomong apa-apa. Gue belum ngomong minta temenin, tapi emang dasarnya kak Zey itu pengertian dan peka banget sama gue. yaa, dia orang tua gue selama ini. Orang tua sekaligus teman maksud nya.
"Ehehe, sini" cengir gue, trus nyuruh dia duduk disamping gue.
Akhirnya gue nonton film horor di temenin sama dia. gue liat dia fokus banget nonton nya. Kalau gue? Gak mau terlalu fokus. Takut ntar tiba-tiba ada jump scare.
"Film nya disituu" ucap kak Zey mutar kepala gue jadi ngadap ke TV. Ketauan gue liatin dia mulu. Ia lah, mending liatin muka kak Zey yang tampan rupawan dari pada liatin setan.
"Hiihh, gak mauu.. takut" ucap gue jujur. yaa salah gue juga sih. Kan yang pengen nonton gue tadi.
"Apaan, kan kamu yang pengen nonton Zuk. kalau takut yaa gak usah ditonton" jawab dia dengan muka datar.
"Suka-suka aku dong. Emang kenapa sih? Malu yaa muka nya aku liatin" goda gue. dia malah namplok muka gue pake bantal, sialan.
"Eh udah jam satu. bentar lagi mereka pulang lhoh kak. Gak mau ajak kesini?" gue liat jam udah nunjukin pukul 1 siang.
pengen ketemu kak Luhan.. kangen banget sama ocehan dia.
"Sejam lagi. Tadi kakak udah chat mereka. Katanya nanti mereka datang"
Ohh iya.
"Kak? Ayah mana sih?" Tanya gue.
"Gatau" jawab dia seadanya.
"hmm.. nanti sebelum mama sampe dirumah, kita siapin surprise yuk? gimana? hayu lah masa ga hayu" gue ngomong gitu, bukan nya dijawab 'iya' atau ngangguk kek, ini malah ketawa. Goblo.
"Kok kamu aneh gitu sih?" Ucap dia trus ketawa lagi. Aneh ni bocah.
"Udah ahh, iya ga nih?!" kesal gue. Capek tau dengerin ketawa dia mulu. Yaa walaupun gans.
"Iyaa. Ntar kita bikin kue buat mama" Lah? Kan yang ulang tahun gue? Kenapa jadi bikin kue buat mama?
"Buat aku? Apa? Kan aku yang ultah?!"
"Kamu mah di kasih batu juga udah seneng" iiii ngeselin nih bocah!
"KAKAK APAANSIIHH!!" Teriak gue trus mendekat pengen mukulin dia pake bantal. Eh pas gue mau mukul, dia nya udah kabur duluan. Terjadilah aksi kejar-kejaran dirumah besar ini.
Zuka POV end
Iya, tau. Receh emang.