Selecia melongo saat Aster menyapanya dan tidak mau memalingkan wajahnya sedikit pun dari dirinya, itu adalah hal yang membuat selecia berhasil terhipnotis.
Selecia langsung menggelengkan kepala nya dan tersenyum beberapa detik lalu duduk di pojokkan yang jaraknya lumayan jauh dari tempat Aster duduk sekarang, karena dia tidak ingin di kira cewek gatel yang selalu saja mengejar Aster dan terobsesi dengan sosok Aster.
"Kenapa menjauh? sini"
Aster menepuk lantai di sebelah nya yang menjadi penghalang antara dirinya dan selecia, karena memang di pojokan tidak ada kursi dan pastinya mereka pun duduk di lantai, namun itu adalah suatu kenyamanan tersendiri bagi selecia.
Selecia hanya menggelengkan kepala nya dan tersenyum dengan malu, tanda bahwa ia tidak ingin berdekatan dengan Aster, Aster yang menyadari hal itu pun mulai mendekati selecia dan duduk di samping nya, namun lagi lagi selecia berusaha menjauh.
"Kenapa sih, setiap gw mendekat kok lo menjauh? ada apa? muka gw serem? gw gigit? iya?" Tanya Aster yang sudah mulai kewalahan dengan sikap selecia.
"eng-enggak kok" Jawab selecia terbata.
"terus? kenapa lo menghindar?"
kini Aster berhasil membuat selecia tidak bergerak sedikitpun dari tempat nya, selecia hanya diam dan tertunduk.
"Oke, gini deh, gw tau gw belum terlalu kenal sama lo, dan gw juga belum tau siapa lo sebenarnya, tapi gw ke elo karena gw yakin lo orang baik"
Aster mengatakan itu seraya melihat ke arah selecia yang wajah nya di tutupi oleh rambut yang telah selecia kuncir berbentuk buntut kuda.
"Gw nggak tau harus berbagi cerita ke siapa lagi"
Kini Aster yang gantian menunduk, Aster nampak sudah sangat bersedih, terlihat dari nada bicaranya.
"Ke-kenapa berbagai nya harus ke g-gw?"
Selecia sedikit menoleh ke arah Aster yang kini sudah menaruh wajah nya di dengkul kaki nya.
"Gw juga nggak tau, semalam di otak gw cuma terlintas nama lo"
Deg!
Kini jantung selecia kembali berdegup dengan kencang, selecia sangat tekejut saat mendengar Aster berbicara langsung padanya seperti itu, rasanya ia ingin melayang saja.
Selecia sedikit berdeham, lalu ia mengeluarkan secarik kertas dan pulpen yang ia letakan di saku bajunya, kemudian selecia menulis sesuatu di kertas itu yang ternyata itu adalah nomor handphone nya.
"i-ini, gw nggak bisa dengar cerita lo untuk sekarang, lo bisa hubungi gw" ujar selecia dengan senyuman nya ke arah Aster.
Aster menerima kertas yang di berikan oleh selecia dan membalas senyuman dari selecia, senyuman yang indah dan tulus.
"Berarti, mulai sekarang kita temenan?"
Aster menatap ke arah selecia dengan sesekali memalingkan wajahnya ke arah lain, Selecia hanya menggunakan kepalanya seraya tersenyum malu mendengar ucapan Aster.
"ouh ya, nama gw selecia, panggil aja cia"
kini selecia mengulurkan tangan nya tanda bahwa ia mau berjabat tangan dengan Aster, lalu Aster menjabat tangan selecia dan mulai menyebutkan nama nya.
"Nama gw, vir--" Belum sempat menyebutkan nama panjang nya, selecia sudah memotong omongan nya dan dialah yang menyebutkan nama panjang Aster.
"Virlano Na-Aster, itu nama lo kan?"
Aster mengangguk dan melepaskan genggaman tangan nya pada selecia, lalu saat Aster melihat ke arah jam, ia teringat akan sesuatu.
"Ouh iya gw lupa! gw harus ke kelas sekarang, besok ada waktu kan?" tanya Aster.
"Nggak perlu besok, nanti juga lo bisa chat gw kok, sekarang pergi aja ke kelas, kalo itu penting" ujar selecia.
Aster tersenyum lega dan kemudian beranjak dari duduknya dan meninggalkan selecia yang masih berada di sana, selecia memandangi Aster yang sudah mulai menjauh.
"Oi sel!"
Seseorang berhasil mengagetkan selecia yang tengah melihat ke arah Aster yang sedang berjalan menjauh dari tempat ia berada sekarang.
"Astaga Edlen! bikin kaget aja, ada apa?"
Yap! ternyata itu adalah Edlen, yang sedari tadi sudah melihat kedekatan antara Aster dan juga Selecia.
"Ahh, nggak kok, cuma mau nanya, nanti lo kerja kan?"
Edlen mengambil posisi tepat di sebelah selecia dan membuat selecia sedikit kebingungan dengan sikap Edlen sekarang.
Awalnya Edlen anak yang tidak terlalu banyak berbicara dan tidak terlalu aktif, namun saat bersama selecia Edlen menjadi sosok yang berbeda, dia lebih terbuka dan lebih aktif dari biasanya.
"oi, lo denger gw kan?"
Edlen melambaikan tangan nya di depan wajah selecia yang membuat selecia kaget dan tersadar dari pikiran nya.
"A-ahh iya! Pasti gw kerja lah! emang kenapa?" kini selecia bertanya pada Edlen yang sedang meluruskan kakinya seraya menahan tubuhnya dengan tangan yang ia julurkan ke belakang.
"Nanti pulangnya bareng gw aja" Ujar Edlen.
Selecia terkejut mendengar hal itu, Edlen yang masih dalam posisi nya pun mulai merubah posisinya dan melihat ke arah selecia yang berada di samping nya.
"Mulai sekarang dan seterusnya, lo harus pulang sekolah sama gw, karena cafe paman gw cukup jauh, jadi gw anter aja" ujar Edlen dengan di iringi senyuman nya, entah lah itu senyuman tulus atau senyuman yang memiliki makna tertentu.
Selecia hanya mampu menganggukkan kepalanya dan membalas senyuman Edlen.
-Pulang sekolah
Sekarang selecia tengah membereskan semua bukunya, dan hanya tersisa Mei, hana, selecia dan 5 orang murid lainnya di dalam kelas.
Sisanya sudah pulang dengan jemputan nya masing masing, karena habis dari lab, mereka langsung ke kelas dan belajar kembali di dalam kelas.
"Cia, gw liat sikap lo aneh banget"
Mei kini menghampiri selecia yang masih sibuk memasukkan buku bukunya ke dalam tas kesayangan nya.
"Aneh gimana maksudnya?" ujar selecia seraya memasukkan bukunya.
"Ya aneh aja gitu, lo tiba tiba murung, kayak nggak biasanya" Mei sedikit menurunkan alisnya guna berfikir apa yang sedang terjadi.
"Bukan nya cia emang selalu begitu ya mukanya? judes, ekekekek"
Kini hana yang masih ada di sana pun menimpali balik ucapan yang Mei lontarkan, Hana menganggap selecia itu sama, tidak ada yang berubah sama sekali.
"Nah, tu hana tau, gw emang begini kali, udah ah nggak usah di pikirin"
Kini selecia beralih dengan meng-gemblok tasnya di pundak nya lalu tersenyum hangat ke arah hana dan Mei.
"Gw duluan ya, ada urusan penting"
Selecia sedikit menepuk pundak Mei dan hana secara bergantian, Hana hanya membalas nya dengan senyuman, namun Mei justru menatap selecia seperti seorang detektif.
"Hati hati cia!" teriak hana yang melihat selecia sudah berada di ambang pintu
"iya!" jawabnya.
Setelah selecia pergi, Hana memperhatikan Mei yang sedari tadi melamun dengan mengigit kukunya.
"ish! jorok lo! udah ah, yuk pulang, pasti lo udah di jemput"
Hana membawa Mei menuju luar dan sama sama menunggu di depan gerbang sampai jemputan datang.