Katanci dan Kruse sedang berbincang-bincang di tempat makan bernama 'Resto duduk, makan, bayar' dengan suasana yang tegang di sertai gelisah. Sedangkan Lyra melihat Nero dan di lain tempat Rira sedang tertidur di padang rumput.
Rira membuka matanya dengan perlahan dan mencoba untuk duduk, tapi tangan kiri Rira terluka tanpa diketahui penyebab terlukanya tangan kiri Rira.
Rira berdiri sambil memegang tangan kirinya yang sedang terluka menggunakan tangan kanannya. Hembusan angin yang sejuk melewati Rira begitu saja, sehingga rambut Rira terurai kemana-mana.
"Aku...tadi ada di tempat penukaran uang di kerajaan keempat, kota Turbin. Tapi sekarang aku di padang rumput nan hijau, namun padang rumput ini rasanya aku pernah melihatnya di suatu tempat." Rira berpikir lalu muncul getaran yang membuat Rira terjatuh dan terdapat retakan tanah di depan Rira.
Suasana yang ada di padang rumput sekarang berubah drastis dari yang tenang di sertai angin yang sejuk lalu sekarang berubah menjadi suasana yang tidak tenang atau lebih tepatnya padang rumputnya terlihat marah,
Padang rumputnya sekarang bewarna ungu tua disertai dengan awan yang bewarna ke biru-biruan lalu Rira melihat seorang gadis yang sedang tergeletak di padang rumput itu.
Gadis itu terlihat seperti bayangan yang bewarna hitam yang menandakan kalau dia itu bukan manusia. Gadis itu seperti mau menghilang tapi Rira tidak punya hati yang bisa mengabaikan orang lain yang dalam bahaya.
Rira mencoba berdiri lagi meskipun luka di tangan kirinya terbuka(mengalirkan darah) setelah dia tutup lukanya menggunakan tangan kanannya(sebelumya).
Sayangnya, Rira tidak mampu berdiri dengan luka seperti itu. Rira menatap ke bawah sambil meneteskan air matanya karena dia tidak bisa membantu atau menolong gadis itu.
Tapi Rira menolak untuk menyerah jadi dia berusaha untuk berdiri dengan sekuat tenaga. Dan dia pun berhasil untuk berdiri kembali lalu Rira tersenyum karena dia berhasil berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.
Lalu guncangan tanah pun terjadi lagi yang membuat Rira berjalan ke kanan dan ke kiri untuk menyeimbangkan tubuhnya supaya tidak jatuh kembali. Gadis bayangan itu muncul secara tiba-tiba di hadapan Rira,
Rira terkejut dan terjatuh kembali dan dia pun meringkuk dengan wajah sedih dan penasaran kepada gadis bayangan itu. Gadis itu seperti Lyra tapi wajah dan rambutnya yang berbentuk bayangan menyulitkan Rira untuk mengenali siapa gadis itu sebenarnya.
"Aku tidak percaya kau lupa begitu saja!" gadis itu berdiri tepat di depan Rira yang kembali terjatuh.
Gadis itu menendang kepala Rira atau dahinya dengan kaki kanannya. Rira terdorong cukup jauh lalu dahi Rira sama sekali tidak terluka hanya saja dia terdorong mundur dan dia berjongkok untuk menghentikan dorongannya.
Gadis itu sekarang seperti mengeluarkan aura yang bewarna ungu muda, kemudian muncul monster dari bayangan gadis itu. Rira tersentak kaget dengan kekuatan gadis itu,
Gadis itu terlihat seperti gadis yang memiliki mata yang bewarna merah dan memiliki pola mata yang sangat aneh.
"Aku ingin kau tahu soal ini, Rira Ra Meliora kau itu seharusnya tidak seperti ini, apa yang terjadi kau harus bisa masuk ke kerajaan ke sembilan dan temukan dia!"Gadis itu menghilang dan hanya tersisa monster itu.
"Aku...tidak tahu apa yang kau katakan, tapi monster seperti kelabang ini harus aku kalahkan! Keriko? aku merasa kalau aku mengenalnya tapi untuk sekarang hal itu tidak penting!" Rira fokus untuk menghadapi kelabang yang cukup besar itu, meskipun tangan kirinya terluka.
Kelabang masuk ke dalam tanah dan Rira berlari ke samping kanan. Tanah yang Rira lewati mengeluarkan semburan lava yang sangat panas,
Sekali berhenti berlari pasti Rira akan menjadi lilin yang akan melelahkan tubuhnya. Kelabang ini punya sebutan yaitu Candle yang artinya lilin, jika terkena serangannya maka akan menjadi lilin yang sumbunya sudah terbakar hanya tinggal menunggu batang lilinnya meleleh sampai habis.
Rira terus berlari dan dia terjatuh karena tersandung batu yang tiba-tiba ada di depan Rira. Luka yang ada di tangan kiri Rira terus menerus mengeluarkan darah, Rira tidak bergerak seinci pun dan tidak mencoba untuk bangkit kembali.
"Aku tidak pernah merasa kesepian saat aku masih berusia lima tahun, tapi kenapa saat umurku tujuh tahun aku sendirian tanpa ada yang mau bermain denganku. Ayahku, Ibuku, dan aku? apa yang terjadi sebelum aku sendirian?" Rira melihat masa lalunya sembari tergeletak di tanah.
Candle keluar dari tanah dan mendekati Rira perlahan-lahan. Dengan salah satu kaki Candle menusuk punggung Rira dengan sangat cepat.
Kaki itu membuat lubang di punggung Rira, dan dengan kejam Rira di tusuk lagi oleh Candle tapi sekarang mengarah ke kedua kaki Rira.
Rira menjerit kesakitan di sertai dengan air mata dan darah yang keluar dari mulutnya. Rira menggenggam erat rumput untuk menahan rasa sakitnya,
Kesadaran Rira mulai menghilang dan dia merasa kalau sudah waktunya bagi dia untuk meninggalkan dunia ini dengan tenang. Rira perlahan-lahan memejamkan kedua matanya lalu napas terakhirnya pun sudah di hembuskan.
Candle merasa bosan karena dia sudah bersusah payah datang ke tempat ini hanya demi mencari lawan yang kuat dan karena itu Candle mencari tempat yang banyak musuh kuat. Artinya, seseorang yang sendirian dia pasti bukan orang atau musuh sembarangan jadi Candle mengira kalau Rira itu sangatlah kuat.
"Oi, aku datang ke sini untuk melihat kekuatan yang di katakan oleh para Utusan. Kekuatan itu berasal darimu tapi kau itu sangat lemah sampai-sampai kau akan mati di sini di tanganku!" Candle meremehkan Rira.
"Sendirian itu..." Rira membuka matanya dan melompat ke atas dan membuat Candle terkejut.
Mata kiri Rira terlihat sangat retak dan sepertinya lensa mata kirinya akan pecah. Rira mendarat ke tanah dengan perlahan,
Candle tertawa terbahak-bahak setelah melihat kejutan kalau Rira masih hidup setelah luka dan rasa sakit yang ia alami. Rambut Rira terlihat semakin panjang bersamaan dengan rambut depannya yang juga ikut panjang,
Candle barusaja melihat sesuatu yang menarik kalau yang di katakan para Utusan itu benar kalau Rira memiliki kekuatan yang hebat. Candle berhenti tertawa dan ingin melihat kekuatan seorang anak yang ada di depannya,
"Aku tidak tahu siapa aku sebenarnya?" Rira menatap Candle dengan wajah tanpa ekspresi.
Di lain sisi, salah satu Utusan sedang mengamati Rira dari bola crystalnya, Utusan itu sedang duduk seperti seorang Ratu dan dia menyilangkan kakinya. Sepertinya salah satu Utusan ini telah merencanakan sesuatu,
"Rira jatuhlah ke dalam hatimu yang begitu gelap lalu aku akan menjadikanmu sebagai budakku yang hebat." Utusan ini tersenyum sambil melihat Rira.