Chereads / Felis's Rain / Chapter 9 - 8#~Surut

Chapter 9 - 8#~Surut

"Kak... Farrel" Viko berucap tanpa menunggu pernapasannya kembali normal.

"Farrel, kenapaa?!" tanya Felis yang seketika teringat kembali akan lukanya. Tidak, sakit Felis kembali lagi.

Felis tak tahu sebenernya kejadian apa yang membuatnya sakit. Tapi ia selalu dihujam dengan perasaan bersalah dan air mata ketika mencoba mengingatnya.

Keluarga, bahkan kerabat Felis taka da yang berani menyinggung masalah ini lagi. Karena terlalu terlarut dalam kesedihan, Felis jadi melupakan penyebabnya.

Hanya tersisa perasaan bersalah dan rasa sakit.

"Dia…" Viko menggantunng ucapannya dan terduduk seketika. kakinya lemas.

"Farrel kenapa, dek? Ngomong yang jelas!" ujar Felis setengah membentak. Viko hanya menggelengkan kepala.

"Kenapa, sih hiks… Farrel kena hiks paa" Felis mulai terisak. Viko masih membungkam mulutnya. Sepatah kata tak kunjung keluar akibat bibir dan lidahnya yang mendadak kelu. Lagi-lagi, Viko hanya menggeleng. Felis spontan lari tak tentu arah dengan air mata yang berderai.

Hei, Farrel tidak mungkin pergi, kan?

Malam dengan bulan hampir purnama, di hiasi oleh hujan setengah badai yang tak kunjung berhenti sejak pukul tujuh malam. Seakan, kondisi hati Felis dan langit kini terhubung, menjadi satu.

Felis sampai di taman belakang rumah sakit. Gelap, dan sepi. Hanya di hiasi oleh cahaya artifisial, tanpa si dewi malam.

Ia terduduk di sudut bangunan. Menelungkupkan wajah dalam lipatan tangan. Menangis dalam kesendirian di kegelapan malam.

Felis merutuki dirinya sendiri. Ia kedinginan, kelaparan, walau itu semua berhasil di tepis dengan kesedihan yang amat mendalam. Ia berpikir bahwa Farrel telah meninggalkannya menuju keabadian.

Felis belum tahu kondisi Farrel sesungguhnya kala itu. Seharusnya tadi Felis berlari menuju ruang ICU, bukan taman belakang. Tapi beras sudah menjadi nasi. Pikirannya kini tertutup kabut dan badai. Logika cerdasnya hilang seketika. Hanya karena sebuah gelengan di kepala.

Zain yang sudah terlanjur terjebak masih sibuk dan kelimpungan akibat mencari kehadiran sosok Felis. Ini sudah hampir setengah jam dan Zain masih belum menemukannya. Sedangkan Felis, ia belum beranjak dari posisinya sedari tadi.

Saat ini, yang bisa dikeluarkan Felis untuk mengekspresikan diri hanyalah air mata. Hanya air mata kesedihan yang ada.

*****

Tidak, jangan tambah deritanya lebih banyak daripada sekarang. Gawat, isaknya tak tertahankan. Bagaimana jika dia pingsan untuk kedua kalinya? Apakah ini nyata? Kejadian ini sungguh membuatnya serasa tertikam dari belakang.

Semoga, masalah ini segera berlalu. Semoga, kondisi kembali membaik seperti semula. Jangan buat ini lebih rumit lagi. Jangan sampai kondisi bertambah parah. Hujan telah berganti badai, remuk telah menjadi hancur, kepingan yang mulai kembali menghilang lagi. Bulatan tekad yang sudah tak berbentuk, air mata juga tak terbendung, di tambah hati yang hancur.

Lengkap. Sempurna sudah penderitaan Felis hari ini. Hari yang tak terlupakan ini, tiga belas April. Hari yang ingin dihilangkan dari setiap tahunan.

Bagaimana keadaan Felis sekarang? Viko? Farrel? Zain? Lia? Rafi? Ghea? Riva? Atau bahkan Anggi?

Mengapa tuhan seakan melibatkan Zain terlalu dalam di masalah Felis?

Apakah mereka memiliki suatu hubungan di masa lalu?

Yang paling penting, bagaimana hujan ini akan berhasil Felis lewati?

Semoga, semoga saja.

*****

Dua tahun kemudian, 13 April, Rumah Sakit Cahya Aruna

"Farrel, kakak hari ini ada ujian praktek. Untunglah lancar. Walau tadi ada kejadia lucu, sih…. Emm tapi bukan itu yang penting. Kakak udah bulatin tekad. Kakak bakal kuliah di luar negeri. Kakak pengen bisa nyembuhin kamu, dengan cari referensi dari kuliah di luar negeri.

"Tapi kakak masih mikir-mikir mau kuliah di Amerika, Singapura, China, atau Jepang, atau bahkan Finlandia? Terlalu luas cakupannya. Tapi sejauh ini yang kakak pengenin sih antara Singapura, Jepang, sama Amerika.

"Kakak bakal berusaha buat dapet beasiswa. Kakak juga udah konfirmasi ke mama, kata mama sih boleh. Tapi mama saranin kakak buat ke Jepang aja. Kebetulan Tante Anggi lagi ada proyek lima tahun di Jepang. Jadi seenggaknya kakak ada yang ngawasin...

"Kakak udah gagal dapet beasiswa AFS ataupun YES. Sedih, sih…. Tapi kakak juga enggak tega ninggalin kamu waktu itu…

"Eits, kakak enggak nyalahin kamu, loh…. Farrel cepet sembuh, ya biar bisa ke luar negeri bareng kakak…

"Kakak enggak nyangka udah dua tahun aja dari hari itu…. syukurlah hari ini, untuk ke sepuluh kalinya kakak bisa interaksi sama kamu, tanpa netesin air mata…

"Asal Farrel tau, kakak sayaang banget sama Farrel. Kakak rindu banget sama Farrel. Viko udah mau kelas tiga SMA di SMA Praditya, sama kaya kakak…. Kakak juga udah mau kuliah

"Kakak tau kamu sebenernya jenius. Kamu udah bisa nyelesain soal anak kuliahan. Ya tapi enggak tidur terus sampai Viko kuliah juga dong….

"Masa enggak bosen tidur terus dua tahun? Bangun dong adek kakak sayang���.

"Kakak pengen liat kamu bahagia, bukan tidur terus gini…. Liat nih udah kurus banget. Cepetan sadar, dong biar bisa kakak suruh makan yang banyaak, biar kuaat! Kakak masih inget dulu waktu kecil kamu pengen banget jadi superman

"Sekarang pun kamu bisa jadi superman nya kakak, tapi harus sembuh dulu, okey!

"Eh, ini udah hampir malem. Kakak pulang dulu, ya… dadah!"

Felis menutup ruang rawat inap Farrel. Berjalan santai menuju parkiran rumah sakit, dan mengendarai sepeda hingga kembali ke rumah. Namun, di mulai ketika hilangya sepeda Felis, ia terpaksa mengenakan milik Farrel.

Jadi, kedua orang tuanya tak harus bersusah payah mengusahakan sepeda untuk Felis, lagi. Terlebih kini sertifikat rumah Felis sudah sepenuhnya berada di tangan Rafi. Jadi, setidaknya kondisi ekonomi keluarga Felis sudah jauh lebih baik daripada dua tahun yang lalu.

Tahun ini terasa lebih ringan dari tahun-tahun sebelumnya. Felis benar-benar melalui hari-harinya dengan semangat. Ia menjabat sebagai sekretaris OSIS SMA Praditya dan memenangkan Olimpiade IPA tingkat kabupaten.

Itu sudah cukup membanggakan, menurutnya.

Felis bersepeda menuju arah tenggelamnya matahari. Meski sedikit menyilaukan mata, hey ini indah. Felis menghela napas. Ia lega sekali. Melewati hari ini tanpa air mata.

Felis merasa, badai ini mulai mereda. Banjir air mata juga mulai surut. Felis telah memahami hampir sepenuhnya arti kehidupan, kebahagiaan, hidup penuh rasa syukur, dan kebersamaan.

Sisi introvertnya mungkin saat ini hanya masa lalu. Kini, Felis yang semua orang tahu adalah Felis yang ceria, pandai, dan cerdas. Bukan Felis yang pemurung dan pendiam seperti ketika ia pertama kali dihadapkan dengan hujaman rasa penyesalan, entah apa penyebabnya.

Felis bersyukur memiliki sahabat seperti Ghea yang selau ada bersamanya di saat susah maupun senang.

Tapi, ini semua belum berakhir. Ini hanya akhir dari permulaan. Dalam arti lain, awal dari inti masalah. Masih banyak misteri yang belu terkupas.

Masa lalu Felis yang tak bisa Felis ingat, hanya menimbulkan tangis jika ia berusaha mengingatnya. Sebab akibat keadaan Farrel saat ini. Hubungan Zain dengan masa lalu Felis. Sepeda Felis yang entah kemana. Kisah antara Zain, Felis, dan kedua adik kembar Felis.

________

Kyle_Keii