Chereads / Cloud Beside Rainbow / Chapter 7 - 0.5 Rubber Band

Chapter 7 - 0.5 Rubber Band

"Museum?"

Lee So-Yul melempar kertas undian yang tadi dipilih Jung Taekhyeon, dimana akan menjadi tema dalam tugas kelompok mereka. Rematan kertas yang ia lempar, menjadi satu-satunya objek tatapan 8 pasang mata.

"Kenapa dari banyaknya pilihan, kau mengambil ini?" Protes So-Yul,

"Mana aku tahu, itu kan hanya peruntungan." Elak Taekhyeon, tak ingin disalahkan.

"Dan peruntungan mu sangat buruk," Cibir So-Yul, mata sayu Taekhyeon menyala tak terima akan ucapan gadis yang terus-menerus menyalahkan dirinya.

"Tidak masalah, museum juga tidak terlalu buruk. Walau akan jadi banyak pembahasan dalam artikel kita, tapi kita bisa membeli buku untuk mempermudah dalam menganalisis." Ucap Wonwoo menengahi,

"Tetap saja, pergi kesana akan menjadi perjalanan yang membosankan." Seru So-Yul, sebelah tangannya ia jadikan tumpuan dagu.

"Kita bisa pergi di akhir pekan, karena pengunjung akan datang dua kali lipat lebih banyak dari hari-hari biasa. Maka penelitian kita, juga tidak terlalu jadi membosankan," Usul Geu-Reum ikut mencairkan suasana, mencari hal menarik untuk mengubah pemikiran So-Yul yang bersikeras tak setuju.

"Baiklah, tapi siapa yang akan observasi?" So-Yul mulai antusias,

"Untuk apa?" Tanya Taekhyeon meremehkan,

"Kita juga perlu melihat museum mana yang bisa kita libatkan dalam tugas ini," Jawab So-Yul, ujung bibirnya mengerut.

"Aku juga tahu, aku hanya mengetesmu. Kenapa kita tak pergi bersama-sama saja hari ini?"

Meskipun sedikit merajuk pada So-Yul, pria berahang tegas itu tetap terlihat antusias. Berbeda dengan wajah gelisah Wonwoo, pasalnya sepulang sekolah ini adalah jadwalnya bekerja. Ia tidak bisa menolak, juga tak bisa meninggalkan pekerjaannya.

Bosnya akan marah atau yang lebih parah, gajinya akan dipotong. Meminta ijin secara mendadak tidak akan diberikan oleh bos di kafenya, mencari alasan untuk tidak ikut adalah pilihan satu-satunya. Namun alasan apa yang bisa membuat mereka percaya, disaat ia mencoba menutupi semuanya.

"Kenapa tak kau sendiri saja, kau sendiri yang tak banyak memiliki bagian." Kata Geu-Reum membantu Wonwoo, yang terlihat gelisah. Ia tahu alasan kegelisahannya itu, diam-diam ia memperhatikan.

Wonwoo menaikkan kedua alisnya, lagi-lagi Geu-Reum membantunya untuk menutupi.

"Baiklah, Wonwoo kau tak mau menemaniku?" Desis Taekhyeon, wajahnya memelas saat menghadap Wonwoo.

"Benar yang Geu-Reum katakan, kau juga harus ikut andil tugas kelompok kita." Seru Wonwoo, Taekhyeon mencebik.

"Issh, kalian ini..."

"Tidak usah banyak protes lakukan saja dengan baik, aku akan memasukkan kalian dalam grup. Jadi kabari saja lewat grup chat," Ujar So-Yul seraya mengeluarkan ponselnya, menatap layarnya dengan jemarinya menari diatas layar. Sepersekian detik ponsel ketiganya berdering, So-Yul menutup ponselnya untuk kembali fokus dalam diskusi mereka.

Kepala oval dengan rambut sebahunya terasa sedikit pening, terlalu banyak melihat orang-orang yang banyak berlalu lalang. Geu-Reum membenarkan letak kacamatanya, saat mendapati Wonwoo keluar gerbang mengendarai sepeda Hybrid-nya.

Hampir tiga puluh menit ia menunggu sendirian, pria itu pulang terakhir karena harus menyelesaikan tugas piket kelas. Tidak biasanya ia menunggu pria kaku itu, jika tidak karena hal mendesak dan terpaksa.

"Wonwoo, berhenti sebentar." Seru Geu-Reum seraya melambaikan tangannya, dengan malas yang dipanggil berhenti mendadak.

"Ada apa?" Ujar Wonwoo ketus,

"Apa yang akan kau lakukan, di hari minggu?"

"Tidak ada,"

Senyum cerah terpancar pada wajah bulatnya, pipi kemerahan akibat berdiri terlalu lama di bawah sinar matahari ikut terangkat. Wonwoo memandang aneh, ia melihat keganjilan pada gadis yang selalu menggunakan kacamata kedodorannya. Karena tulang hidungnya yang tak tinggi, dan tertutup pipi gembilnya.

"Bagus, pukul 4 di Universitas Dongguk. Jangan terlambat, temui aku di halte."

"Apa maksudmu? Hei.."

Geu-Reum sudah lari menyeberang jalan, tak menggubris teriakan Wonwoo agar ia mau datang. Pria itu adalah pilihan terakhirnya untuk datang menemaninya ke festival musik, setelah Mimi menolaknya yang lebih mengutamakan berkencan dengan kekasih tampannya. Lalu ketujuh sahabatnya, sudah dipastikan mereka tak akan mau di ajak ke tempat seperti itu.

Lagipula, kalaupun ada yang bersedia itu hanyalah Han-Bin. Dan ia sudah lebih dulu mengurungkan niat, saat mengingat kejadian kemarin siang. Sejak saat itu juga, Geu-Reum dan lima sahabatnya yang lain. Tak lagi berkumpul di bangku dekat lapangan, memilih menuju kelas masing-masing usai makan siang.

Menghindari untuk tak bertemu senior centil itu, dan memberi pembelajaran untuk dua pria yang di butakan asmara. Mendiami mereka, walau ada perasaan bersalah pada keduanya.

***

Seperti yang di suruh Geu-Reum, Wonwoo telah bersiap untuk pergi dengan setengah hati. Ia sangat malas keluar hari ini, tapi ia juga tak tega pada Geu-Reum.

Gadis itu akan kecewa, jika ia tidak datang. Terlihat betapa antusiasnya Geu-Reum ke festival itu, menghujani pesan singkat dan panggilan tak terjawab untuk sekedar mengingatkannya.

"Kau mau kemana?" Tanya Soon-Young penasaran, karibnya terlihat rapi dan tak biasanya keluar di hari minggu.

Karena mereka akan selalu mendapatkan hari beristirahat, libur sehari dari kafe. Yang akan mereka habiskan untuk tidur seharian, bermalas-malasan di tempat tidur. Hingga tubuh mereka, seakan-akan telah melekat pada kasur ranjang.

"Bertemu Geu-Reum," Jawab Wonwoo tak acuh pada tatapan Soon-Young yang makin penasaran, sibuk mengikat tali sepatu sneakers nya.

"Berkencan?" Seru Soon-Young, ia sudah berjongkok di dekat Wonwoo. Menatap tajam padanya, tanpa berkedip.

"Tidak, kami hanya akan menonton festival musik."

"Tidak bisa dipercaya, sejak kapan gadis itu akrab denganmu?"

"Entahlah, yang jelas gadis itu menakutkan."

"Maksudmu?"

Pupil mata kecilnya melebar, rambut berantakan dengan wajah bengkak khas bangun tidurnya. Menambah kontras ekspresi wajahnya yang kebingungan, tak lupa mengunyah keripik ber-MSG.

"Ini, dia sudah seperti sasaeng idol." Ujar Wonwoo dengan menunjukkan panggilan masuk dari Geu-Reum, dan langsung terputus sebelum ia menjawab.

Lalu dimasukkannya ke dalam saku celana, membangkitkan tubuhnya untuk segera berangkat. Kedua jarum jam dindingnya, juga sudah berada di angka 3. Masih ada 35 menit sebelum pukul 4, perjalanannya juga hanya memerlukan waktu 15 menit dengan bis kota.

"Aku pergi dulu,"

Wonwoo sampai lebih dulu, saat ia tak menemukan gadis yang sejak tadi mengusik ponselnya. Matanya berkeliling, mencari sosok pendek Geu-Reum. Bagaimana bisa ia datang terlambat, saat ia sendiri yang mengingatkannya untuk terlambat.

"Jeon Wonwoo,"

Suara nyaring yang memanggil namanya, mengalihkan atensinya. Segera membalikkan tubuhnya, untuk mendapati orang yang berdiri dibelakangnya. Gadis itu menepati ucapannya, ia datang lebih awal daripada dirinya. Mungkin ia bersembunyi di suatu tempat, untuk menguji kejujuran.

"Kau kemana sa-"

Wonwoo seketika bungkam, kata-katanya ikut tertahan. Pandangannya terpaku pada gadis didepannya, menatap dari atas kebawah. Memastikan ia tak salah orang, namun senyuman gadis itu menyadarkannya. Jika gadis itu orang yang ia kenal, Geu-Reum teman sekelasnya yang beberapa menit lalu terus mengusiknya.

Penampilannya sangat berbeda, hingga tak bisa ia kenali. Mengenakan dress putih bersih selutut, dengan tas selempang kecil dan pulasan make-up tipis yang tetap terlihat mewarnai wajahnya.

Bahkan gadis itu menanggalkan kaca matanya, makin membuatnya terlihat berbeda. Ia mengakui, jika Geu-Reum hari ini terlihat cantik dan manis. Manik mata kecoklatannya, tak henti-hentinya menatap gadis dihadapannya itu. Mengamati pesonanya, membuat hati kecilnya bergumam mengagumi.

"Kau sudah lama disini?"

Geu-Reum menyadarkan lamunannya, mata elangnya berkedip-kedip cepat.

"Ti.. tidak, baru saja sampai."

"Syukurlah, aku tadi terlalu sibuk bermain ponsel dibangku sana. Jadi tidak menyadari kedatanganmu,"

"Kau, kacamata mu?"

"Ah, aku menggantinya dengan memakai kontak lens. Apa terlihat aneh?"

"Tidak, tapi kenapa kau berdandan seperti ini?"

"Hanya ingin saja, aku ingin terlihat seperti mahasiswi. Agar bisa berbaur, dan tak akan ketahuan jika kita murid SMA. Apa tidak cocok?" Jelas Geu-Reum, sembari memperhatikan pakaiannya sendiri.

"Kau terlihat cantik," Gumam Wonwoo pelan,

"Apa?" Seru Geu-Reum dengan mengangkat sebelah alisnya, tak mendengar jelas ucapan Wonwoo yang terlalu pelan.

"Apanya yang apa? Aku tidak mengatakan apapun, cepatlah kita akan terlambat." Ucap Wonwoo

mengalihkan pembicaraan,

Kata-kata yang baru saja terucap, adalah kata yang tak sengaja terlontar. Pikirannya masih linglung, hingga tanpa sadar berucap. Beruntung ucapannya tak terlalu keras, dan gadis itu tak mendengarnya jelas.

Dengan ekspresi yang dibuat kesal, ia berjalan lebih dulu. Hampir saja mempermalukan diri sendiri dihadapan gadis itu, segera melarikan diri sebelum gadis itu terus bertanya. Melangkah menjauh dengan kedua tangannya, ia masukkan kedalam saku celana. Menutupi kecanggungan dan rasa malunya, atas kebodohannya dalam mengekspresikan perasaannya pada Geu-Reum.

"Aku yakin dia mengatakan sesuatu, hei tunggu aku!"

Geu-Reum berlari untuk mengejar Wonwoo, langkah kaki panjangnya telah membawa pria itu cukup jauh. Dibanding langkah pendeknya, yang sudah tertinggal jauh. sehingga membuatnya harus berlari, untuk mencapai sosok tinggi itu.

Mereka memasuki gerbang kampus, merasa ciut saat melihat keramaian yang mayoritas mahasiswa disana. Berbeda dengan pelajar SMA, mahasiswa universitas terlihat lebih mencolok. Selain dari perbedaan pribadi yang lebih dewasa, mereka juga punya gaya berpakaian level bertingkat.

Bukan hanya mengenakan dress yang seperti Geu-Reum kenakan, bagi mahasiswa perempuan atau lelaki mempunyai selera yang berbeda. Namun tetap terkesan pas dan keren saat mereka kenakan, bahkan mereka terlihat seperti idol di acara musik tahunan.

Tatanan rambut dengan cat warna bervariasi, dan riasan wajah yang dikenakan juga menunjang penampilan. Pemandangan menarik bagi Geu-Reum dan Wonwoo, yang baru pertama kali menjejakkan kaki di sekolah tinggi. Pengalaman hidup, di saat status mereka masih pelajar SMA.

Pengunjung terlalu ramai, hingga jalan terasa sempit. Sesekali Geu-Reum harus mengalah saat bahunya tak sengaja tersenggol, hampir saja tubuhnya limbung. Tak bisa menyeimbangkan berdirinya, walau sepatu yang ia pakai nyaman untuk kakinya.

Tanpa permisi, Wonwoo menggenggam tangan Geu-Reum. Ia hanya ingin menjaga gadis itu, agar tak hilang atau terjatuh. Mengingat Geu-Reum terlihat seperti bocah kecil, saat berada dalam kerumunan.

Walau canggung, dan merasa aneh pada sentuhan jemari besar yang meremat lembut tangannya. Ia tak bisa menolak, rasanya aman dan nyaman. Sesekali pria yang tingginya sekitar 182 cm itu, menarik untuk mendekat. Geu-Reum mencuri pandang untuk melirik tulang rahang tegas dan genggaman tangan itu bergantian, menggigit bibir bawahnya kemudian.

Detakan jantung yang cepat, mendesirkan darah merangkak naik ke wajahnya. Reaksi normal tubuh yang melebarkan pembuluh darah itu, menghantarkan panas ke sekujur tubuhnya.

Suhu tubuhnya naik, padahal matahari tak lagi meninggi. Wajah semerah tomat dan kepiting rebus, menambah perasaan malu yang menyelimuti.

"Sebentar, bukankah itu artis? Oh benar, dia Baek Yerin."

Langkah mereka terhenti, Geu-Reum yang mengajaknya untuk berhenti. Genggaman tangannya terlepas untuk membungkam mulutnya sendiri, saat ia mulai heboh. Matanya mendapati sosok soloist perempuan, yang tengah dikerumuni penggemarnya.

"Ambilkan gambarku ya,"

Tak peduli wajah Wonwoo yang kebingungan, ia menyerahkan ponselnya dan berlari menghampiri wanita cantik yang tak lagi dikerubuti penggemarnya. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, pertama kali baginya bertemu seorang idol.

"Aku penggemarmu, apa boleh berfoto bersama."

"Tentu,"

Dengan senyuman ramah, Yerin menerima ajakan penggemarnya itu. Merapikan rambut panjangnya, menyisir dengan jemarinya ke depan sebelah dada. Merangkul Geu-Reum yang lebih pendek darinya, lalu tersenyum ke arah kamera ponsel yang di bidik Wonwoo.

"Terimakasih," Ucap Geu-Reum sumringah, membungkuk berulang kali mengantar Yerin pergi.

Sebagai fan service terakhirnya, penyanyi wanita yang lengan tangannya penuh tato bunga menggemaskan itu. Berpamitan dengan melambaikan tangan, dan senyum yang terus terpancar. Membentuk smile eye di matanya, yang makin membuatnya terlihat cantik.

"Wah, aku tidak tahu. Jika mereka akan mengundang Baek Yerin, dia cantik sekali." Ujar Geu-Reum sangat senang, memperhatikan hasil gambar dirinya dan penyanyi favoritnya.

"Kenapa kau malah mengagumi perempuan?"

"Memang perempuan tidak boleh mengagumi sesama, aku punya alasan. Aku suka suara dan kepribadinya, juga wajahnya. Aku merasa iri pada mereka, semua idol atau artis perempuan terlihat sangat cantik."

"Kau kan juga cantik,"

Lagi Wonwoo keceplosan, ia memang tidak bisa menjaga mulutnya. Merutuki dirinya sendiri, saat Geu-Reum mendengarnya jelas. Mata gadis itu menyipit, kedua alisnya juga terangkat mengamatinya.

"Tidak usah menghibur, aku baik-baik saja dengan kenyataan hidupku."

Kata Geu-Reum dengan menundukkan kepalanya, untuk membuka tas selempangnya dan memasukkan ponsel kedalam.

Wonwoo seperti lolos dari lubang, perasaannya lega. Gadis itu tak berpikir macam-macam, namun ia juga iba saat Geu-Reum malah terlihat sedih dengan ucapannya.

Tapi dari lubuk hatinya, ia memang berpendapat bahwa Geu-Reum lebih cantik daripada orang-orang terkenal itu. Geu-Reum punya kecantikannya yang hanya dimilikinya sendiri, memiliki ciri khas tersendiri untuk menggambarkannya.

"...naege jom deo ppalli wajwo

geudaega eomneun igoseun

naegeneun neomu kamkamhae

na yeogiseo du pal beollyeo

geudaereul anajul junbiga dwaeisseo.

neowa na saiui ujureul geonneo naegero

would you like to come over to me

neowa na saiui ujureul geonneo naegero

nara wajwo deo isang gidarige hajima

I'm waiting for you now eh eh

Baby I need you now eh eh

I'm waiting for you now eh eh

Baby I need you now—"

Acara baru di mulai, dengan pembukaan penampilan dari soloist Baek Yerin. Lagu dengan genre ballad RnB, berhasil membuat penonton hanyut. Ikut bernyanyi dari awal penampilannya yang di iringi permainan gitarnya dan home band-nya, hingga akhir lagu.

Geu-Reum pun tak berdiam diri, ikut menyenandungkan lagu favoritnya. Walau suaranya hampir tak terdengar, mengikuti tepukan tangan para penonton lain saat penyanyi muda itu undur diri. Sedikit kecewa, karena hanya sekali penampilan darinya.

Di sampingnya, Wonwoo hanya berdiam diri. Ia lebih menikmati menatapi wajah bahagia Geu-Reum, tersenyum pada setiap tingkah gadis itu. Baru menyadari ada satu buah tahi lalat di bawah mata kanannya, menambah kesan manis.

"Itu senior kita," Seru Geu-Reum sembari menarik lengan baju Wonwoo, saat Young-Hyun bersama anggota band nya memasuki panggung,

"Siapa?" Wonwoo mencari sosok yang di tunjuk Geu-Reum, menyipitkan mata untuk mengingat pria yang membuat gadis di sampingnya berisik.

"Senior Kang Young-Hyun, anggota ekstrakurikuler musik yang populer. Dia juga anggota band itu,"

"Aku tidak tahu, jika kita punya senior seorang idol."

"Kau ini, dia adalah bassist dari band Myday yang dikenali banyak orang. Dia juga, yang memberi ku tiket festival ini. Jadi, kita bisa berdiri disini sekarang. Lihatlah, dia tampan sekali." Ujar Geu-Reum dengan kedua matanya berbinar kagum,

Young-Hyun menjadi bintang acara hari ini, sosoknya mampu menghipnotis mata audiens. Tatanan rambutnya, di buat terangkat pada bagian poninya. Menampakkan dahi luas, yang membuat para gadis berteriak histeris.

Kemeja hitam berlengan pendek yang melekat di tubuh atasnya, dipadukan celana hitam berbahan jeans yang menggantung di pinggang nya, dengan robekan di kedua lututnya. Terlihat sangat cocok untuknya, menambahkan ketampanannya yang meningkat seketika.

Ditambah seringaiannya saat ia mulai memainkan alat musik yang menjadi keahliannya, menambah suara keriuhan yang kebanyakan dari para gadis-gadis penggemarnya.

"Biasa saja," Ujar Wonwoo dingin, ia tak terlihat senang.

Wonwoo malah merasa risih, menjatuhkan tatapan tak suka. Saat Geu-Reum, memandang kagum dengan mata berbinar. Menyertakan kata-kata pujiannya, pada pria yang baru pertama kali ini ia lihat.

"...Congratulations neon cham daedanhae

Congratulations eojjeom geureohge

Amureohji anha

Hamyeo nal jisbalpa

Usneun eolgureul boni da ijeossna bwa

Siganeul gajjadeon mal ye

Saenggakhae bojadeon mal ye

Nae nuneul bomyeonseo mitge haenohgo

Ireohge naege

Amureohji anha

Hamyeo nal jisbalpa

Usneun eolgullo nal kkamahge ijgo

Haengbokhae haneun neon—"

Sejak mulai naik ke atas panggung, matanya berkeliling menyapu hamparan manusia didepannya. Mencari sosok Geu-Reum, sedikit tak fokus pada permainan bass nya. Tapi ia tetap menjaga profesionalisme-nya, agar tak mengecewakan penggemar dan teman-teman band nya.

Tapi pada akhirnya ia menemukan gadis itu ditengah-tengah penonton, tepat lurus di depannya. Sedikit tak mengenali Geu-Reum yang tak mengenakan kacamata.

Senyumannya mengembang, menyadari junior tingkatnya itu terlihat cantik hari ini. Tak salah ia mengundang gadis itu, ia bisa melihat sisi memesona yang mengagumkan bagi hatinya.

Rahangnya bergerak turun, saat ia menemukan sosok laki-laki disamping Geu-Reum. Mereka saling berbincang dan terlihat akrab, bahkan lelaki itu juga berani menyentuh rambut Geu-Reum. Walau hanya mengambil daun kecil di rambutnya, namun di mata rubahnya lelaki itu terlihat membelai rambut hitam sebahu itu.

Sekarang matanya terbakar kecemburuan, ia anggap begitu. Karena ia mulai menaruh perasaan pada gadis itu, sejak awal pertemuan hingga saat ini. Walau, ia masih ragu akan hal itu.

Usai acara, Geu-Reum pergi meninggalkan Wonwoo sendirian untuk pergi ke toilet. Dengan setia, ia menunggu Geu-Reum di dekat panggung yang mulai sepi. Menghilangkan rasa bosannya, dengan menggesekkan alas bawah sepatunya pada aspal kasar yang sedikit berumput.

Kenapa semua gadis, selalu suka berlama-lama di toilet?

Ia semakin mulai bosan menunggu, gadis itu sudah hampir 15 menit lebih di toilet. Padahal toilet tepat di samping panggung, kalau pun mengantri tidak akan selama ini. Lagi pula, pasti ada banyak toilet di kampus sebesar ini. Jadi, tak hanya toilet itu yang akan banyak didatangi.

"Kau teman Geu-Reum?"

Sebuah suara lagi-lagi mengalihkan perhatiannya, memaksanya untuk mendongak menatapnya. Hari ini ia banyak mendapatkan kejutan, kali ini sosok yang tak pernah ia lihat menyapanya. Senior yang sejak tadi di elu-elu kan Geu-Reum, hingga membuatnya mulai muak mendengar. Berjalan mendekat untuk berbincang, seakan mereka saling mengenal.

"Iya,"

"Sejauh apa perasaanmu padanya?"

"Maksudmu?"

"Kauntak perlu bermain-main dengan kata-kata, aku bukan tipe orang yang banyak berbasa-basi. Aku telah memperhatikanmu,"

Mata elangnya memutar, kemudian menatap tajam pada mata rubah mengkilap milik lawan bicaranya. Tata cara bahasanya pun tak lagi ramah, ia melupakan aturan sopan santun pada orang yang lebih tua. Menganggap Young-Hyun sebayanya, alih-alih senior tingkat.

"Lalu kau sendiri?"

"Mungkin berada pada tingkatan yang sama sepertimu,"

Kedua mata mereka masih setia mengunci manik mata masing-masing, semakin menajam dan nyalang. Air muka mereka pun gelap, mengeraskan rahang tegas mereka. Dengan sesekali, menggertakkan gigi-gigi atas bawah.

Tak ada api, jika tak ada asap. Ia akan menyambut bendera perang Young-Hyun, dengan tangan terbuka. Jika seniornya itu ingin mengibarkannya, ia tak gentar akan itu.

Dari awal ia sudah memilih jalan ini, saat ia tahu seberapa kuat saingannya. Wonwoo tak ingin kehilangan kesempatan, tak mau mengulang kesalahan yang sama. Prioritasnya adalah Geu-Reum, melakukan apapun demi gadis yang telah mencuri hatinya itu.

Begitu pun Young-Hyun, ia memilih Geu-Reum untuk memasuki hatinya. Saat pertama jumpa, gadis itu telah mencuri perhatiannya. Geu-Reum gadis yang ceria dan hangat, apa adanya, juga naif.

Perasaannya tenang saat berada disampingnya, ia bisa mengekspresikan dirinya sendiri. Bahkan tertawa lepas, juga karena gadis itu. Melupakan cinta pertamanya, yang masih sulit ia lupakan.

Geu-Reum celingukan, ia tak menemukan sosok Wonwoo. Ia yakin tempat berdiri pria itu, saat ia meninggalkan Wonwoo. Panggung juga sudah sebagian di bongkar saat ia pergi ke toilet, ia harus pergi lebih jauh untuk mencari toilet. Karena toilet yang berada dekat dengan panggung, sangat ramai dan membuatnya malas harus mengantri panjang.

Geu-Reum seperti anak ayam yang kehilangan induknya, saat tak bisa menemukan Wonwoo. Hampir saja ia menangis, jika ia tak terpikirkan untuk mengirim pesan atau menelponnya. Segera ia merogoh ke dalam tas selempang nya, lalu mencari nama Wonwoo di kontaknya.

Segera menempelkan ponselnya, setelah ia menekan tanda panggilan. Bunyi telepon tersambung langsung terdengar, ia bisa sedikit bernafas lega. Tapi tiba-tiba seseorang menabraknya hingga ponselnya terlepas dari genggaman, dan terpelanting jauh. Baru akan diambilnya, dari arah selanjutnya seseorang telah lebih dulu menginjak ponselnya.

"Ponselku," Seru Geu-Reum mendramatisir, layar ponselnya pecah dan tak lagi menyala.

"Aku harus bagaimana ini,"

"Permisi,"

Seorang pria yang telah menginjak ponsel Geu-Reum menghampirinya, setelah meletakkan barang berat yang ia bawa. Membuatnya tak melihat jalan, dan tanpa ia sadari telah merusak ponsel. Merasa bersalah, saat menyadari ponsel gadis itu rusak.

"Aku tidak sengaja, aku tidak tahu ada ponselmu disana."

"Bagaimana ini?"

Geu-Reum menangis, ia benar-benar kalut dan bingung. Ponsel satu-satunya harapan baginya, tak bisa digunakan lagi. Ia tak bisa menemukan Wonwoo, jika seperti ini ia akan tersesat disini. Mengingat sejak menginjakkan kaki di sini, Wonwoo selalu disampingnya.

Pria itu ikut berjongkok, ia panik melihat Geu-Reum menangis. Gadis itu terduduk di tanah, tak memedulikan dress putihnya kotor. Pria yang menjadi panitia acara itu juga kebingungan, tangisan Geu-Reum makin kuat.

Orang-orang yang masih bersisa disana pun mulai memperhatikan mereka, ia mencoba menenangkan. Tapi gadis yang baru pertama ia jumpai itu, malah semakin menguatkan isak tangisnya. Baru pertama kali bertemu, tapi sudah merepotkan.

***

Tap Vote to Next☜☜

===>>>

I give you ♥ to saying that i really thankfully

Hope you like it, and Enjoy it...

⇨⇨⇨⇨⇨⇨⇨⇨⇨