Chereads / Exulansis Girl / Chapter 30 - BANDARA

Chapter 30 - BANDARA

"Eh? Anjir, ada cinta!" Teriak Athan melihat Aurell di Minimarket dekat rumahnya.

Aurell yang mendengar suara tidak asing itu, berbalik mencari arah dari suara tersebut.

Melihat siapa pemilik suaranya, ia memasang ekspresi wajah jengkel dan langsung bergegas pergi dari Minimarket.

Athan menghalangi jalan, ia berdiri tepat dihadapan Aurell seraya merentangkan tangannya. "No,"

"Kak, tolong minggir," Pinta Aurell dengan wajah kesal.

"Kenapa cepet pulang sih, sini duduk dulu bareng gue,"

"Ck, ga! Minggir sana."

"Aduh, ayo duduk bareng dulu bentar doang kok,"

Dengan pasrah Aurell duduk, lalu Athan masuk ke Minimarket membeli sesuatu. Ia kemudian menyodorkan soda dingin dari kantung plastik hasil belanjaannya.

Sesaat kemudian Athan berinisiatif untuk membuka topik dengan bertanya keadaan Byna.

"Gak mungkin kak Athan gatau keadaan Byna. Secara, kakak teman dekat kak Rean kan? Berhenti buka topik, enyah sana dari hadapan gue!"

Kesal dengan ucapan yang dilontarkan Aurell, Athan memanyunkan bibir seraya mengoceh tidak jelas mempermasalahkan mengapa dia menyukai gadis dingin tidak tau sopan santun didepannya ini.

"Gue mau ke pontianak," ucap Aurell tiba tiba pada saat Athan masih kesal.

"H-hah? Kapan?"

"Besok pagi,"

"Gila! Emang bener kita jodoh, gue juga besok pagi mau ke pontianak!"

Aurell terkejut. "Demi? Sial banget hidup gue." Ocehnya.

"Yup! Nanti share lock alamat lo ya, di Pontianak gue siap sedia dua puluh empat jam buat nemenin lo jalan jalan," ucap Athan menyengir senang.

"Ogah jalan bareng sama lo."

Athan berdiri didepan Aurell lalu menghirup nafas dalam dalam. "Eh- anu... Si itu, Arka apa kabar?"

"Arka? Tiba tiba?" Tanya Aurell

"I- iya, dia gimana? Masih kontakan sama dia?"

"Ngapain sih? Kepo banget."

"Loh? Ekhem lagi ga um... berhubungan baik?"

"Hm, terus kenapa? Ga ada urusannya kan sama kak Athan."

"Ukh... Ucapannya nyelekit banget di hati, gue harus tabah nih," Oceh Kak Athan

"Udah gak ada keperluankan? Gue mau balik. Bye, kak."

"Menyebalkan." batin Aurell

.

.

.

"Halo, Oma," Sapa Bianca melihat Oma yang membukakannya pintu.

"Wah, Bianca sudah mulai sering ya ke rumah Oma, bagus lah. Oma suka kalau rumah rame. Eh silahkan masuk." Ucap Oma ramah.

"Hehe iya, Oma." Jawab Bianca, begitu melihat Skala hanya melewatinya, dia bertanya kepada Oma, "Gimana keadaan Skala, Oma? Sudah membaik? Bianca jadi khawatir," Tanya Bianca.

"Hm, sudah membaik. Hanya... Dia masih suka mengunci dirinya di kamar." Jawab Oma dengan raut wajah sedih.

Oma berjalan menuju kamar mandi meninggalkan Bianca sendiri di ruang keluarga. Skala yang lewat tiba tiba memanggil Bianca. "Hei, kamu."

Bianca berbalik lalu menjawab panggilan Skala. "Ya? Aku?"

"Iya. Terima kasih," Ucap Skala begitu saja lalu duduk di sofa membaca koran yang datang tadi subuh.

Bianca yang skeptis lalu mengalihkan pandangannya. Disamping itu Hema datang melihat diantara dua remaja ini terdapat aura yang tidak enak.

"Diam diam aja?" Tanya Hema.

"Ya terus mau apa? Ribut?" Tanya balik Skala.

"Hm? Berani kasar yah kamu?"

"Bodo,"

"Rese banget nih bocil satu."

Karena keheningan mulai kembali, Hema lalu menepuk tangan dua kali menyuruh kedua orang canggung itu memberi perhatian padanya.

Ia kemudian menyuruh Skala dan Bianca duduk dilantai lalu dia sendiri duduk di sofa.

"Tumben lo nurut Kal, baguslah. Jadi gue ma-" Hema berhenti berbicara karena teringat bahwa Bianca masih belum lancar berbahasa indonesia

"Oke gue pengen kita memainkan game, game nya adalah lo berdua harus menghubungkan huruf terakhir dari kata yang diucapkan oleh si pemain sebelumnya, Easy right?"

"Oh game itu, aku tahu game nya!" Seru Bianca

"Lo ngerti ga?" Tanya Hema kepada Skala

"Hm, cepat mulai. Gue udah bosen duduk disini."

Permainan dimulai dari Hema, kemudian Bianca, lalu dilanjutkan dengan Skala.

"Apple!" Teriak Hema

"E-education!" Sahut Bianca.

"Ah, um.... Name plate!" Balas Skala tak mau kalah.

"Engine" Hema juga tak mau kalah.

"Action!"

Hema dan Skala tertawa. "Nggak, Bianca... itu tidak berawalan E," koreksi Hema kepada Bianca.

Semua tertawa dan Bianca menerima hukuman yaitu memasak Pasta udang, di meja makan mereka berbincang bincang seperti telah saling kenal dalam waktu yang lama. Setelah makan Bianca juga lah yang membereskannya sebagai hukuman tadi.

Awalnya Hema ingin membantu tapi mendadak ada urusan kuliah jadi ia harus pergi keluar meninggalkan Skaal dan Bianca.

Dengan rasa malas tapi kasihan Skala membantu merapikan piring dan gelas ke tempatnya sedangkan Bianca yang mencuci.

"Hema ga tau kalau kamu sudah sedikit lancar bahasa indonesia ya?"

"Haha iya, dia sangat lucu."

"Wong edan dadi sing lucu, aneh banget wong kaukasia iki,"

"Itu bahasa apa?"

"Jawa."

"Kamu lancar bahasa jawa, dari mana belajarnya?"

"Oh ada itu temenku pernah ngajarin."

"Eh tapi Oma kenapa belum keluar dari kamar mandi ya?"

"Kamu panggil Oma saja sana biar aku yang bereskan disini." Usul Skala.

"Oke."

.

.

.

Bunyi sepatu boots berjalan, itu adalah suara sepatu dari Aurell yang telah sampai di bandara.

Dengan rasa sedih karena Arka tidak ada untuk mengucapkan selamat jalan untuknya. Ia duduk disebuah kursi, menunduk menatap layar hp sampai tak sadar kalau Athan berada disampingnya.

Athan memangku tangan pada pundak Aurell agar dinotice gadis tersebut.

"Ck, kaget tau! Kirain siapa."

"Iya ya, kirain siapa ternyata jodoh kamu." Gombal Athan.

"Apaan sih, bikin merinding sumpah."

Aurell berdiri meninggalkan lelaki itu sendirian. Tetapi laki laki itu tetap mengikutinya. Dengan nekat dia mendekati petugas keamanan untuk mengancam Athan agar tidak mengikutinya lagi. Athan pun pasrah, karena dia tahu senekat apa Aurell itu. Dari kejauhan Aurell mencari tempat duduk lain untuk menghindari Athan. Pada saat mendapatkan tempat duduk seseorang duluan mendudukinya.

Aurell berbalik kembali mencari tempat duduk kosong tapi ternyata sudah tidak ada, Athan menyuruh duduk disampingnya tapi tetap saja Aurell keras kepala mencari lagi lagi dan lagi.

Pasrah ia menghampiri kedua orang tua nya lalu duduk di pangkuan mama-nya.

Malu? Tentu saja apa lagi dengan karakter seperti Aurell.

"Aurell-!" Teriak lelaki yang berada tidak jauh dari letak Aurell.

Itu Arka!

Arka ternyata menyempatkan diri bertemu Aurell sebelum keberangkatannya.

"Lo ngapain disini, Ar?" Tanya Aurell.

"Ndak usah meko dulu banyak bicara nah, ayo foto ki sebagai kenangan. Nanti ko lupakan ka." Ucap Arka.

Mereka berdua berjalan menjauhi orang tua Aurell lalu foto foto bersama.

"Ku upload yang ini nah,"

Aurel mengangguk.

Melihat Aurell yang sibuk dengan foto foto mereka, Arka dengan ragu ingin mengatakan sesuatu.

"Um, Rell. Belum ko baca surat ku kan?"

Aurell kembali mengangguk masih dengan arah mata yang tertuju pada foto foto mereka. "Iya belum, nanti diatas pesawat aja, kenapa?" Tanya nya.

"Um jangan meko baca ki deh, langsung bilang ma. Jadi-" Ucapan Skala dipotong dengan kedatangan Athan.

"Eh kirain kemana, udah mau berangkat nih lo jangan jauh jauh, tuh ortu lo nyariin." ucap Athan yang muncul menyela omongan Arka.

"Ah oke, Arka makasih udah datang. Fotonya jangan lupa kirim ke email gue ya, Bye!" ucap Aurell tersenyum manis

"B-bye...."

Athan melirik sinis Arka lalu berbalik menghadap kedepan dan mengacak acak rambut Aurell.

Aurell mencubit perut Athan lalu tertawa, kemudia memuji karena ternyata Athan itu sixpack.

Dengan salah tingkah Athan menjauh selangkah lebih depan.

Lalu tidak mau kalah Aurell berjalan cepat

Dan berakhir dengan berlomba sampai ketempat duduk di dekat orang tua Aurell.

Arka yang melihat hal itu diam memasang ekspresi aneh lalu berbalik menuju pintu keluar.

Disaat Arka berbalik Aurell menengok "Udah pergi ya..."

"Ck," Arka mengejar Aurell tapi Aurell sudah terlalu jauh jadi dia berteriak tapi tidak terdengar jelas karena suara disekitar mereka,

"Kak Athan, Lo denger Arka bilang apaan?"

"Kagak, gue budek." Athan beralasan.

"Ih si tolol gue amin-in mau?"

"ADAB LO JAGA YE," Ucap Athan tidak terima.