"Aya, gue udah tau namanya." Kataku senang sambil duduk di bangku sebelah Aya, membuat Aya yang tadinya sibuk mainan ponsel langsung menaruh ponsel itu dan tersenyum lebar menayapku.
"Serius? Siapa?" Aya tidak sabar ingin segera mengetahui nama gebetannya itu.
"Namanya Vino." Bisikku pelan di telinga Aya supaya tidak ada yang mendengar. Iya kan siapa tahu ada yang kenal terus bilang yang tidak-tidak pada Vino kan jadi repot.
"Siap, tinggal pdkt nih gue." Aya bersemangat sambil mengambil buku catatan dan menulis entah apa.
"Secepat ini?" Aku kaget sekali saat melihat daftar rencana yang ditulis Aya di buku catatannya. Niat banget memang si Aya ini kalau urusan beginian.
"Keburu diambil orang." Kata Aya sambil senyum-senyum ga jelas. Membuatku reflek menggelengkan kepala tidak habis pikir.
'Bener juga, mana ganteng gitu.' Pikirku tiba-tiba teringat kejadian tadi di depan kelasnya.
Selama berhari-hari Aya selalu memintaku untuk menanyakan pada Anton mengenai nomor ponsel Vino. Membuatku malas saja, iya gimana nggak, setiap istirahat Aya selalu menyuruhku ke kelas Anton. Tapi tidak pernah aku lalukan, iya malas saja berurusan dengan kakak kelas, nanti bisa-bisa dicap cewek gatel lagi.
Seminggu berlalu, dan Aya masih saja memaksaku menanyakan nomor ponsel nya Vino. Dan lagi alasanku menolak yaitu Aya kan sahabatku jadi ya gitu nggak enak aja kalau mau nolak, tapi kalau bantuin takut baper aku. Lagian yang pdkt siapa yang ribet siapa.
Anton juga pelit nggak mau ngasih tahu. Dia bilang kasihan kalau Vino di gebet sama aku, padahal aku udah bilang bukan untukku tapi tetap aja nggak percaya.
"Ya, kamu cari tahu sendiri aja nomernya." Kataku putus asa, Aya yang sibuk membaca novel langsung berhenti dan menatapku dengan raut wajah terkejut.
"Kenapa? Kan lo bilang mau bantuin jadi makcomblang." Aya menatapku serius hingga membuatku bingung mencari alasan yang tepat.
"Anu itu, mas Anton nggak mau bantu sama sekali. Eh bentar, dia ikut ekstra apa ya?" Tiba-tiba aku teringat kalau hari ini adalah hari pendaftaran ekstrakurikuler.
"Bener juga lo Ra, ngomong-ngomong lo daftar apa?" Aya juga baru teringat.
"Gue daftar seni lukis lah. Lo?" Kataku santai sambil menunjukkan formulir pendaftaran pada Aya.
"Modern dance dong." Jawab Aya singkat karena tiba-tiba Vino lewat. Dan jelas dia langsung auto fokus kearah Vino.
Melihat Vino berjalan ke aula membuat Aya bergegas menyimpan novelnya dan mengajakku ke aula untuk mendaftar ekstrakurikuler.
"Mas Anton, ngapain?" Kataku kaget melihat Anton juga ada di aula. Anton tersenyum dan melambaikan tangan menyuruhku mendekat. Iya tanpa disuruhpun aku juga bakal menemuinya sih.
"Lah kan gue yang jaga pendaftaran ekstra tonti sama Vino." Kata mas Anton santai. (Tonti: pleton inti atau biasanya disebut paskib)
"Lo mau daftar?" Tanya mas Vino yang tiba-tiba muncul dari belakangku, membuatku kaget namun aku harus pura-pura terlihat biasa di depan mereka.
"Nih formulirnya udah gue isiin, minggu depan seleksinya, nanti gue kabari lagi." Belum juga jawab Anton sudah memberikan formulir pendaftaran pada Vino.
Aku hanya diam terkejut tidak bisa berpikir jernih saat melihat formulir itu. Begitu sadar langsung saja kucoba mengambil formulir itu dari Vino, namun terlambat karena Anton menghalangi.
Anton menatapku terus sambil memberi kode yang berkata sudah percaya padaku. Membuatku sebal saja, langsung saja kutinggalkan mereka berdua dan berjalan keliling untuk melihat ada ekstra apa aja di sekolahnya.
"Dia pacarmu Ton?" Tanya Vino penasaran saat aku sudah pergi meninggalkan mereka. Anton tertawa kecil sambil menggelengkan kepala.
"Bukan, dia tetangga, cuman udah kayak keluarga gitu." Jawab Anton santai, Vino hanya mengangguk paham.
Aku tidak tahu harus bagaimana, masak iya aku ikut dua ekstra. Aya. Dimana dia?
"Dira!" Baru diomongin dalam hati udah nongol aja tu anak.
"Hai Ya. Sial banget gue hari ini." Kataku lesu, Aya menatapku dengan penasaran.
"Mas Anton masukin gue ke ekstra tonti, padahal gue udah daftar seni lukis." Kataku sebelum Aya bertanya.
"Serius? Kok bisa?" Aya kaget mendengar itu.
Aku hanya bisa mengangkat bahu tanda tidak mengerti. Tiba-tiba ponselku bergetar, langsung saja kuambil.
Drrttt!!!
Drrttt!!!
"Mas Anton." Kataku sambil menutup mulut membaca pesan whatsapp dari Anton.
"Kenapa?" Aya penasaran. Kuberikan handphone ku pada Aya. Dan dia juga terkejut.
Mas Anton :
Gue masukin lo ke tonti buat bantuin lo deketin Vino, katamu mau bantuin Aya.
"Ra, kata lo mas Anton." Aya speechless membaca pesan dari Anton itu.
Aku hanya diam saja tidak tahu harus bereaksi apa. Berkali-kali kubaca pesan itu untuk meyakinkanku. Aya pun juga sama sepertiku, dia bahkan mengambil ponselku dan menatapnya lama.
"Tapi kenapa nggak lo aja yang dimasukin ekstra tonti Ya?" Kataku akhirnya setelah sadar sambil menatap Aya yang juga menatapku.
Kami berduapun hanya bisa terduduk lemas antara senang dan juga sedih. Hingga akhirnya kami hanya tertawa bersama mengingat perjuangan kami menemui Anton setiap hari untuk membujuknya akhirnya mulai menunjukkan titik terang.