Hal pertama yang aku lakukan sekembalinya ke Jakarta adalah kerumah Vika untuk bertemu dengan gadis itu dan melepas rindu. Namun, bibi Sumi, pembantu Vika yang sudah bekerja di rumah itu selama puluhan tahun mengatakan kalau Vika sedang pergi ke malam kakek. Oleh karena itu aku memutuskan untuk pergi ke makam kakek untuk menyusulnya.
Memasuki areal pemakaman, kulihat siluet Vika yang sedang berdiri sambil memandangi makam kakek, aku tidak dapat melihat wajahnya karena dia berdiri membelakangiku. Perlahan aku berjalan tanpa suara karena aku tidak ingin dia menyadari kedatanganku.
Aku berdiri dibalik rerimbunan pohon, mengawasi Vika yang kini duduk bersimpuh. Lama dia tidak melakukan apapun sampai kudengar Vika bicara.