Chereads / Hujanku / Chapter 6 - Bagaimana ini

Chapter 6 - Bagaimana ini

AYA!

'Bagaimana ini jika Aya tahu kejadian pulang ekstra tadi pasti marah besar.' Pikirku sambil mondar mandir di kamar. Udah kayak setrika ini.

Drrttt

Drrttt

From:081xxxxxx

Ra, udah nyampe rumah gue.

Vino

Kutatap layar hp ku selama 5 menit. Karena tidak habis pikir dan tidak percaya dengan nama pengirim pesan. Vino bisa-bisanya dia kasih kabar begitu, padahal dia kenal aku aja belum lama. Nggak tahu nomer ponsel pula, eh bentar nomor ponsel, mmh jelas ini mesti dari Anton, fix 100%.

Tau ah, penting save nomer nya dulu. Kasih nama siapa ya enaknya?

Bentar, kenapa aku mesti mikir gini. Udahlah kasih nama mas Vino aja.

Drrttt

Drrttt

From: mas Vino

Kok cuman di read doang? Mesti bingung kenapa gue punya nomer lo. Gue tanya Anton tadi. Hehe

Dia ini cenayang atau gimana sih, kok bisa baca pikiran ku. Belum juga sadar dari keterkejutanku, udah kirim pesan lagi itu orang.

To: mas Vino

Oh, ngomong-ngomong makasih ya mas udah dianter tadi. Ujan deres nggak di sana?

From: mas Vino

Sama-sama. Tadi terang pas udah setengah perjalanan.

To: mas Vino

Bagus lah kalau begitu.

Keesokan harinya saat berjalan masuk gerbang sekolah, banyak anak-anak pada kumpul sambil bisik-bisik entah apa yang mereka bahas. Sebenarnya aku ingin tahu apa yang mereka bicarakan, namun melihat ekspresi wajah mereka membuatku mengurungkan niatku.

'Pagi-pagi begini udah pada heboh aja, ada apa sih sebenernya.' Pikirku sambil berjalan menuju kelas.

Kebetulan ada Aya, samperin ah buat dikepoin.

"Ra, tahu nggak, katanya mas Vino nggak berangkat. Sedih gue." Aya terlihat murung. Jadi yang tadi pada rame itu soal ini, hadeh aku kira ada masalah apa.

"Ya tanyain aja, toh lo udah punya nomernya." Usulku sambil meletakkan tas.

"Bener juga." Kulihat Aya mulai sibuk dengan ponsel nya. Sesekali dia menengok layar ponsel. Entah dia ini kenapa.

"Nggak di bales Ra, cuman di read doang." Aya mulai sedih.

"Lo kasih nama nggak tadi?" Tanya ku santai.

"Kasih lah. Eh bentar mas Vino mengetik." Kulihat Aya tersenyum lebar.

"Gimana?" Tanyaku sambil menatap layar ponsel Aya.

"Jahat bener, masa di bales bukan urusanmu." Aya langsung melempar ponselnya ke dalam laci meja.

Eh, kenapa mas Vino begitu, perasaan kemarin dia chat biasa aja. Apa karena nggak kenal. Hm, mungkin karena nggak kenal Aya jadi dia begitu.

Mas Anton, aku harus buat perhitungan sama dia. Pikirku setelah mendengar bel istirahat berbunyi.

"Mau kemana?" Teriak Aya.

"Cari mas Anton." Teriak ku balik ke Aya sambil berjalan cepat keluar kelas.

Kulihat Anton duduk di bangku lorong depan kelasnya. Tanpa pikir panjang langsung saja aku samperin dia.

"Mas, kenapa..."

"Dia yang maksa minta." Kata mas Anton memotong pembicaraanku.

"Nggak mungkin." Aku nggak percaya dengan perkataan Anton. Iya gimana percaya, dia bilangnya si Vino yang maksa minta. Kan nggak lucu.

"Serius, pake ngancem-ngancem segala. O ya, dia cerita semua kejadian kemarin." Kata Anton serius menatapku, membuatku reflek menoleh kearah kelasku, takut Aya mendengar ucapan Anton.

"Aish. Jangan sampe Aya tahu, jadi masalah nanti." Pinta ku pada Anton saat aku tidak melihat Aya ada di sekitar. Anton mengangguk paham, membuatku lega mendengarnya. Setelah kurasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, kutinggalkan Anton untuk kembali ke kelas.

Kulihat Aya sedang murung, bahkan selama pelajaran kimia yang notabene kesukaannya. Dia tetap tidak fokus pada pelajaran. Saat diberi tugas kelompok pelajaran sejarah pun, hanya aku sendiri yang mengerjakan. Tak enak hati aku untuk memintanya membantu mengerjakan tugas. Itung-itung buat nebus kesalahan ku karena nggak cerita tetang kejadian kemarin sore.

"Yak! Tetep kejar terus Ya. Jangan gini." Aya tiba-tiba berdiri membuatku kaget. Untung udah pulang sekolah. Coba masih pelajaran, kan bahaya.

"Gitu dong, ini baru Aya." Kataku sambil memberi semangat padanya.

"Ra gue ekstra dulu ya." Aya pergi meninggalkanku.

Karena tidak ada ekskul jadi aku langsung otw pulang. Eh, bentar. Kertasku kan masih di lokernya Vino.

Aish.

Gawat ini kalau Aya tahu.

Masa bodo lah, Vino nya nggak berangkat juga ini.

Langsung saja aku ke parkiran mengambil sepeda, karena di suruh mama, biar cepet pulangnya kata mama pagi tadi. Sekolah cuman deket padahal.

Setibanya di rumah entah kenapa tiba-tiba keinget Vino. Coba chat kali ya, bodo amat mau di balas apa nggak yang penting udah tanya.

To: mas Vino

Hey, kenapa nggak masuk mas? Sakit kah?

5 menit

10 menit

15 menit

Lama bener ini nggak ada jawaban, apa cuma aku aja yang kepedean. Ya udah lah mending ngerjain tugas biologi.

Sampai aku selesai ngerjain PR pun tetap nggak ada balesan, ya udah lah mending tidur udah malem juga. Padahal baru jam 9 malem sih, tapi udah ngantuk aja ini mata.

Drrttt

Drrttt

Aish. Siapa sih.

From: Aya

Ra, udah ngerjain biologi belum? Besok ini ngumpulinnya lo.

Oh, cuma Aya ternyata.

Cuma? Mikir apa sih aku. Kupukul kepalaku pelan untuk menyadarkanku.

To: Aya

Udah selesai boss.

From: Aya

Tumben. Ra?

Chat terakhir Aya tidak sempat aku baca, karena aku udah ketiduran.