"Argh susah banget, sih! Feliiis, bantuin gue ngerjain yang nomor ini, dong?!" pinta Ghea tepat setelah Felis menaruh ransel di bangkunya.
"Yang mana, Ghe?" tanya Felis.
"Yang ini…" ujar Ghea sambil menunjuk salah satu soal di bukunya.
"Loh bukannya itu pr dari bulan kemaren? Belum lo kerjain juga?" tanya Felis heran.
"Hehe… Felis yang pinter, baik, dan enggak sombong…. Bantuin gue doong pliis" Ghea memohon pada Felis sambil menunjukkan muka memelasnya.
"Enggak bisa, enggak bisa. Lo udah janji bakal belajar serius, kan semester ini" koreksi Felis atas permintaan Ghea.
"Eitss…. Tapi ini soal beda banget, lis…. Belum pernah di ajarin" Ghea mencoba mencari alasan agar Felis mau membantunya.
"Lo kira gue enggak dapet pr yang itu? Itu jelas jelas udah di terangin panjang, lebar, tinggi, sama Bu Pur. Di handout juga ada…. Lo aja yang males" sarkas Felis.
"Eh enggak gitu lis, iya itu emang udah di ajarin. Tapi lo tau sendiri, kan bulan kemaren gue ada kejuaraan taekwondo jadi enggak terlalu fokus sama sekolah" Ghea masih mencoba mencari alibi.
"Handout halaman 169" ujar Felis.
"Ih Felis jahat…. Bel masuk lima menit lagi plis.… Kalo gue kerjain sendiri bisa-bisa sampai lima jam, tau!" Ghea tak putus asa membujuk Felis.
"Ya, secara lo kejuaraan tanggal 9 April. Sekarang udah tanggal 27. Lo punya waktu 18 hari buat ngerjain. Kalaupun lo butuh waktu buat istirahat pasca kejuaraan paling lama juga seminggu. Jadi dengan kata lain gimanapun lo belum ngerjain itu Cuma karena males. Ya derita lo, lah" namun sayang, otak Felis sangat sulit untuk dipengaruhi.
"Ih Felis jahaat.… Eh lis, lo tau nggak, Zayn Malik kan orangnya baik banget. Enggak pelit juga. Harusnya kalo lo fansnya lo huga baik, dong" untuk kesekian kalinya, Ghea membujuk Felis. Felis hanya membuang napas jengah.
"Zayn ngga termasuk baik banget lagi, ghe. Yang baiknya nggak ketulungan biasanya sih malah Harry Styles" jawabnya.
"Ah Felis. Ya bodo amat lah. Maaf maksa, gue nyontek!" Ujar Ghea seraya merebut buku Felis dan dengan terbutu-buru menyalin hasil pekerjaan Felis. Felis mencoba merebutnya, tapi Ghea lari menghindarinya dan duduk di samping Zain.
Felis tak bisa mengejar lagi kalau begitu. Jadi, ia memilih untun duduk di kursInya seraya membaca novel yang baru di pinjamnya dari perpustakaan kemarin.
"Felis, ini buku lo. Makasiiih banget. Tapi tenang gue enggak nyalin semuanya kok, gue sisain satu nomor yang jawabannya sengaja gue salahin, hehe" ujar Ghea sembari menaruh buku Felis di mejanya yang langsung di sambar kasar oleh empunya.
"Terserah lo deh, Ghe. Gue ikhlas kok" kata Felis dengan tenang setelah ia menghela napas beberapa kali.
"Aduh, orang baik emang beda, ya" Ghea memberi pujian pada Felis disertai tatapan pura-pura kagumnya.
"Jelas. Gue kan dari dulu emang treat people with kindness" jawab Felis dengan percaya diri tinggi.
"Iya deh, terserah nyonya besar aja" Ghea menepuk bahu Felis beberapa kali.
"Gue langsing, Ghe!" protes Felis, dengan niat hanya candaan belaka.
"Aduh enggak gitu maksudnyaaa…. Terserah Arain Felissia Kyla aja deh" ujar Ghea dengan tampang setengah frustrasinya.
"Hehe, gue juga bercanda tadi" jawab Felis sembari menepuk balik bahu Ghea pelan.
*****
"Felis, ini buat lo" ujar Ghea sambil menempelkan satu cup es krim stroberi ke pipi Felis.
"Awh dingiiin…. Ghea, tumben ngasih es krim. Stroberi pula. Dalam rangka apa, Ghe?" tanya Felis, agak terkejut karena ulah Ghea tadi.
"Hehee, dalam rangka tasyakuran putri Ghe terbebas dari hukuman tidak mengerjakan pr" kata Ghea sok formal sambil sedikit membungkukkan badannya.
"Ah ya ampun, udah gue bilang, gue ikhlas kok Ghe" timpal Felis.
"Mau apa enggak, lis" tanya Ghea, sekali lagi dengan nada sarkas.
"Eh iya deh iya mau-mau…. Hehehe. Makasih Ghe" putus Felis seraya menerima es krim stroberi pemberian Ghea.
"Siap boss, sama-sama" jawab Ghea semangat sembari memakan es krim vanilla miliknya.
"Ngomong-ngomong, lis nanti gue boleh ikut jenguk adek lo ke ruamh sakit enggak?" izin Ghea pada Felis.
"Ya boleh dong Ghea sayang" jawab Felis tulus.
"Siip deh kalau gitu. Nanti gue ikut ya…. Kebetulan hari ini gue bawa sepeda!" seru Ghea dengan semangat.
"Siap deh. Asalkan lo nggak ngaret ya ghe." Felis memberi peringatan kepada Ghea.
"Hehe, siap!!!"
*****
Pukul setengah empat, bel sekolah berdering untuk terakhir kalinya di hari ini. Felis dan Ghea langsung menggerakkan kaki mereka melangkah maju menuju parkiran sepeda SMA Praditya.
Felis dan Ghea mengayuh sepeda dan menjalankannya menuju arah matahari terbenam. Hari hampir berakhir, beberapa jam lagi, mereka tak akan bisa melihat matahari dalam kurun waktu sekitar dua belas jam.
Jadi, Felis dan Ghea menggunakan kesempatan ini untuk menyaksikan indahnya matahari yang tertutup awan walau masih sedikit silau.
Beberapa meter lagi, mereka akan memasuki pelataran Rumah Sakit Cahya Aruna. Setibanya di sana, mereka langsung menuju ruang rawat inap Farrel, tak lupa memarkirkan sepeda mereka sebelumnya.
Ruangan 107, masih sama dengan dua tahun yang lalu. Ghea mengganti bunga di ruangan Farrel dengan bunga yang ia bawa. Felis meletakkan ranselnya dan Ghea di sofa sebelas selatan dalam ruang rawat inap Farrel.
Mereka berdua lantas duduk di kursi samping brankar Farrel. Ghea menatap wajah sendu Felis, ia terdiam. Membayangkan seberapa banyak beban yang ditanggung Felis saat ini. Perasaan bersalah dan rasa sedih luar biasa. Serta ingatan akan penyebab keduanya yang tak kunjung pulih.
"Farrel, hari ini kakak ngajak temen kakak lagi. Kamu udah pernah kenalan kan sama Ghea. Kamu manggil dia berarti harusnya kak Ghea, ya?" Felis menggenggam tangan kiri Farrel.
"Kak Ghea orangnya baik banget… kalau kamu udah sembuh besok langsung ditraktir es krim sama kak Ghea, loh!" seru Felis.
"Iya, nanti kakak traktir es krim yang banyak, deh…. Sekalian sama gerobaknya. Tapi kamu sembuh dulu. Kasian sama Kak Felis harus jengukin kamu tiap hari gini…. Farrel semangat!" timpal Ghea.
"Pokoknya habis sembuh ini kamu harus banget bilang makasih sama Kak Ghea. Sama Kak Zain juga. Mereka berdua udah berjasa banget bantu kakak jagain kamu" ujar Felis lembut, sembari mengusap lembut punggung tangan Farrel.
"Oh iya rel enggak kerasa udah sore aja. Kakak sama Kak Ghea pulang dulu, ya takut kesorean" putus Felis setelah mereka berbincang sepihak untuk beberapa saat.
"Dadah Farrel, semangat!" seru Ghea, lalu menggenggam tangan kanan Farrel.
"Cepet sembuh adeknya kakak sa…." ucapan Felis terhenti.
"Felis," ujar Ghea ragu yang merasakah hal yang sama dengan Felis.
"Iya, Ghe gue ngerasa" timpal Felis dengan nada bergetar.
"Tangan Farrel, gerak!" seru mereka berdua bersamaan.
______________
Kyle_Keii