"Hahaha... Adik Yudha tak perlu takut kepadaku, aku hanyalah seorang wanita lemah," goda Dewi Lasmini.
"Sudahlah hentikan godaanmu. Ikuti aku!" jawab Yudha.
Mereka berdua mulai meninggalkan arena turnamen, menuju sebuah aula khusus untuk menjamu tamu padepokan.
"Kita bicara di sini saja," ujar Yudha.
"Apakah di sini aman?" tanya Dewi Lasmini.
"Tenanglah ruangan ini dirancang khusus untuk membicarakan hal yang bersifat rahasia, tak akan ada suara yang keluar dari ruangan ini sedikit pun," jawab Yudha.
"Bagaimana kau tahu ambisiku?" tanya Yudha dengan nada serius.
"Bagaimana aku tahu bukanlah hal yang penting, yang paling penting adalah aku bisa nembantumu mewujudkannya," ujar Dewi Lasmini.
"Dengan statusmu saat ini sangatlah kecil kemungkinannya menjadi penerus Kakang Dirga," imbuhnya.
"Kamu sendiri juga pasti bisa melihat meskipun Durpa hanyalah sampah, tapi ilmu kanuragannya tidak bisa disepelekan. Pada dasarnya dia sangat berbakat dalam ilmu kanuragan dengan sedikit latihan saja, tingkatan ilmunya bisa manyamaimu atau bahkan lebih jika dia benar - benar terdesak," imbuhnya lagi.
"Mana mungkin ilmu kanuragan bocah itu bisa melebihiku, aku telah mencurahkan segenap tenagaku dari pagi hingga malam untuk berlatih dengan keras. Dia yang hanya mabuk - mabukan tiap harinya bisa kau katakan memiliki kemampuan. Hahahaha... Mungkin matamu mulai rabun dengan bertambahnya usiamu," timpal Yudha.
"Jaga omonganmu Yudha, kau kira aku tak berani membinasakanmu sekarang juga. Kau pikir siapa yang menjerumuskannya ke dunia hitam hingga dia menjadi seperti sekarang," sentak Dewi Lasmini.
"Ka... Kau memang wanita berbisa," jawab Yudha.
"Hahahaha... Salah siapa dia adalah anak dari wanita jalang itu," timpal Dewi Lasmini.
"Dan itu juga yang membuat jalan mewujudkan ambisimu semakin terbuka lebar. Secara tidak langsung kau berhutang budi padaku. Hahahaha," tambahnya.
"Padahal hampir setiap hari orang - orang suruhanku mencekokinya dengan tuak yang sangat keras, tapi kewaspadaan dan kepekaan indranya tidak pernah turun. Walaupun dengan keadaan mabuk berat dia tetap bisa mencium bahaya. Sudah ratusan kali pembunuh bayaranku hendak menyergapnya tapi dia bisa lolos dengan mudahnya. Memang hebat potensi anak itu, jika dibiarkan berkembang bisa - bisa seluruh wilayah Tirtowuni ada digenggamannya," tambahnya lagi.
"Apa yang kau kantakan? Kau tidak hanya menjerumuskannya tapi juga hendak membunuhnya? Bahkan kau lakukan di wilayah padepokan Senja dan hingga ratusan kali pula. Kau memang wanita gila," jawab Yudha.
"Hahahaha... Aku punya dendam kesumat dengan wanita jalang itu dan rasa cintaku kepada Kakang Dirga tak ada yang bisa menghalangi. Akan kulakukan apapun demi Kakang Dirga kembali kepelukanku," jawab Dewi Lasmini.
"Benar - benar wanita gila," gumam Yudha.
"Bagaimana tawaranku adik Yudha? Apakah kau yakin dapat mewujudkan ambisimu tanpa bantuanku? Kita bisa sama - sama mendapatkan apa yang kita inginkan," ujar Dewi Lasmini.
"Jika kau mau aku bisa menemanimu barang semalam, aku jamin kau akan merasakan kenikmatan duniawi yang tiada taranya. Hahahaha," goda Dewi Lasmini.
Dengan sedikit kedipan dari Dewi Lasmini menambah aura sensual yang sudah sedari tadi diumbar olehnya.
"Kugh...," teriak Yudha.
Dengan memanfaatkan kelengahan Yudha, Dewi Lasmini mengeluarkan jurus bersamaan dengan kedipannya tadi. Jurus tersebut benar - benar membuat Yudha terluka dan sadar bahwa dirinya bukanlah siapa - siapa dihadapan Dewi Lasmini, jika Dewi Lasmini ingin membunuhnya pasti sudah dilakukannya sedari tadi.
"Ka... Kau," ujar Yudha.
"Hahahaha. Tenanglah itu hanya sambutan saja, dengan istirahat semalam pun sudah bisa memulihkan lukamu. Jika aku mau aku bisa membuatmu menjadi budakku sekarang juga. Hahahaha," ujar Dewi Lasmini.
"Mungkin dengan bantuan Dewi Lasmini ambisiku bisa terwujudkan, semua yang aku persiapkan seakan - akan hanya memberikan harapan semu kepadaku. Guru Dirga memang seringkali memuji ilmu kanuraganku tapi beliau sangat enggan memberikanku kekuasaan dalam padepokan Senja," gumam Yudha.
"Apa yang bisa aku lakukan untukmu Dewi Lasmini?" ujar Yudha.
"Hahahaha... Akhirnya adik Yudha mau membuka diri. Aku tidak akan sungkan - sungkan lagi kalau begitu. Aku hanya ingin adik Yudha menjadi mata dan kupingku dalam padepokan Senja ini, serta aku ingin memasukkan beberapa orang lagi ke padopokan ini untuk mempermudahmu kita untuk berkomunikasi dan membantumu juga," jawab Dewi Lasmini.
"Mudahkan?" imbuhnya.
"Informasi apa yang kau perlukan sebenarnya? Adakah hubungannya dengan reruntuhan Sindarta?" tanya Yudha.
"Sepertinya cukup tajam instingmu, tapi kau tak perlu tahu detailnya untuk saat ini. Untuk saat ini aku hanya ingin kau masukkan beberapa anak buahku kedalam padepokan Senja, untuk informasi yang aku butuhkan nanti anak buahku akan menghubungimu dengan sendirinya," jawab Dewi Lasmini.
"Baiklah. Siapa yang hendak kau masukkan?" tanya Yudha.
"Hahahaha. Kau sudah menemuinya tadi, aku ingin kau memasukkan Sukmo bersaudara kedalam padepokan Senja. Kau juga boleh memerintah mereka untuk melakukan apapun selama tidak bertentangan dengan perintahku. Mereka bisa menjadi senjata pamungkasmu serta bidakmu untuk mewujudkan ambisimu. Aku rasa tidak ada satupun dipadepokan ini yang bisa mengalahkan mereka kecuali Kakang Dirga," ujar Dewi Lasmini.
"Baiklah akan aku urus semuanya, jika kau hanya memanfaatkanku saja aku tidak akan segan - segan membunuhmu," ujar Yudha.
"Hahahaha. Kau ingin membunuhku? Kau masih butuh berlatih 20tahun lagi untuk menyamai tingkatanku, untuk membunuhku... Dengan potensimu saat ini... Mungkin perlu 50 hingga 60 tahun lagi... Hahahaha," ujar Dewi Lasmini.
"Tenang saja adik Yudha, kau tidak akan merasa dirugikan dengan kerjasama ini. Bahkan ini akan menjadi keberhasilanmu yang paling cemerlang sepanjang hidupmu," imbuh Dewi Lasmini.
Yudha tahu pasti bahwa dengan potensinya saat ini untuk mengejar ilmu kanuragan dari angkatan gurunya Dirga hampir mustahil dilakukannya. Semakin hari semakin susah ilmu kanuragannya bertambah, meskipun semakin rajin dirinya berlatih. Kekurangan inilah yang menjadikannya sangat iri dengan Durpa, seseorang yang memiliki potensi luar biasa.