Dirga dan yang lainnya kaget melihat ular tersebut bangun dan mengeluarkan sauara kerasnya. Dapat dipastikan ular tersebut sudah menjadi siluman karena telah memiliki kecerdasan dan kemampuan berbicara layaknya manusia.
Siluman adalah makhluk yang memiliki kecerdasan layaknya manusia dan memiliki kemampuan dasar yang sangat dahsyat. Mereka bisa melatih kemampuannya layaknya seorang manusia dan mampu mempelajari ilmu kanuragan. Biasanya makhluk ini tercipta karena fenomena alam dan menjadi penguasa di daerah tempat terjadinya fenomena tersebut. Namun ada pula beberapa binatang yang mampu menjadi siluman karena telah mendapatkan ilham tentang ilmu alam semesta, siluman seperti ini memiliki sangat hebat karena mengetahui sepenggal ilmu alam semesta.
"Ular itu telah menjadi siluman dan pasti kekuatannya sangat luar biasa," ujar Dirga.
"Sepertinya dia mengandalkan kekuatan pusaka itu untuk meningkatkan kekuatannya hingga menjadi siluman," ujar Senopati Aji.
"Lalu apa yang akan kita lakukan?" ujar Dewi Lasmini.
"Aku rasa kita masih bisa mengalahkannya jika kita bekerja sama," ujar Senopati Aji.
"Mari kita kalahkan terlebih dahulu ular tersebut baru kita pikirkan siapa yang layak mendapatkan pusaka tersebut," ujar Buto.
"KALIAN MEMANG MANUSIA YANG KURANG AJAR, KELUAR SEKARANG ATAU AKAN AKU KUBINASAKAN KALIAN!!!" teriak sang ular.
"Tenanglah binatang tak tahu diri, sebentar lagi engkau yang akan kami binasakan," ujar Buto.
"KITA LIHAT SAJA AKU ULO SOWO ATAU KALIAN PARA MALING KURANG AJAR YANG AKAN BINASA," ujar sang ular.
"Kau tak perlu sombong ular tengik, tanpa bantuan pusaka itu kau bukanlah apa - apa," ujar Ruro Ponco.
"Duarrrr!!!"
Ulo Sowo mengibaskan ekornya menerjang Dirga dan lainnya. Dengan sigap Dirga beserta kelompoknya menghindari serangan Ulo Sowo.
"Ha... Ha... Ha, sepertinya pertapaanmu belum selesai ular sialan," ujar Buto.
"Sepertinya baru kecerdasan dan kekuatan raganya saja yang bertambah, kemahiran ilmu semestanya tidaklah seberapa. Meskipun demikian kekuatannya tak bisa disepelekan," ujar Dirga.
"INI SEMUA GARA - GARA KALIAN MENGGANGGU PERTAPAANKU. TAPI INI SUDAH CUKUP UNTUK MENGHABISI KALIAN," ujar Ulo Sowo.
"Sebaiknya kita habisi secepatnya ular ini agar tidak mengundang kedatangan siluman lain disekitar sini," ujar Senopati Aji.
"Benar sekali kata saudara Senopati Aji, ayo kita kerahkan jurus andalan kita," ujar Ruro Ponco.
Mulailah Dirga beserta yang lainnya mengeluarkan kuda - kuda jurus andalan mereka.
"Ajian Jaran Edan!!!" teriak Buto.
Mata Buto Kalimoto memerah serta gerakannya menjadi sangat gesit dan penuh amarah, layaknya kuda yang lepas kendali hendak menerjang semua penghalang. Kekuatan Buto meningkat pesat namun dirinya kehilangan kendali atas tubuhnya, dia saat ini bergerak hanya berdasarkan naluri saja. Membuat semua yang ada dikelilingnya beresiko terkena serangan ajian ini.
"Dasar penganut ilmu sesat, tak memikirkan kawan atau lawan," ujar Dirga mengecam ajian Buto.
"Tak bisa dipungkiri ajian saudara Buto ini benar - benar dahsyat," ujar Senopati Aji.
"Sebaiknya kita menjaga jarak dengan saudara Buto untuk saat ini," ujar Dewi Lasmini.
"Hahaha... Buto benar - benar menggila. Kini giliranku!" ujar Ruro Ponco.
"Ajian Kelabang Ireng!!!"
Tubuh Ruro Ponco memancarkan aura mematikan yang dipenuhi racun. Aura ini berbentuk kelabang dan berwarna kehitaman.
"Konon semakin pekat warna hitam aura dari pemilik ajian ini semakin mematikan racun yang dihasilkan. Dengan aura Ruro Ponco yang kehitaman ini saja sudah membuatku ngeri apalagi jika dia bisa menyempurnakan ajiannya ini," ujar Senopati Aji.
"Hehehe... Bukankah dulu kakang Dirga pernah melawannya?" canda Dewi Lasmini.
"Itu dahulu kala sebelum dia mempelajari ajian Kelabang Irengnya ini, jika saat itu dia sudah mempelajarinya mungkin nyawaku sudah ada ditangannya," ujar Dirga.
Kekuatan yang ditunjukkan Ruro Ponco memang luar biasa, dia bisa dikatakan salah satu dari generasi emas kesatria saat ini. Sayang sifatnya yang jauh dari kebajikan menjadikannya sosok gelap yang haus pertumpahan darah.
"Saatnya aku bersiap," ujar Dewi Lasmini.
"Ajian Kipas Muser!!!"
Dengan hempasan kipas di tangan Dewi Lasmini muncul angin puting beliung mengarah ke Ulo Sowo.
"Ajian Geni Kobong!!!"
Dari dalam angin puting beliung tadi muncul api besar yang membuatnya menjadi berkobar dan semakin dahsyat kekuatannya. Dewi Lasmini disegani bukan cuma karena kecantikannya melainkan juga karena kemahirannya dalam menggabungkan ajian serta variasi serangannya yang hampir tak terbatas.
"Ajian Banashpati!!!"
Tubuh Senopati Aji mulai diselimuti api, suhu disekitarnya pun mulai meningkat. Ajian andalan Senopati Aji ini memang luar biasa selain api yang menyelimutinya dapat melukai musuh, tubuh Senopati Aji menjadi kebal terhadap api dan kekuatannya meningkat drastis. Dirga Reksi pun tak berani menangkis serangan Senopati Aji jika sudah mengeluarkan ajian ini.
"Sekarang giliranku," ujar Dirga.
"Ajian Matahari!!!"
Tubuh Dirga dipenuhi cahaya putih yang menyilaukan mata, membuat musuh - musuhnya susah menebak arah serangan Dirga. Ajian andalan Dirga ini terdiri dari dua bagian yaitu gerakan melompat ke atas seakan - akan menggambarkan matahari yang sedang terbit hingga berada di atas. Kemudian ditutup dengan gerakan menukik kebawah dan sebuah tendangan mematikan dengan kecepatan tinggi.
Dirga dan yang lainnya sudah mengeluarkan ajian andalannya masing - masing. Menggadapi serangan gabungan tersebut Ulo Sowo mengibaskan kembali ekornya sembari menyambut serangan jarak dekat Senopati Aji, Ruro Ponco, dan Buto.