"Ha... Ha... Ha... Sejak kapan aku menjadi pembohong. Aku Dirga selalu menepati perkataanku," ujar Dirga.
Suasana semakin menjadi riuh dengan kehadiran beberapa pemuka dunia persilatan, serta bau darah semakin pekat. Membuat semua orang bersiap - siap untuk kemungkinan muncul peperangan.
"Tidak usah tegang saudara - saudaraku, sebaiknya kita bicarakan masalah ini. Lagipula saudar Dirga adalah sosok yang bisa kita percayai. Bagaimana kalau malam ini kita akhiri perselisihan ini dan menikmati sensasi berburu harta di reruntuhan Sidarta ini. Kebetulan saudara Dirga telah membawa banyak muridnya, bagaimana kalau saudara berperan sebagai pelindung barisan depan dan kami serahkan keselamatan kami kepada saudara Dirga dan murid - muridnya", ujar Ruro Ponco.
"Bajingan kau Ruro Ponco, kau pikir aku tidak tahu rencanamu untuk menjadikan murid - muridku sebagai tumbal dalam perjalanan ini," gumam Dirga.
"Tapi kondisinya sudah seperti ini, jika aku tolak tawaran ini mereka tidak akan segan - segan menghabisi muridku," gumam Dirga.
"Baiklah... Aku terima tawaranmu Ruro Ponco, mari kita berburu harta direruntuhan ini bersama - sama. Aku dan murid - muridku akan menjadi pertahanan paling depan", ujar Dirga.
"Ha... Ha... Ha... Kalau begitu kami serahkan keselamatan kami ke saudara Dirga", ujar Dewi Lasmini.
"Ketiga bajingan ini memang memiliki reputasi jelek tapi kekuatan mereka benar - benar luar biasa. Kemungkinan mengalahkan mereka dalam duel satu lawan satu hanya 50% saja", gumam Dirga.
Ruro Ponco adalah sosok misterius yang ada dalam dunia persilatan, tak banyak yang mengenalnya Dirga pun kebetulan saja pernah berduel dengannya dan hasilnya sama - sama terluka parah. Sosok Ruro Ponco banyak dikaitkan dengan kehancuran ratusan padepokan. Tidak diketahui motif penghanncuran padepokan - padepokan tersebut, yang pasti beberapa saat sebelum padepokan itu luluh lantah sosok Ruro Ponco pasti terlihat disekitarnya.
Dewi Lasmini adalah seorang wanita berparas cantik, banyak sekali tokoh dunia persilatan yang memujanya. Namun dibalik kecantikannya itu dia telah banyak menghancurkan padepokan lain untuk mendapatkan ilmu kanuragan rahasia milik padepokan tersebut. Memang bukan Dewi Lasmini sendiri yang memporak - porandakan padepokan tersebut, namun jika diselidiki semua berakar dari hasutan Dewi Lasmini berbekal kecantikan dan rayuannya.
Senopati Aji, merupakan sosok pemimpin kejam di daerah Sutobajul. Dia memiliki beberapa padepokan untuk menghasilkan pasukan - pasukan elite baginya. Pasukannya selalu menimbulkan derita bagi warga daerah Sutobajul, banyak kasus perampasan bahkan penculikan dilakukan pasukannya. Tak ada hukuman bagi para pelakunya, bahkan Senopati Aji seakan merestuinya.
Berangkatlah mereka kedalam reruntuhan Sindarta dengan Dirga Reksi sebagai pemandu.
"Ach... a... tolong guru...", ujar salah seorang murid Dirga.
"Bajingan... ini sudah yang kesekian kalinya muridku menjadi korban", ujar Dirga.
Sudah puluhan murid Dirga menjadi tumbal dalam perjalanan ini, mereka semua adalah murid - murid senior yang menjadi tulang punggung padepokan Senja. Setelah perjalanan ini kekuatan dari padepokan Senja dapat dipastikan akan turun drastis dan menjadi sasaran empuk bagi padepokan lain disekitarnya.
"Ha... ha... ha... Setelah ini semua selesai bersiaplah menerima kehancuranmu Dirga." gumam Buto Kalimoto.
Sesekali dalam perjalanan terlihat beberapa barang peninggalan yang cukup bernilai, namun hampir semuanya dikuasai oleh Buto Kalimoto, Dwi Lasmini, Senopati Aji, dan Ruro Ponco. Mereka berempat secara bergantian mengambil barang - barang tersebut dan menyisakan hanya barang - barang yang hampir tidak ada nilainya untuk Dirga dan murid - muridnya.
"Bajingan... Kalian berempat sengaja menguji kesabaranku! Semua barang bagus untuk kalian, hanya tinggal sampah - sampah ini yang kalian berikan untukku!" teriak Dirga.
"Tenanglah saudara Dirga, barang - barang yang kami ambil cuma barang yang kami perlukan saja." ujar Buto Kalimoto.
"Dasar bajingan... Kau pikir aku tidak membutuhkannya?" timpal si Dirga.
"Sudahlah kakang Dirga, kang Dirga sudah pernah menelusuri reruntuhan ini pasti sudah mendapatkan beberapa barang peninggalan. Apalah artinya barang - barang yang ada ditangan kami ini." ujar Dewi Lasmini.
"Iya saudara Dirga, lagipula siapa tahu sampah - sampah itu adalah barang bernilai yang perlu dikaji lagi." ujar Ruro Ponco.
"Ka... kalian... !!!" ujar Dirga.
"Sudahlah... ayo kita lanjutkan perjalanan ini." ujar Senopati Aji.
Perjalanan pun dilanjutkan, dan Dirga hanya bisa menahan amarahnya.