Toko alat tulis memang biasanya tidak seramai orang yang jual makanan, makanya Skylar mau pergi keluar tanpa penutup kepala dan wajah. Biasanya kalau untuk keperluan makan seperti ke minimarket, Skylar pasti mengenakan jaket dengan tudung kepala yang kebesaran beserta masker untuk menutupi wajahnya. Hal itu ia gunakan karena Skylar merasa tidak nyaman ketika orang lain melihat dirinya dengan sedemikian rupa. Pernah pada saat itu Skylar pergi untuk membeli es krim dan suasana minimarket itu agak ramai, maka jadilah Skylar menjadi tontonan mata semua orang. Kebanyakan dari mereka memuji wajah Skylar yang nyaris sempurna. Tapi Skylar merasa dirinya tidak nyaman dengan pandangan seperti itu. Maka jadilah setiap ia keluar apalagi ditempat yang ramai, Skylar akan berusaha untuk menutupi wajahnya agar tidak kelihatan. Dan benar saja, semua orang hanya melihat acuh pada dirinya yang seperti itu. Namum Skylar justru merasa lebih nyaman diperlakukan begitu. Baginya, cukup para robotnya saja yang memperlakukan dirinya seperti ratu, manusia tidak perlu. Karena Skylar merasa tidak aman.
Sesampainya didalam toko, Skylar hanya langsung menunjuk kanvas mana yang akan ia beli tanpa pilih-pilih dan tanpa penawaran. Tapi Skylar sangat yakin kalau kanvas pilihannya adalah model yang terbaik. Terang saja, karena Skylar membelinya di toko alat tulis paling terpercaya yang mana para pelukis terkenal dari negara luar saja pernah membelinya disini. Tentunya ia tahu hal tersebut karena terdapat poster wajah pelukis terkenal tersebut sebagai background dari plang nama toko alat tulis itu.
Setelah membelinya, Skylar pun kembali pulang ke rumahnya dengan selamat.
Skylar mengaktifkan mode remot dalam kepala kirinya untuk membuka pagar yang sudah ia modifikasi secara otomatis.
"Skylar, kenapa kamu lama sekali?" tanya Hugi saat Skylar baru saja turun dari mobilnya.
"Tidak tahu. Aku sibuk membuat program sepanjang perjalanan dan mobilnya kubuat berjalan secara otomatis." kata Skylar sembari menurunkan kanvas dan disambut Hugi untuk dibawakannya ke dalam rumah. Tidak hanya kedalam rumah, Hugi malah langsung membawa kanvas tersebut kedalam ruangan pribadi Skylar yakni yang berada dibawah meja. Untuk robotnya, Skylar tidak meletakan pintunya seperti dirinya di bawah meja, melainkan dibuat spesial mirip sebuah cermin. Jika dilihat sekilas cermin itu akan terlihat tidak ada bedanya dengan cermin-cermin pada umumnya. Namun, ketika robotnya berdiri dihadapan cermin tersebut, maka cermin itu akan berubah seperti tirai yang akan membuka jalan. Letaknya tidak kentara karena berdekatan dengan cermin biasa lainnya. Jadi jika sewaktu-waktu ada orang yang berkunjung kerumahnya. Meski kemungkinan itu sangat kecil karena mengingat kepribadian Skylar yang begitu tertutup. Mereka bakalan tidak menyadari benda canggih tersebut ada di rumah itu.
"Skylar, kamu habis darimana?" tanya Jennie salah satu robot wanita yang dibuat sangat mirip seperti manusia sama halnya dengan Hugi. Tapi kali ini namanya lebih manusiawi karena mukanya menggunakan wajah idol Korea yang ternyata suka ditonton oleh Skylar saat ia merasa sedang kehilangan inspirasi baik ketika membuat komik maupun melukis. Selain itu, setiap membuat karyanya, Skylar selalu memutar lagu untuk menambah konsentrasi sekaligus membuat ruangannya agar tidak terlalu hening.
"Aku dari luar habis beli kanvas. Ada apa, Jen?" tanya Skylar sembari berjalan menuju kulkas mengambil minuman botol dan meminumnya langsung dari botol.
"Bukalah pintu kulkas sebelahnya." ujar Jennie. Skylar pun membuka setelah meletakan botol yang diminumnya tadi dan menyisakan setengahnya.
"Astaga, kenapa tadi tidak sekalian saja saat aku berada diluar."
"Kamu tidak bilang kalau mau pergi."
"Mau aku saja yang belikan?" kata Hugi menawarkan diri.
"Pergilah. Tapi hati-hati jangan sampai ketahuan."
"Aku sudah sering pergi keluar dan pulang dengan selamat. Kamu tidak perlu khawatir, Skylar."
Skylar hanya mengangguk dan duduk di bangku sambil mengeluarkan ponsel bermata 12. Aslinya ponsel itu hanya bermata 3, tapi tangan Skylar gatal untuk merombaknya.