"Uhuk, uhuk"
Suara orang batuk terdengar dari arah pintu gudang, dengan segera selecia menghampiri bunda nya yang berada di gudang.
"Bun?"
"Ya, ampun bun, jangan angkat yang berat berat dulu, bunda belum sepenuhnya pulih"
selecia sangat mengkhawatirkan kesehatan bunda nya, karena hanya bundanya lah daan adik perempuan nya yang ia punya saat ini.
terlebih lagi, bunda nya memiliki penyakit asma dan sempat mengalami patah pinggang akibat terjatuh 1 tahun yang lalu.
"nggak apa apa sayang, ini nggak berat kok"
tepis bunda selecia.
"Sini cia bantuin"
Kini selecia tengah menurunkan beberapa kardus yang sudah berdebu dari atas sebuah rak kayu tua yang hampir rapuh.
"Bunda nyari apa? kok sampe ke gudang gudang?" Tanya selecia.
Tatapan bundanya kini sendu, bahkan hampir mengeluarkan air mata saat ia menatap selecia di hadapan nya.
"Maafin bunda ya nak,"
"bunda minta maaf sama cia, bunda belum bisa jadi orang tua yang bisa membahagiakan cia sama nasya"
Selecia yang mendengar itu pun memeluk bunda nya dan mengelus nya dengan lembut, tanpa sadar air mata selecia juga jatuh saat mendengar isak tangis bundanya.
"bunda nggak pernah salah, cia udah bahagia selama ini, bunda benar benar perempuan hebat yang pernah ada di hidup cia"
Selecia semakin mengeratkan pelukan nya.
tak lama kemudian, bunda selecia melepaskan pelukan nya dan menghapus air matanya, lalu berkata.
"Bunda harus mencari beberapa barang yang bisa kita jual nak, gaji bunda belum tentu cukup untuk bulan depan" ujar bunda cia seraya menghapus sisa sisa air matanya.
"Cia juga akan nyari kerja bun, cia akan bantuin bunda, cia nggak tega liat bunda kayak gini"
"jangan sayang! kamu fokus aja belajar, buat bunda yang cari kerja, nanti tangan kamu kasar kayak bunda, kan jadi jelek"
bunda selecia sedikit tersenyum seraya memegangi tangan anak nya dan menatap sendu anak nya.
"Cia bisa kok bun, bunda nggak usah khawatir, selama cia masih ada, cia juga akan menjadi tulang punggung keluarga"
Selecia tersenyum hangat, lalu dia kembali memeluk ibu nya dan setelah itu mereka membereskan gudang.
-Malam harinya
"Kalian makan yang banyak ya, kalian harus tetap sehat"
Bunda selecia tengah menuangkan lauk ke piring kedua anak nya, selecia hanya mengangguk dan tersenyum.
"Makasih banyak bunda" ujar nasya seraya memandang sendok di tangan nya.
"Iya sayang, sama sama" jawab bunda.
Selesai makan malam bersama, selecia memutuskan untuk pergi ke kamar nya, dan sesampainya di kamar, selecia hanya termenung sambil menatap barang barang yang berada di kamar.
"Apa yang bisa gw jual ya?"
selecia mulai menelusuri kamar nya dan berusaha mencari barang yang mungkin akan laku dan tentunya dengan harga yang mahal.
Namun selecia hanya berhasil menemukan Laptop nya dan handphone nya yang tak seberapa.
"Kalo gw jual laptop, nggak mungkin.
soalnya ini laptop berguna banget buat gw, terlebih lagi gw bener bener pake laptop ini untuk kegiatan belajar"
Selecia yang sudah pusing pun kemudian menarik kursi belajar di kamar nya dan mendekatkan kursi itu ke arah jendela kamar.
saat itu bulan tengah bersinar terang, selecia menopang dagunya pada tangan nya dan tersenyum ke arah bulan yang berada tepat di depan nya sekarang.
"Ayah, Cia kangen sama ayah" monolog selecia pada bulan.
"Andai ayah masih ada disini, pasti kita akan senang banget,"
"Cia pengen di peluk ayah lagi, cia pengen bercanda sama ayah lagi, "
"Dan cia pengen, berbagi cerita sama ayah lagi.
Cia kangen semuanya yah, cia kangen semua kenangan itu"
selecia tak kuasa menahan air matanya, lalu air mata itu pun jatuh begitu saja menelusuri pipi nya dan membentuk aliran sungai kecil di sana.
"Ayah ingat kata kata yang selalu ayah ucapin ke cia nggak?"
Selecia tersenyum simpul seraya mengacungkan jari kelingking nya ke atas langit dan tepat di tengah bulan
"Kamu berharga, dan buktikan bahwa kamu bisa! Ayah janji, Ayah akan selalu dukung cia bagaimana pun keadaan nya" Ucap cia menirukan suara ayah nya.
Tangisan Selecia bertambah keras, aliran sungai itu kini sudah berubah semakin deras dan membuat rintik hujan yang mengalir membasahi kedua pipinya.
Selecia berusaha untuk menghapus air matanya dan berusaha tersenyum.
"Cia mau tidur dulu ya yah, do'ain cia ya, cia mau bantuin bunda, besok cia akan cari kerjaan"
"Cia sayang ayah".
Setelah itu selecia menuju kasur nya dan kemudian tertidur lelap dengan mata sendunya.
-Pagi hari nya.
^SMA 12 Jaya Sakti
Hari ini koridor sangat ramai, entah apa yang tengah terjadi, tapi hampir seluruh siswa berjalan menuju mading yang berada di depan pintu utama SMA tersebut.
"Permisi,"
Selecia sempat memberhentikan seorang perempuan yang sedang berjalan menuju kelas nya sehabis ia melihat mading tersebut.
"ya? ada apa?"
"itu di mading, ada apa ya?"
Perempuan itu menoleh sedikit lagi ke arah mading lalu menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh cia.
"Ouh itu, biasa deh, ada murid pindahan dari swasta, katanya sih murid unggul dan kaya raya" jawab gadis itu dengan tatapan yang dapat di bilang tidak terlalu suka.
"makasih ya infonya"
setelah itu gadis tersebut langsung meninggalkan cia sendiri di sana yang masih berusaha untuk melihat mading tersebut.
Selecia sempat menjinjit guna melihat isi dari mading tersebut, namun nihil.
"Percuma! kalo mau lo terobos aja tuh kerumunan di sana"
Seseorang berbicara tepat di samping kuping cia dan berhasil membuatnya terkejut, bahkan cia sampai memegangi jantung nya.
"Astaga! gw kaget! lo tiba tiba datang aja sih! bukan nya nepuk pundak gw dulu!"
Cia terlihat sedikit memarahi teman yang menggagetkan nya tadi.
"Ya maaf, gw kan cuma mau ngasih tau lo doang"
"Btw han, emang itu di mading lagi ada pemberitahuan murid baru?"
Hana mengangguk lalu menunjuk salah satu siswa yang sedang menuruni mobil mewah nya dengan di iringi satu bodyguard di samping nya.