Chereads / Empu / Chapter 13 - Bagian 13 : Pemikat

Chapter 13 - Bagian 13 : Pemikat

Turnamen berlangsung dengan lancar. Yudha telah mendapatkan beberapa calon potensial untuk dijadikan murid padepokan Senja. Ada beberapa kandidat yang dapat dijadikan direkrut sebagai kesatria bayaran bagi padepokan Senja juga. Dirga sudah mewanti - wanti Yudha agar berhati - hati dan mengecek latar belakang semua kandidat yang akan direkrut, baik sebagai murid maupun kesatria bayaran.

Di suatu sudur lapangan padepokan Senja.

"Itu adalah Yudha murid senior Dirga, kali ini dialah pemimpin sekaligus juri dalam turnamen ini," ujar salah satu mata - mata Senopati Aji.

"Oh... Cukup tampan juga dia ternyata," sahut seorang wanita yang cantik jelita.

"Menurut kabar tuan Senopati, Yudha seharusnya ikut dalam perjalanan bersama kalian," ujar mata - mata yang lain.

"Hahaha... Mana mungkin aku memperhatikan seekor semut dihadapanku, namun semut ini sekarang mulai menggigitku. Apa yang harus aku lakukan?" sahut wanita itu sembari tertawa genit.

"Ayo kita hampiri dan berbincang dengannya," imbuhnya.

Datang menghampiri Yudha seorang wanita cantik yang tak lain adalah Dewi Lasmini beserta dua orang kembar mengawalnya.

"Sepertinya ada tamu tak diundang datang ke turnamen ini Yudha!" ujar Klinthang yang melihat kelompok tersebut mendekat.

"Tenanglah, kita lihat saja dulu apa mau mereka," ujar Yudha.

"Selamat siang Ketua Kecil Yudha," sapa Dewi Lasmini kepada Yudha.

"Aku tak berani menyandang sebutan itu, masih ada Durpa dan beberapa murid yang lebih Senior yang lebih pantas menyandangnya," jawab Yudha.

"Apa maksud kedatangan Dewi Lasmini jauh - jauh kemari, aku rasa bukan hanya untuk menggodaku kan?" imbuhnya dengan nada serius.

"Hahaha... Tenanglah adik Yudha kau tak perlu risau. Aku kesini untuk melihat kemeriahan turnamen yang kau pimpin," jawab Dewi Lasmini.

"Berhati - hatilah Yudha, wanita ini benar - benar licik," bisik Klinthang.

"Bisakah aku berbicara empat mata saja dengan adik Yudha?" ujar Dewi Lasmini sembari berkedip manja.

"Wanita ini benar - benar berbisa," gumam Yudha.

Yudha benar - benar berdebar hatinya digoda oleh Dewi Lasmini. Meskipun ilmu kanuragannya dapat dikatakan hebat, namun Yudha masihlah pemula dihadapan para tetua dunia persilatan. Rayuan - rayuan Dewi Lasmini benar - benar memikat hatinya.

Klinthang yang sudah terbiasa berhubungan dengan ajian - ajian pemikat lebih kuat menahan serangan rayuan Dewi Lasmini. Dalam setiap gerak geriknya Dewi Lasmini mengeluarkan ajian pemikat untuk membuat lawan dan orang - orang disekitarnya terlena sehingga mudah untuk diserang.

"Yudha sadarlah, kau jangan sampai terpengaruhi," ujar Klinthang sambil menepuk pundak Yudha.

"Hampir saja... Terima kasih Klinthang," ujar Yudha.

"Kenapa tidak kita bicarakan disini saja Dewi Lasmini? Aku masih harus mengawal turnamen ini," ujar Yudha menjawab pertanyaan Dewi Lasmini.

"Hahaha... Disini tidaklah nyaman untukku berbicara, lagipula dengan banyaknya mata yang memandangiku penuh nafsu membuatku risih," jawab Dewi Lasmini.

"Itu ulahmu sendiri mengeluarkan ajian laknatmu," sahut Klinthang ketus.

"Hati - hati kau jika berbicara didepan Dewi Lasmini!" teriak kedua orang dibelakang Dewi Lasmini bersamaan.

"Hahaha... Siapakah saudara berdua dan apa hubungan kalian dengan Dewi Lasmin?" tanya Yudha.

"Maaf adik Yudha, aku lupa memperkenalkan mereka. Yang disebelah kiri adalah Sukmo Aji dan yang satunya lagi adalah Sukmo Lilo. Keduanya adalah kesatria bayaran yang ingin sekali bergabung dengan padepokan Senja," jawab Dewi Lasmini.

"Turnamen sudah berlangsung dan pendaftarannya telah usai, kembalilah beberapa tahun lagi," jawab Klinthang ketus.

Mendengar perkataan Klinthang, raut muka Sukmo Aji dan Sukmo Lilo memerah dan terlihat mulai marah.

"Adik Yudha tidak akan kecewa dengan mereka. Ilmu mereka secara individu memang bukan yang terbaik, namun apabila mereka bersama belum tentu aku dapat mengalahkan mereka," ujar Dewi Lasmini.

"Bagaimana adik Yudha? Aku bisa membantumu menjadikan padepokan Senja menjadi yang terkuat di daerah ini, serta mewujudkan ambisimu Ketua Kecil," tanya Dewi Lasmini sembari tersenyum manis.

"Bangsat, darimana dia bisa tahu ambisiku? Bahkan orang - orang disekelilingku pun tidak ada yang tahu," gumam Yudha.

Klinthang yang melihat perubahan raut muka Yudha mulai khawatir.

"Apa kau tidak apa - apa Yudha?" tanya Klinthang.

"Aku tidak apa - apa," jawab Yudha.

"Baik ayo ikuti aku Dewi Lasmini, kita berbicara empat mata," jawab Yudha kepada Dewi Lasmini.

"Yudha... Apa kau sudah gila, kau mau mengundang ular masuk kedalam rumah kita?" tanya Klinthang dengan nada sedikit meninggi.

"Tenanglah Klinthang, aku tahu yang aku lakukan," jawab Yudha.

"Pikirkanlah lagi Yudha. Tanpa bantuanku tadi, bisa - bisa kau menjadi budaknya. Dan sekaramg kau ingin sendirian berdua dengannya," ujar Klinthang.

"Tenang saja... Tadi aku lengah, lagipula ajian seperti itu tak akan efektif untuk kedua kalinya," jawab Yudha.

"Terserah kau saja, tapi berhati - hatilah," jawab Klinthang.

"Terima kasih Klinthang, sudah mengkhawatirkanku. Aku minta tolong kau untuk menggantikanku memimpin turnamen ini selagi aku berurusan dengan Dewi Lasmini," ujar Yudha.