Chereads / Moon For Selecia / Chapter 6 - Aster

Chapter 6 - Aster

Seorang remaja laki laki kini sedang menuruni sebuah mobil berwarna hitam yang selalu mengantarnya kemanapun bersama dengan sang supir.

"Makasih banyak ya pak"

Remaja itu mengucapkan Terima kasih pada supir yang telah menjemput nya, lalu supir itu memarkirkan mobil di garasi mobil.

Remaja itu adalah Aster.

Aster berjalan dengan menghembus nafas berat saat ia sudah berada di ambang pintu, hal yang paling ia benci pun terjadi lagi untuk yang kesekian kalinya di rumah ini.

Aster memang tidak pernah bilang bahwa dia menyaksikan semuanya, namun sepertinya ayah Aster sudah tau semuanya.

Sekarang ibu dan ayah Aster sedang beradu mulut, mereka saling menyalahkan atas jatuhnya saham di perusahaan, lalu ambisi mereka untuk saling menang mengalahkan rasa sayang mereka kepada Aster.

Mereka lebih menyayangi harta di banding anak mereka sendiri. Aster hanya dapat mengepal kedua tangan nya kuat kuat dan menerobos pintu itu begitu saja.

Kedua orang tua Aster yang terkejut melihat Aster sudah pulang pun menghentikan aksi mereka untuk sesaat, lalu ibu Aster menghampiri Aster layaknya kebanyakan ibu biasanya.

"Sayang, kamu udah pulang, pasti kamu-"

ucapan ibu Aster terpotong lantaran saat ingin memegang pipi Aster, Aster justru menepis tangan ibunya dan tentu saja itu tindakan yang tidak pernah di lakukan oleh Aster sebelum nya. Tapi kali ini dia benar benar muak dengan semuanya.

"Aster capek, Aster mau istirahat"

lalu Aster pun pergi ke kamar nya dengan masih tetap mengepal kedua tangan nya kuat kuat, seolah ada sesuatu yang memang sedang ia tahan untuk saat ini. Yaitu,

Tangisan nya.

Saat Aster sudah berada di kamar, Aster membuat tas nya sembarang tempat lalu menjatuhkan dirinya ke atas kasur berukuran king size miliknya.

Aster memejamkan matanya dan mengingat semua kejadian yang sering sekali ia lihat secara diam diam sejak umur 5 tahun.

Hubungan ayah dan ibu Aster menang sedikit tidak baik, Ayah Aster adalah seorang pengusaha sukses di bidang pertambangan, lalu ibu Aster merupakan Arsitek yang lumayan terkenal.

Namun mereka sering meributkan hal hal kecil yang kemudian menjadi hal besar dan membuat Aster hanya dapat menangis jika membayangkan semua yang sudah ia lihat dengan mata kepala nya sendiri.

Kemudian Aster membuka handphone nya yang dia taro di saku celana sebelah kirinya dan menghubungi salah satu teman nya yang berada di SMA yang sama.

"Halo, Tama!!" Aster langsung terbangun dari posisinya saat telfon nya tersambung dengan orang yang ia tuju, yaitu Tama.

"Paan dah, budek ntar kuping gw! ada paan sih nelfon?" Tama berdecak kesal lantaran Aster tiba tiba saja menelfon nya tanpa alasan yang jelas dan itu jelas jelas mengganggu waktu tama untuk beristirahat.

Aster terdiam sebentar, sebenarnya Tama dan Aster adalah sahabat sejak SMP, namun sempat terjadi pertengkaran antara mereka berdua, lantaran Tama terhasut oleh beberapa anggota genk yang memberitahu bahwa seorang siswi yang Tama suka sebenarnya adalah pacar dari Aster, padahal itu semua salah.

"Gw boleh cerita?" Kini Aster memberanikan diri untuk membagikan cerita nya kepada seseorang, Aster memang tipe orang yang tidak bisa memendam sesuatu terlalu lama, namun dia juga bingung harus bercerita ke siapa tentang dirinya ini.

"Boleh sih, tapi--" Tiba tiba saja terdengar suara ibunya Tama yang sedang memanggil Tama untuk segera turun ke bawah, Tama pun menjawab panggilan ibunya dan otomatis tidak jadi mendengarkan cerita yang ingin Aster beritahu pada Tama.

"Bro, maaf nih, ibu gw manggil gw, jadi gw harus buru buru, besok aja ya cerita nya di sekolah, bye"

Tama menutup telfon itu secara sepihak dan membuat Aster sedikit bersedih, Aster menatap handphone nya dan mengeraskan genggamannya sampai tangan Aster berubah menjadi merah.

Aster kemudian berdiri dan membersihkan dirinya, Aster mengganti baju dan menata kembali buku buku nya dan mengganti nya dengan mata pelajaran esok hari.

Dan tanpa sengaja Aster menjatuhkan buku catatan Alm. kakek nya yang sempat di berikan oleh kakeknya sebelum ia meninggalkan Aster untuk selama lamanya 3 tahun yang lalu.

Kemudian Aster menarik kursi belajar nya dan menatap ke arah bulan yang sedang bersinar terang malam ini, bulan itu tampak sangat indah, dan itulah yang paling di sukai oleh Aster untuk hari ini.

Kemudian Aster duduk di bangku nya seraya melihat ke arah bulan dan membuka buku catatan Alm. kakek nya yang berisikan tentang Astronomi. Aster sudah membaca buku itu lebih dari 10 kali dan dia sudah hafal betul isi dari buku catatan kakek nya tersebut.

Buku itu juga menceritakan tentang Aster di dalam nya, karena ternyata kakeknya lah yang memberikan nama 'Aster' pada Aster, yang berartikan 'Asteroid'.

Alasan mengapa kakek Aster memberikan nama itu pada cucunya, karena kakek nya berharap Aster akan menjadi Astronom seperti dirinya.

Aster menyimpan buku itu di pangkuan nya dan kembali menatap ke arah bulan dengan tatapan yang sendu, Aster benar benar sedang bersedih saat ini, entah ke siapa dia akan menceritakan masalah nya ini, jika dia tidak bercerita maka dia akan merasa tidak nyaman.

Aster terus memikirkan tentang hal itu, sampai sebuah nama terlintas di pikiran nya saat ini, yaitu nama Selecia.

Memang Aster baru saja berkenalan dengan selecia tadi pagi, namun terlihat dari raut wajah selecia, bahwa dia anak yang dapat di percaya, tapi tentu saja tidak semudah itu menaruh rasa percaya dengan seseorang, Aster akan membuktikan itu besok.

Aster menarik lagi bangkunya ke tempat semula dan meletakkan buku Alm. kakeknya di tas nya.