Chereads / Cloud Beside Rainbow / Chapter 2 - Intro : Prelude

Chapter 2 - Intro : Prelude

Taman kompleks selalu ramai oleh anak-anak, terutama di hari minggu. Beberapa anak yang rumahnya dekat dari taman itu, berkumpul untuk bermain. Seperti sekelompok bocah lelaki, yang terlihat asyik bermain kejar-kejaran bersama di playground taman. Disamping mereka ada sekelompok anak perempuan yang juga asyik bermain permainan masak-memasak, dan beberapa juga bermain ayunan atau permainan lain taman ini.

Para bocah lelaki mulai bosan, tapi tidak tertarik untuk bergabung dengan para anak perempuan. Karena, hanya akan mempermalukan harga diri sebagai lelaki. Lebih baik mencari permainan lain, untuk para lelaki sejati. Salah satu anak lelaki paling kurus, mengusulkan untuk bermain bola. Ke-6 temannya menyetujui, mereka bergegas menuju lapangan bola.

"Aku tidak mau bermain dengan mu,"

"Pergilah bermain dengan yang lain!"

Anak perempuan berambut panjang terikat dua keatas dan kawan-kawannya yang tadi bermain masak-masakan, merasa terganggu dengan kehadiran anak perempuan lain yang rambutnya seperti anak lelaki.

Si anak perempuan berambut cepak itu tertunduk sedih, tapi tak mau mengindahkan ucapan anak perempuan yang membentaknya.  Hingga ia mendapat dorongan kuat dari si anak perempuan berambut ekor kuda, membuatnya tersungkur ditanah.

"Ibu.."

Anak itu menangis, boneka yang ia bawa terlempar beberapa senti dari tubuhnya. Sedang anak yang mendorong, hanya terdiam memperhatikan bersama teman-temannya. Tak berniat menolong, walau wajah mereka terlihat khawatir.

Melihat itu anak lelaki kurus yang tadi mengajak teman-temannya bermain bola dilapangan, menolong si anak perempuan. Membersihkan gaun putih yang di kenakannya, sangat unik pikirnya. Melihat anak perempuan berambut seperti laki-laki, yang mengenakan gaun.

"Terimakasih." Anak perempuan itu tersenyum, dan dibalas senyuman si anak lelaki.

"Kim Han-Bin, cepatlah."

Teman-temannya yang tak sabaran, memanggil. Rencana bermain bola mereka tertunda karena ini, anak lelaki kurus itu juga maIah menghampiri gadis kecil itu. Ia langsung mengiyakan panggilan mereka, tak lupa berpamitan pada anak perempuan itu.

"Aku pergi dulu, sampai jumpa."

Ditinggalnya anak perempuan itu, yang masih menatapnya. Anak lelaki bertubuh paling kurus di antara teman-temannya yang bernama Han-Bin, berlari dengan tangan dibelakang saat menghampiri mereka, seperti akan terbang. Ia tersenyum saat mengingat kebaikan si anak lelaki yang baru ia kenal, juga tingkah anehnya.

↯↯↯↯↯

Seekor anjing besar dengan bulu kecoklatan yang lebat, berdiri ditengah jalan. Anjing itu berdiam diri dengan lidah yang menjulur, sesekali liurnya menetes. Kepalanya bergerak kanan-kiri, matanya ikut berkeliling dan menjatuhkan tatapan saat mendapati sekelompok anak lelaki yang tengah ketakutan.

Mereka berdiri tidak jauh dari si anjing yang tak mau berpindah tempat, ketakutan untuk melewati anjing yang tak berbuat apa-apa. Mereka sebut diri mereka lelaki sejati, tapi mereka tetap lah bocah yang baru genap 7 tahun. Ketakutan akan hal-hal kecil, seperti berhadapan dengan anjing misalnya.

Tangan mereka saling berpegangan erat, bahkan salah satu dari mereka mulai menangis. Hampir saja mereka juga akan kencing di celana, saat anjing besar itu berjalan kearah mereka. Beruntung seorang anak perempuan datang tiba-tiba bagai pahlawan, menarik tali ikatnya yang memang mengalung di lehernya.

"Woofy, ternyata kau disini."

Tak lama seorang kakak laki-laki yang menjadi pemilik anjing itu datang, lalu membawa pulang anjing yang sangat menakutkan bagi sekelompok anak lelaki itu.

"Terimakasih, berkatmu kami tidak jadi di makan." Ucap anak laki-laki bermata sipit, dengan menampakkan dua gigi depannya yang besar saat tersenyum.

"Kau anak perempuan yang menangis di taman kan?" Ingat Han-Bin,

Anak perempuan penyelamat itu, mengangguk dengan senyuman manis di wajahnya. Lalu sebelah tangannya terulur, untuk menawari berjabat tangan perkenalan.

"Aku Jang Geu-Reum."

"Namamu awan di langit?" Celetuk anak lelaki berpipi bulat, sembari menatap langit cerah berawan.

Geu-Reum memang berarti awan dalam bahasa korea, awan putih di langit biru. Entah kenapa kedua orangtua nya memberikan nama itu, mungkin ada harapan dan do'a di sebalik nama itu. Setidaknya nama yang unik dan bagus, sehingga orang-orang mudah mengingatnya.

↯↯↯↯↯

Seiring berjalannya waktu, mereka menjadi teman yang akrab. Kemanapun mereka akan selalu pergi bersama, bermain atau berjalan-jalan. Tak peduli ada satu perempuan diantara mereka, lagipula orang-orang akan tertipu dengan potongan rambut cepak Geu-Reum.

Setiap pulang sekolah, mereka akan bermain ditaman atau belajar dirumah salah satu dari mereka. Seperti sore ini, mereka berkumpul di rumah Chan-Woo. Setelah tugas belajar dan PR mereka selasai, mereka siap untuk bermain.

Chan-Woo mengajak teman-temannya naik ke atas, menuju balkon rumah yang menjadi taman. Tempat itu jadi tempat favorit mereka, terlebih setelah hujan seperti ini. Mereka bisa bermain ayunan, dengan melihat pelangi dari atas.

"Teman-teman lihat, ada pelangi."

Yunhyeong berseru saat matanya menangkap semburat warna-warni, teman-temannya tak kalah girang.

"Ada awan juga," Kali ini Geu-Reum membuat ke-7 anak laki-laki, mengikuti arah pandangannya.

"Awannya sangat putih, dan bergerak mendekati pelangi." Ucap Jin-Hwan tanpa mengalihkan pandangannya keatas,

"Warna pelangi itu ada berapa?" Tanya Junhoe, si anak lelaki yang selalu penasaran.

"Bu Guru bilang, pelangi ada tujuh warna. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu." Ujar Dong-Hyuk yang memang menjadi anak paling pandai di sekolah, juga menjadi guru bagi sahabat-sahabatnya itu.

"Kita juga pakai baju sewarna pelangi," Ucap Ji-Won kegirangan, menujuk warna kaos mereka yang serupa pelangi.

Merah pada Han-Bin, Kuning Jin-Hwan, Jingga Yunhyeong, Hijau Ji-Won, Biru Junhoe, Nila Dong-Hyuk, dan Ungu Chan-Woo.

"Apa kita adalah pelangi?" Celetuk Chan-Woo dengan wajah polos,

"Mereka adalah kita, kita bertujuh adalah pelangi dan awan itu Geu-Reum." Ujar Han-Bin menyimpulkan apa yang menjadi pikirannya, tertawa girang saat menyadari.

Dalam cerita, pelangi memang ada tujuh warna. Warna yang hanya bisa ditangkap mata manusia, sehingga menyimpulkan pelangi dengan tujuh warna. Awan putih yang tengah mereka saksikan, jarang menampakkan diri saat selepas hujan.

Selalunya hanya awan mendung, sisa hujan yang sudah berhenti. Namun, langit seakan menyamakan dirinya pada mereka. Mereka yang memiliki kehidupan cerah berwarna dan bahagia, sejak Geu-Reum bersama mereka. Membawa pengaruh baik, dalam ikatan persahabatan.

Karena itu juga, mereka membuat perjanjian sahabat untuk selalu bersama. Seperti pelangi di samping awan, atau sebaliknya. Mereka akan tetap bersahabat kapanpun juga, tak peduli badai atau langit runtuh sekalipun. Persahabatan harus selalu terjaga, saling bergandengan tangan, membantu saat kesulitan, menghibur saat sedih dan tertawa saat bahagia.

Tapi jika seiring dewasa, salah satu dari mereka saling menyukai. Tidak ada yang bisa menjamin, semua tergantung hati mereka masing-masing. Akan lebih baik, jika tidak ada yang saling menyukai dan tetap bersahabat. Hingga mereka menemukan kehidupan, masa depan dan cinta mereka.