Chereads / Kenapa Aku Sendirian / Chapter 27 - Tatara Kara...

Chapter 27 - Tatara Kara...

"BROOOO!!" Nero terus berteriak karena masih di kejar oleh monster kabut dingin tersebut.

Katanci berteriak kepada Nero supaya tidak bergerak saat di hadapan mereka, nama monster kabut itu adalah Tatara Kara Lyra menyuruh Nero untuk tidak bergerak, berteriak, dan bersembunyi.

"Bukankah kalian yang sembunyi?" Nero berbicara pelan dan Nero tidak bergerak di hadapan Kara.

Kara tetap menyerang Nero, meskipun dia tidak bergerak hal itu membuat Kara menjadi memiliki keuntungan besar untuk membunuh Nero yang tidak bergerak.

Kara melewati Nero dengan cepat dan meninggalkan bekas kulit yang sobek pada Nero. Katanci melupakan sesuatu kalau Kara suka makan manusia yang sedang tidak bergerak di hadapannya.

Nero kembali berlari sambil menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari keberadaan mereka berdua, setelah menemukan mereka berdua Nero langsung masuk ke tempat mereka bersembunyi.

Katanci terdiam, Nero berhasil menemukan mereka berdua dengan cepat. Kara juga sudah mengetahui tempat mereka bertiga dan menyerang mereka secara bersamaan.

Rira menoleh ke arah belakang saat sedang menyapu halaman depan penginapan. Rira berpikir dia tidak boleh berada di desa ini terus, Rira menetapkan tujuannya untuk mengelilingi seluruh dunia seorang diri.

Saat ingin menyapu sampah lain dan dedaunan yang terus berjatuhan, Rira bertemu monster daun kering. Sesuai namanya dia berbentuk daun cemara dengan keadaan kering.

Monster itu menghembuskan angin yang cukup kencang ke arah sampah dan daun yang sudah di bersihkan oleh Rira. Dedaunan itu dan sampah-sampah itu kembali berserakan dimana-mana,

Rira kemudian menyapu kembali dengan cepat lalu daun dan sampah itu dikumpulkan menjadi satu oleh Rira. Monster daun kering itu tidak suka kebersihan lingkungan, jadi dia kembali mengacaukan sampah dan daun itu.

Tapi Rira berhasil menahannya lalu Rira mengambil sesuatu di belakangnya yaitu dua batu yang berukuran setelapak tangan Rira. Lalu Rira memukul satu batu di tangan kirinya menggunakan batu satunya lagi yang berada di tangan kanannya.

Kemudian muncul percikan api, Rira mencoba menghasilkan api dengan kedua batu itu. Saat dicoba menggunakan sampah dan dedaunan yang sudah dikumpulkannya menjadi satu.

Dedaunan dan sampahnya terbakar oleh percikan api yang dibuat oleh Rira menggunakan kedua batu itu.

"Terbakar daun dan sampahnya, selanjutnya...KAU!!!" Rira mengejar monster daun itu dan berhasil membakarnya.

Rira melempar kedua batunya ke tanah lalu berpikir kalau di desa ini atau penginapan ini ada monster lain selain monster daun kering.

"Aku harus pergi dari sini secepatnya karena munculnya monster daun kering ini pasti bukan kebetulan belaka. Aku akan menempuh perjalanan ini seorang diri!" Rira sedikit khawatir.

Sebelum Rira pergi dia menyiapkan bekal untuk perjalanannya, setelah selesai Rira pergi keluar dari penginapan untuk bisa keluar dia harus membuka pintu dahulu jika tidak nanti Rira tidak bisa keluar,

Rira membuka pintu dan ada suara benda jatuh di belakang Rira, saat di lihat itu adalah sekantong koin kelopak bunga( koinnya berbentuk kelopak bunga) Rira membawa koin kelopak bunganya dan mengucapkan terima kasih.

Rira menutup pintu penginapan dan di hadapannya terdapat dua boneka jerami yang pernah Rira lihat di kamarnya lalu dia tertimpa lemari,

Kedua boneka jerami itu membawakan sebuah jubah bewarna putih dengan pinggiran bewarna biru muda, salah satu boneka jerami memberikan jubah itu kepada Rira supaya dia tidak bisa di kenali atau terlihat wajahnya,

Jika sekali terlihat, maka Rira dalam bahaya karena banyak orang pasti mengira Rira adalah Lyra. Rira mengambil jubah itu dan memakainya dia terlihat seperti orang lain, Rira berterima kasih kepada kedua boneka jerami tersebut, meskipun salah satunya pernah melukainya.

"Aku pergi dulu...senang bertemu kalian semua." Rira berpamitan kepada kedua boneka jerami tersebut sambil melambai-lambaikan kedua tangannya.

"Sama-sama." salah satu boneka jerami bisa berbicara.

Rira tersentak kaget lalu lari terbirit-birit tanpa melihat ke belakang, Rira terengah-engah di tengah jalan, tetapi dia tidak menyerah dan terus berjalan dari pada berlari karena sudah lelah.

Saat Rira melihat dinding besar, dia sangat senang karena bisa sampai sejauh ini sendirian tanpa di temani siapa pun termasuk Lyra.

Untuk bisa memasuki kerajaan itu, Rira harus memperlihatkan wajahnya supaya dia bisa masuk, tetapi di arah timur terlihat seorang kakek sedang menaiki kuda sambil membawa jerami untuk pakan ternak.

Tempat jerami yang kakek bawa cukup besar untuk di naiki sendiri, Rira mengunakan semak-semak untuk mendekati tempat jerami itu, saat sudah dekat Rira langsung meloncat ke dalam jerami.

"Apa ada orang?" kakek itu melihat ke belakang, namun tidak ada apa-apa. Kakek melanjutkan perjalanannya untuk masuk ke dalam kerajaan.

Seorang penjaga memeriksa kakek tersebut untuk berjaga-jaga jika kakek membawa senjata berbahaya. Saat ingin memeriksa jerami yang kakek bawa, penjaga itu pergi begitu saja tanpa melihat isi di dalam jerami tersebut.

Kakek di izinkan untuk masuk ke dalam kota. Rira keluar dari dalam jerami saat tidak ada penjaga di sana, setelah turun betapa menakjubkannya kota yang Rira datangi saat ini.

Kota yang di datangi Rira saat ini adalah kota Turbin karena di sini banyak turbin yang di gunakan oleh penduduknya dan kota ini juga di sebut kota Kincir karena di bagian bukit yang ada di belakang kerajaan atau di sampingnya terdapat kincir angin yang berukuran sangat besar dan berjumlah banyak.

"Ini kota Turbin berarti aku ada di kerajaan ke empat!" Rira sangat senang, lalu dia berkeliling di kota Turbin tersebut.

Rira melihat banyak orang-orang sedang melempar koin ke dalam turbin yang sedang bergerak pelan, lalu orang-orang berdoa setelah melempar koin tersebut.

Rira pun mencobanya menggunakan koin yang dia dapat dari penginapan, Rira melemparkan satu koin tepat pada turbin tersebut lalu dia meminta supaya dia dapat bertemu kembali dengan Lyra, Katanci, dan Nero.

Setelah selesai berdoa, Rira pergi ke penginapan untuk menginap di kota Turbin tersebut. Rira masuk ke penginapan dan meminta satu kamar kepada salah satu pegawai yang sedang bekerja.

"Baik, satu malam lima koin kelopak bunga, anda ingin menginap berapa malam?" tanya pegawai.

"Du– tiga malam." Rira hampir menyebut dua. Sudah jauh-jauh datang kemari hanya menginap dua hari. Nanti akan sia-sia kesempatan ini

Rira mendapatkan kunci kamarnya, salah satu pegawai lain membawa barang bawaan Rira ke kamarnya. Kamarnya berada di lantai dua nomor enam, Rira membuka kamarnya lalu pegawai yang membawa barang Rira memasukkan barang bawaan Rira ke kamarnya.

"Silakan di nikmati suasana kamar anda." pegawai itu pergi.

Rira membuka jendela lalu dia menatap ke bawah sambil berharap doanya terkabul. Rira tidak sengaja melihat toko barang di dekat turbin tempat dia berdoa.

"Seharusnya aku ke sana tadi!" Rira langsung pergi dan tidak lupa mengunci kamarnya.