"Booom!!!"
Suara ledakan energi menggema di dalam ruangan itu. Serangan gabungan Dirga dan yang lainnya di patahkan begitu saja oleh Ulo Sowo. Kekuatan fisiknya memang sangat luar biasa, hampir semua serangan tadi tidak membekas di tubuhnya. Hanya serangan Dirga lah yang menimbulkan sedikit kerusakan. Tubuh Ulo Sowo benar - benar sekeras baja, hingga serangan beracun dari Ruro Ponco tak bisa menembusnya. Serangan Senopati Aji pun tak meninggalkan bekas di tubuh Ulo Sowo. Serangan Dewi Lasmini hanya meninggalkan beberapa bekas goresan. Serangan Buto Kalimoto yang hanya mengandalkan kekuatan fisik tidak memberikan dampak sedikit pun. Hanya serangan Dirga Reksi yang memberikan kerusakan di tubuh Ulo Sowo. Hal ini dikarenakan serangan Dirga benar - benar sulit ditebak dan mengarah ke titik vital Ulo Sowo. Sekuat apapun pertahanan Ulo Sowo jika diserang tepat pada titi vitalnya pasti menimbulkan cidera yang cukup signifikan.
"UGH... BAGAIMANA BISA PERTAHANANKU DITEMBUS BEGITU SAJA!!!" teriak Ulo Sowo.
Ulo Sowo mulai menggila, gerakannya semakin cepat dan berbahaya. Senopati Aji, Ruro Ponco dan Buto Kalimoto yang berada didekatnya pun terpental hingga muntah darah.
"Dasar ular tengik!" teriak Buto.
Buto semakin menggila juga amarahnya meluap - luap. Selain karena pengaruh ajiannya sifat si Buto sendiri yang emosional menjadikannya semakin menjadi liar, gerakannya tak tentu arah.
Senopati Aji, Ruro Ponco, dan Buto Kalimoto melancarkan serangannya kembali. Meskipun mereka bertiga terluka namun kekuatan mereka tidak menurun sama sekali, bahkan kekuatan Buto semakin meningkat pesat.
"Hiaaat!!!"
"Duaaarr!!!"
"Duaaarr!!!"
Suara hentakan ekor Ulo Sowo terdengar menggema. Tembok ruangan itupun mulai retak dihantam ekor Ulo Sowo. Debu - debu berterbangan, membuat area pertarungan seakan diselemuti kabut. Namun pertarungan semakin sengit kedua pihak masih sama kuat.
Dirga yang tidak mempunyai ajian penguat fisik mengandalkan kelincahannya dalam menghindari serangan Ulo Sowo. Dewi Lasmini mengandalkan ajian - ajian jarak jauhnya untuk menyerang. Senopati Aji, Ruro Ponco, dan Buto mengandalkan ajian penguatnya untuk menahan serangan Ulo Sowo.
Kelimanya seperti gerombolan semut yang menggrogoti seekor serangga. Meskipun kekuatan mereka tidak sebanding dengan Ulo Sowo, lama kelamaan mulai terlihat efek dari serangan mereka. Ulo Sowo mulai terluka, disekitar tubuhnya muncul luka yang dipenuhi darah segar akibat serangan Kelima musuhnya.
"DASAR MANUSIA BAJINGAN!!!" teriak Ulo Sowo.
"Kecepatan ular keparat itu sudah menurun bahkan serangannya pun sudah melemah, namun kita juga tidak bisa mempertahankan intensitas serangan kita ini. Terlalu banyak tenaga yang terkuras untuk serangan yang kita lakukan," ujar Senopati Aji.
Tiba - tiba saja Ulo Sowo mendesis keras.
"HISSSH... HISSSSH!!!"
Sesaat kemudian dari mulut Ulo Sowo menyembur racun. Buto Kalimoto, Ruro Ponco serta Senopati Aji yang berada didekatnya benar - benar kaget. Senopati Aji dan Ruro Ponco mampu menghindari serangan tiba - tiba dari Ulo Sowo. Sedangkan Buto Kalimoto yang terpengaruhi ajiannya tidak dapat menghindari serangan tersebut.
Tangan kiri Buto Kalimoto akhirnya terkena racun dari Ulo Sowo. Racun Ulo Sowo benar - benar ampuh, tanpa menunggu lama tangan Buto Seketika berubah menghitam dan berbau busuk.
Naluri bertahan Buto langsung memutuskan untuk mundur dan menahan penyebaran racun Ulo Sowo. Melihat keadaan tangan kiri Buto Kalimoto yang mulai membusuk dengan cepat, Dirga mengambil tindakan cepat.
"Slassshhh!!!"
Tanpa diduga Dirga menebas tangan Buto. Seketika tangan kiri Buto terputus di tebas oleh Dirga.
"Arrrgghhh!!!" teriak Buto.
"Apa yang kau lakukan bangsat!!!" imbuh Buto.
"Apa kau sudah menjadi dungu gara - gara ajianmu? Tanpa bantuanku tadi nyawamu pasti melayang! Bodoh sekali kau mencoba menahan penyebaran racun itu," sahut Dirga.
"Tenanglah kau Buto bukan saatnya kita berseteru, lagipula benar omongan saudara Dirga. Telat sedikit saja saudara Dirga menebas tanganmu, bisa - bisa nyawamu melayang," ujar Senopati Aji.
"Jika kau tidak terima dengan tindakanku, kita selesaikan nanti setelah ular ini kita bunuh," ujar Dirga.
"Baik! Kita selesaikan nanti bajingan!" sahut Buto.
"Saudara Dirga sepertinya kita perlu mengandalkan ajian andalanmu, selain itu dari kelima orang disini tenagamulah yang tersisa paling banyak. Bahkan kondisi saudara Buto sudah tidak memungkinkan untuk ikut bertarung lagi," ujar Senopati Aji.
"Bangsat, kau kira aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiran kalian. Kalian kira aku anak bau kencur," gumam Dirga.
"Baiklah saudaraku, aku akan menyiapkan ajian andalanku. Aku butuh kalian untuk menahan serangan Ulo Sowo sela aku mengumpulkan tenaga. Mungkin tenagaku memang yang terbanyak tapi ini tidak cukup untuk mengerahkan kekuatan maksimal ajian Matahariku," ujar Dirga.
"Baiklah saudara Dirga, akan kami usahakan sekuat tenaga untuk menahan Ulo Sowo. Namun ingatlah nyawa kita ditanganmu saudara Dirga," ujar Senopati Aji.
"Sudah selesaikah kalian berunding, aku tak bisa menahannya berdua saja dengan Dewi Lasmini," sahut Ruro Ponco.
"Hahaha... Maaf saudara Ruro, aku akan segera membantumu," ujar Senopati Aji.
Sejurus kemudian Senopati Aji, Ruro Ponco serta Dewi Lasmini meladeni Ulo Sowo kembali. Mereka bertugas menahan serangan Ulo Sowo untuk memberikan waktu kepada Dirga menghimpun tenaganya, dimana nantinya tugas menghabisi Ulo Sowo ada ditangan Dirga dan ajian Mataharinya. Buto Kalimoto sudah tidak dapat ikut andil dalam pertarungan ini, dirinya telah kehabisan tenaga serta luka yang dideritanya pun cukup parah.