Aku memberhentikan mobil di depan gerbang rumahnya yang tampak sepi. Vika bersiap untuk turun sebelum dia terdiam sejenak kemudian menoleh menatapku selama sepersekian detik membuatku sedikit tersipu. Kenapa dia menatapku seperti itu?
"Terima kasih untuk hari ini, kak," katanya tulus.
"Ah, bukan apa-apa, kok," jawabku.
Vika hanya tersenyum tipis lalu turun dari mobil. Saat itu aku berharap kalau dia akan berhenti dan berbalik tapi dia tidak melakukannya. Ah, sebenarnya apa yang aku harapkan sih? Kenapa aku jadi seperti ini? Aku menyenderkan kepala di setir mobil dan menatap gerbang rumah Vika cukup lama sampai bunyi ponsel menyadarkanku. Telepon dari Winna. Dia mengajakku untuk nonton film baru yang rilis hari ini di bioskop. Ah, benar juga. Aku memiliki Winna yang kusayangi sepenuh hati, dan belakangan ini aku rasa aku tidak memberikan perhatian lebih padanya karena aku terlalu sibuk menjadi tunangan yang baik untuk Vika. Yah, aku melakukan itu semua demi perusahaan papa.