2 minggu berlalu sudah, Daniel sepupu Vika masih juga belum sadar dari komanya yang seharusnya hanya beberapa hari. Vika mondar-mandir ke rumah sakit setiap pulang sekolah hanya untuk menemani bibinya dan sekedar menengok Daniel, berharap sewaktu-waktu cowok itu akan segera sadar. Aku tidak tahu sedekat apa hubungan mereka berdua. Walau hubungan mereka adalah sepupu, tapi sikap Vika terhadap Daniel tidak terlihat demikian. Vika terlihat sangat menyayangi cowok itu dan itu entahlah membuatku sedikit cemburu. Aku menyadari perasaan itu baru-baru ini, saat aku sering sekali menjemput Vika di rumah sakit.
Hari itu, hujan turun dengan deras. Vika meneleponku untuk pertama kalinya dan mengabarkan kalau kakek Thomas masuk rumah sakit setelah terjatuh di kamar. Kami sekeluarga bergegas kerumah sakit dan mendapati Vika yang sedang tertunduk di bangku selasar rumah sakit sambil memejamkan mata sedang berdoa. Melihatnya seperti itu aku merasa seperti sedang déjà vu. Aku kembali melihat kesedihan diwajahnya yang tampak lelah dan kusut. Tapi, dia menyambut kami dengan senyum kecil seolah mengatakan kalau dia baik-baik saja. Aku ingin sekali memeluknya saat itu, tapi aku menahan diri. Aku sadar kalau Vika tidak menyukaiku. Dia melakukan ini hanya untuk menyenangkan kakeknya saja, jadi akupun harus membatasi diri.