Chereads / Moon For Selecia / Chapter 5 - Pekerjaan

Chapter 5 - Pekerjaan

Sekarang waktu sudah menunjukan pukul 16.00 WIB dan saat ini selecia sudah pulang dari sekolah lalu melanjutkan perjalanannya untuk mencari pekerjaan dan mengikuti beberapa alamat serta nomor telepon yang sudah ia catat dari Majalah di perpus tadi siang.

Sekarang selecia tengah berjalan di deretan beberapa cafe yang berjejer bersamaan, lalu saat ia sampai di salah satu cafe yang ia tuju, seorang pria keluar sambil membawa coffee di tangan nya, dan lelaku itu tidak sengaja menabrak selecia dan menumpahkan coffee itu di seragam sekolah selecia.

"Aww panas" jerit selecia seraya memegangi tangan nya yang terkena coffee itu dan menutupi baju nya.

"Kalau jalan itu hati hati dong mas, kan jadi tumpah kayak gini" ujar selecia yang masih fokus membersihkan bajunya tanpa melihat ke pelaku nya.

"sel, maaf, gw nggak sengaja" Suara yang sedikit membariton namun lembut itu kini masuk secara halus ke telinga selecia, dan sepertinya suara itu tidak asing lagi bagi selecia.

"Edlen? kok lo ada di sini?!" tanya selecia yang masih terkejut bahwa pelakunya adalah teman nya yang tadi, yaitu Edlen.

"ini kan cafe, jadi gw berhak kesini dong, lagi pula cafe ini punya paman gw" jawab Edlen santai seraya melihat ke arah selecia.

Selecia hanya dapat melihat Edlen tak percaya, setelah itu selecia mengambil buku di dalam tas nya dengan maksud ingin menutupi noda yang berada di bajunya, karena noda itu tepat berada di dada sebelah kiri selecia yang membuatnya merasa tidak nyaman.

"Etss," Edlen menepis tangan selecia yang hendak menutupi nya menggunakan buku pelajaran, lalu dengan sigap Edlen membuka jaket yang ia kenakan, lalu mengenakannya ke selecia.

"Nahh dah selesai, sekarang noda nya udah nggak terlihat lagi, gw minta maaf ya sel, andai gw tau ada lo di depan, gw nggak bakal ceroboh" Ungkap Edlen penuh penyesalan.

"Ahh, iya nggak apa apa kok, eumm, kalo begitu gw permisi dulu ya" pamit selecia, namun tas Selecia di tarik oleh Edlen dan mereka pun saling adu pandang sekarang.

"gw tau ini bukan jalan pulang ke rumah lo, sekarang gw tanya, lo mau kemana?" Edlen menatap selecia yang sedari tadi masih terkejut dengan perbuatan yang di berikan Edlen kepada nya.

"Ekhem,, maaf, jangan kayak gini bisa?" selecia berusaha melepaskan dirinya, Edlen yang tersadar pun segera melepaskan selecia dan meminta maaf lagi.

Kini selecia menarik nafas nya panjang, lalu menjelaskan tujuan nya pada Edlen dan alasan mengapa ia sedari tadi berada di wilayah ini.

"Gw kesini buat nyari pekerjaan, gw nemu alamat cafe paman lo dari Majalah yang gw baca di perpustakaan tadi siang, dan gw langsung kesini aja" Ucap selecia yang kemudian diberikan tatapan kagum oleh Edlen.

Edlen tersenyum penuh arti pada selecia, dia kemudian menarik selecia masuk ke dalam cafe paman nya dan cara menarik nya sama seperti saat Edlen menarik selecia ke ruangan kepala sekolah tadi pagi.

kini mereka sudah berada di dalam cafe paman Edlen, dan terlihat ada beberapa petugas yang sedang meracik coffee coffee dengan satu orang yang menjadi pengarah mereka.

"Paman" Edlen memanggil paman nya, dan lelaki bertubuh kekar itu pun menoleh kepada Edlen, lalu pandangan nya teralihkan saat melihat Edlen yang sedang menggandeng tangan selecia.

"Siapa dia?" tanya ok Edlen.

Selecia yang mengerti pun segera melepaskan genggaman Edlen dan memperkenalkan dirinya pada paman Edlen.

"Nama saya Moonhana Selecia om, saya teman sekolah nya Edlen" selecia tersenyum lebar ke arah paman Edlen, dan paman Edlen pun membalas senyuman selecia.

"Kita lebih baik ngobrol di luar aja yuk" Ajak paman Edlen pada selecia dan Keponakan nya tersebut.

Mereka bertiga pun keluar dan pamannya sedikit berbincang bincang ringan dengan selecia.

Lalu setelah itu, paman Edlen bertanya mengapa selecia bisa bersama dengan Edlen, lalu yang menjawab pertanyaan itu adalah Edlen, yang kemudian di tambahkan oleh selecia.

"Selain itu om, saya juga sedang mencari lowongan pekerjaan, lalu saya melihat cafe om di lampiran majalah, jadi saya coba kesini" ujar selecia dengan sedikit menundukkan kepalanya.

"Kamu mau kerja di cafe om? kebetulan om lagi butuh Barista di cafe ini"

Mendengar hal itu, selecia langsung berdiri dan menyatakan bahwa dia sangatlah mau jika di tawarkan bekerja di cafe tersebut.

"Kamu bisa mulai kerja besok, sehabis pulang sekolah sampai jam 20.00 wib, kamu keberatan tidak?" tanya om Edlen.

Selecia menggelengkan Kepala nya tanda bahwa ia sama sekali tidak merasa keberatan dengan hal itu, bahkan sekarang ia sangat senang karena akhirnya mendapatkan pekerjaan untuk membantu bundanya mencari nafkah.

"Kalau begitu, sekarang kamu pulang aja dulu, besok baru kamu bisa mulai kerja" Om Edlen pun tersenyum dan memberikan kartu Tanda pegawai baru pada selecia.

"Terima kasih banyak om" ucap selecia tiada henti.

"Panggil saja saya pak Dani, jangan panggil om, terkesan terlalu muda, hahahaha"

Mereka pun menghabiskan waktu dan kemudian selecia di antar pulang oleh Edlen menggunkan motor nya.

-Di rumah Selecia

Selecia membuka helm yang di kenakan oleh nya lalu memberikan helm itu pada Edlen.

"Makasih banyak ya len, dan makasih juga untuk hari ini"

Selecia tersenyum sangat manis pada Edlen, ia benar benar merasa beruntung karena dapat bertemu dengan Edlen hari ini.

"iya sel, sama sama, gw juga senang bisa bantu lo, kalau gitu gw pulang dulu ya"

Edlen berpamitan lalu kemudian melajukan motor nya dan pergi dari rumah selecia.

"Assalamu'alaikum, bun, cia pulang"

Seperti biasa, selecia melepaskan sepatunya lalu menaruhnya di rak sepatu.

"Waalaikumsalam, kamu dari mana aja sayang? kok baru pulang?" tanya bunda selecia yang terlihat sangat khawatir dengan anak nya ini.

selecia hanya tersenyum lalu sedikit menarik bundanya untuk duduk dan mendengarkan nya, karena ia ingin menyampaikan sesuatu.

"Bun, hari ini,

Selecia dapat kerjaan!!" Selecia berteriak senang dan memperlihatkan raut wajah yang sangatlah gembira, namun berbanding terbalik dengan bundanya, yang justru menunduk ke bawah.

"Bun? bunda kenapa? kok keliatan nya nggak seneng?" Selecia merendahkan nada bicaranya dan menatap bundanya yang ternyata sedari dari menitihkan air matanya setelah mendengar ucapan selecia barusan.

"Bunda nggak mau selecia kenapa napa, pasti pulang kerja akan malam, terus besok pagi selecia harus sekolah, apa selecia kuat?"

Kini bunda selecia menyeka air matanya seraya menatap sendu putri nya itu yang sekarang menatap nya balik dengan tatapan sendu yang jelas tergambar di raut wajah selecia.

"Zaman sekarang sudah berbeda sayang, kita memang di tuntut untuk terus berjuang dan mencari nafkah, tapi umur selecia belum cukup untuk hal itu, bunda khawatir" ujar bunda selecia lagi.

Kemudian bundanya memegang erat kedua tangan selecia lalu berkata.

"Jalan kamu masih panjang sayang, lupakan dulu tentang pekerjaan dan fokuslah pada bidang pendidikan"-bunda.