Chereads / Empu / Chapter 6 - Bagian 6 : Menjelajah Reruntuhan 2

Chapter 6 - Bagian 6 : Menjelajah Reruntuhan 2

Perjalanan tetap berlanjut dengan formasi Dirga dan murid - muridnya sebagai garis depan. Sudah banyak korban dari kubu Dirga dalam perjalanan ini.

"Dalam penelusuranku sebelumnya, ini adalah titik akhirnya. Karena setelah melewati daerah ini, yang harus kita hadapi bukan hanya hewan buas dan perangkap saja melainkan juga siluman. Sepertinya beberapa daerah di reruntuhan ini sudah menjadi rumah mereka," ujar Dirga.

"Ayolah saudara Dirga... Jangan menjadi seorang pengecut disaat seperti ini. Mana ada keuntungan tanpa resiko," ujar Ruro Ponco.

"Aku tidak takut kepada resiko tapi jika kalian mau menjadikan muridku sebagai tumbal, aku tidak akan tinggal diam. Sudah banyak dari muridku yang menjadi korban dalam perjalanan ini," ujar Dirga.

"Ayolah saudaraku di depan pasti banyak sekali barang peninggalan, apa kita harus menghentikan perjalanan ini disini?" ujar Buto Kalimoto.

"Akan aku temani kalian, tapi biarkan murid - muridku kembali kepadepokan karena tugas mereka sudah usai, didepan sana mereka tidak ada gunanya," ujar Dirga.

"Baiklah saudara Dirga, didepan sana memang murid - muridmu akan menjadi beban bagi kita," ujar Senopati Aji.

"Kalian pulanglah kepadepokan terlebih dahulu, tetap waspada dan berhati - hati. Sesampainya di padepokan perketat penjagaan dan jangan biarkan ada yang keluar dari padepokan terlebih anak kurang ajarku," tegas Dirga.

"Siap ketua," ujar muridnya serentak.

"Sekarang mari kita lanjutkan perjalanan ini." ujar Dewi Lasmini sambil tersenyum manis kepada Dirga.

Perjalanan pun berlanjut dengan hanya berlima. Dirga Reksi sedikit merasa tenang karena dia tidak harus waspada menjaga murid - muridnya. Dirga Reksi tidak takut dengan keempat orang yang bersamanya, dia mengalah selama ini karena takut murid - muridnya akan dibinasakan mereka. Sekarang dengan murid - muridnya telah lepas dari genggaman mereka dia tidak akan mengalah begitu saja dalam memperebutkan barang peninggalan Sindarta.

Tak berapa lama mereka menemukan sebuah ruangan dengan pintu tertutup dan memancarkan energi yang cukup kuat, namun ada sesuatu yang membuat mereka tidak dapat menerobos masuk.

"Hmmm... Aku rasa ada yang aneh dengan ruangan di depan ini," ujar Dirga Reksi.

"Sepertinya ada kekuatan yang menahan kita agar tidak bisa masuk," ujar Dewi Lasmini.

"Kenapa kita tidak menerobos masuk saja? Aku kira dengan kekuatan yang kita miliki penghalang ini bukanlah masalah," ujar Buto Kalimoto.

"Tidak semudah itu saudara Buto, sifat gegabahmu itu bisa mencelakaimu. Memang penghalang ini bukanlah masalah bagi kita, namun kita tidak tahu apa yang ada dibaliknya," ujar Ruro Ponco.

"Benar sekali kata saudara Ruro Ponco, lebih baik kita berhati - hati. Namun ruangan ini benar - benar membuatku penasaran. Setidaknya pasti ada pusaka yang sangat dahsyat didalamnya," ujar Senopati Aji.

"Lalu apa yang akan kita lakukan?" tanya Dewi Lasmini.

"Bagaimana kalau dua dari kita masuk terlebih dahulu dan mengamankan apabila ada jebakan didalam baru yang lain ikut masuk untuk membantu?" ujar Senopati Ruro Ponco.

"Lalu siapa yang akan masuk terlebih dahulu? Itu adalah tugas yang penting dan berbahaya," ujar Dewi Lasmini.

"Saudara Dirga bagaimana jika engkau yang masuk terlebih dahulu?" ujar Buto Kalimoto.

"Bangsat... Kenapa tidak kau yang masuk terlebih dahulu?" timpal Dirga.

"Kenapa tidak kalian berdua saja saudara Dirga dan saudara Buto?" ujar Senopati Aji.

"He... He... He... Benar sekali ucapan saudara Senopati Aji," tambah Dewi Lasmini.

"Sepertinya sudah diputuskan saudara Dirga dan Buto lah yang akan masuk terlebih dahulu," ujar Ruro Ponco.

"Baiklah jika saudara semua sudah memutuskan, ayo saudara Buto kita masuk kedalam," ujar Dirga.

"Suatu saat pasti akan kubalas penghinaan ini," gumam Dirga.

Dengan berat hati Dirga dan Buto masuk kedalam ruangan. Meskipun masuk terlebih dahulu sangat berbahaya namun Dirga juga sangat penasaran dengan apa yang ada didalam ruangan tersebut.

"Ugh... Kekuatan penahan ini cukup kuat juga, tapi ini tidak akan bisa menghalangiku... Hiat!!!" teriak Buto.

"Swushh..."

Tanpa ragu Dirga menunjukkan kekuatannya, dinding penghalang tersebut bukanlah masalah baginya. Terlihat jelas perbedaan kekuatan antara Dirga dan Buto. Meskipun keduanya sama - sama Ketu Padepokan namun tingkat kemahiran ilmu kanuragan keduanya cukup signifikan.

Saat didalam keduanya mendapati keadaan ruangan yang cukup kosong, tidak ada jebakan didalamnya. Disudut ruangan terpancar energi yang cukup dahsyat, energi itu dikeluarkan oleh sebuah pusaka kuno berupa tombak. Namun didepan tombak tersebut melingkar seekor ular.

"Hahaha... Dirga sepertinya tidak sia - sia kita meneruskan perjalanan kita," ujar Buto sembari tertawa.

"Sst... Diam Buto, tak kaulihatkah ular di depan itu? Aku rasa ular itu telah menjadi seorang siluman dengan bantuan pusaka tersebut. Ini bisa menjadi hal yang sangat berbahaya," ujar Dirga.

Tak selang beberapa lama muncullah Dewi Lasmini, Senopati Aji, dan Ruro Ponco. Sang ular pun mulai menyadari kehadiran para tamu tak diundang didalam sarangnya.

"SIAPA KALIAN INI!!! KELUAR ATAU KUMUSNAHKAN KALIAN," teriak sang ular.