Chereads / FARA / Chapter 14 - 14

Chapter 14 - 14

Sehabis fara berpamitan dengan bu rini dirinya melenggang pergi untuk ketoilet sebentar.Setelah sampai ditoilet,ia membuka kertas yang tadi dirinya temukan di kolong meja.

Fara membaca kertas itu dengan mata yang melotot tak percaya,hatinya berdebar dengan keras,matanya pun berkaca kaca.

"Gak mungkin" gumam fara dengan kepala yang digelengkan pelan serta air mata yang sudah keluar dari tempatnya

"Ini pasti bohong" lagi fara bergumam seraya meremas kertas yang baru dibacanya

Fara mengulang kata itu dengan tangan yang menutup kupingnya dan terus menggelengkan kepalanya kuat kuat,ia berusaha untuk menghilangkan kata kata yang terus berputar diotaknya bagaikan kaset rusak.

"Hai jalang kecil,gue tau lo rapuh.Hidup lo yang dipenuhi kesengsaraan dan juga batin fisik serta mental ngebuat diri lo terus dirundung rasa ingin bunuh diri.Kenapa gak lo lakuin hal itu?Banyak orang yang menginginkan diri lo mati,walaupun gue bukan tuhan yang tau kapan lo mati tapi lebih baik lo sendiri yang nyerahin diri lo sama tuhan daripada harus gue yang turun tangan buat bikin diri lo mati perlahan.Ohiya satu lagi,lo mau tau kan bokap lo dimana?Cepet atau lambat gue pastiin lo bakal tahu.Tapi inget bukan cuma lo yang tahu,tapi satu sekolah bahkan satu dunia pun tau siapa bokap lo.Sejak hari itu dimana satu dunia tau bokap lo,gue bakal pastiin lo akan lebih rapuh lagi dari hari hari yang kemarin.Selamat menikmati rasa sakit tapi tak berdarah jalang kecil. -Dcr"

"AAARRGGHHHHHH" teriak fara yang masih didalam kamar mandi dengan air mata yang terus menetes

Duarrr....!!

Bersamaan dengan itu suara petir membuat fara berfikir bahwa bumi pun turut merasakan apa yang dirinya rasakan.Fara berjalan dari duduknya menuju pintu keluar toilet,ia melihat hujan dengan bibir yang tersenyum tipis, lalu tanpa pikir panjang fara pun berlari kelapangan basket untuk bermandi hujan.

Sesampainya disana perlahan fara sengaja menutup matanya,dan merentangkan tangan merasakan sensasi dingin yang penuh disekujur tubuhnya,hal itu membuat dirinya merasakan nyaman yang luar biasa.Air mata yang masih menetes pun terganti dengan air hujan yang mengalir dari awan.

"Teriak sekenceng mungkin,itu biasanya bisa ngobatin orang yang lagi sakit hati" ujar seseorang yang membuat fara membuka matanya

"Lo berhak bahagia fara,gue janji bikin hidup lo lebih berwarna dari sebelumnya" lagi orang itu membuat fara diam tak berkutik

"Pergi no,aku lagi mau sendiri" ujar fara dingin kearah Vano

"Tapi farr,aku udah tau.Aku ngeliat semuanya" ujar vano dengan mata yang melihat kearah mata fara lembut

"Ngeliat apa? Ngeliat aku yang dipeluk sama gani?Ngeliat aku yang terus dikatain jalang?Apa yang kamu liat hah?Apa?!" tanya fara dingin dengan membalas tatapan vano

"Bukan itu,tapi--"

"Stop to know about my life!Kamu gatau apa apa,jadi tolong sekarang kamu pergi dari hadapan aku" ujar fara dengan wajah yang terus menatap vano dingin

Grep..

Dengan tiba tiba vano memeluk fara dengan erat.Fara yang dipeluk hanya diam tak berkutik,namun air mata masih terus berjatuhan dikedua pipinya.

"Nangis aja far, walaupun aku gatau apa yang kamu rasain sekarang" ujar vano pelan yang membuat fara menumpahkan semua tangisannya

"Pergi no,pergi" gumam fara dengan tangan yang membalas pelukan vano dengan erat

"Aku gaakan pergi" bisik vano ditelinga fara

"Aku mau sendiri no,didunia ini gak ada yang mau aku hidup"

"Mereka jadiin aku layaknya boneka.Aku capek"

"Aku benci sama semuanya"

"Kenapa aku hidup kalo didunia aja banyak orang yang ingin aku mati"

"KENAPA HARUS AKU NO?KENAPA?!" teriak fara dengan tangan yang melemah akibat terus terusan dirinya memukul dada bidang vano, setelah itu perlahan suara fara pun melemah,namun suara tangis yang sesenggukan masih terdengar ditelinga vano.

"Far denger, kamu harus bisa belajar menerima dan selalu bersyukur bahwa kebahagiaan dan kesedihan itu pasti seimbang dan satu lagi kamu harus tetep kuat apapun cobaannya" ujar vano dengan mata yang menatap Fara dengan lembut serta kedua tangannya yang berasa dibahu fara

Fara yang mendengar perkataan vano tersenyum tipis.

"Karena kamu gak ngerti no jadi aku gimana,kamu cuma bisa bilang aku kuat.Aku emang kuat tapi aku gakuat kalo terus terusan harus ditekan jadi kuat.Maaf ya no,bagi aku kebahagiaan udah gak ada artinya lagi.Aku pulang ya,maaf udah bikin kamu kehujanan" ujar fara lalu berbalik

"Aku anter" ujar vano yang langsung menarik tangan fara untuk menuju ke parkiran

Diperjalanan mereka hanya berdiam, sampai akhirnya fara menghentikan langkah mereka,membuat vano mengernyitkan dahi.

"Kenapa far?" tanya vano

"Aku lupa tas aku masih ditoilet" ujar fara yang memberhentikan langkah mereka menuju parkiran

"Ohh gitu,aku anter aja yuk dikit lagi maghrib" ujar vano yang dijawab gelengan kepala oleh fara

"Gausah no aku sendiri aja,tunggu ya!" ujar fara yang langsung berlari meninggalkan vano

Fara berlari,beruntung hujan sudah tidak sederas tadi.Tanpa pikir panjang lagi fara membuka pintu toilet dan beruntung tas itu masih ada.Namun ketika fara ingin mengambil tas itu,pintu toilet tertutup dengan sangat kencang.Fara terlonjak kaget dan langsung menggedor gedorkan pintu toiletnya.

"Vanoooo!!!!" teriak fara dengan tangan yang terus menggedorkan pintu toilet yang tertutup

"Tolonggg..." lagi fara berteriak dengan suara yang sudah serak,dirinya terus menggedor gedorkan pintu berharap vano yang mungkin sudah berada di parkiran menyadari dirinya sudah lama tidak kembali sejak mengambil tas

"Vanoo atau siapapun kalian yang lewat tolongg akuu" ujarnya melemah, tubuhnya pun sudah duduk dibelakang pintu toilet,tangan yang awalnya berusaha kuat untuk menggedorkan pintu toilet sekarang mulai melemah.Tangannya sakit dan sedikit memar, nafasnya pun sudah tidak beraturan lagi karena sudah lelah berteriak.

Dilain tempat,tepatnya diparkiran vano menunggi fara yang sudah hampir 25 menit tidak kembali.Vano berfikir fara sedang buang air besar atau kecil ditoilet jadinya sedikit lama.

Sudah dimenit 30,tanpa pikir panjang vano berjalan menuju toilet dekat lapangan basket untuk menemui fara.Namun ketika dijalan ia bertemu seorang gadis yang pernah mengisi harinya sebelum fara yang menjadi tambatan hatinya.

"Hai van,mau kemana?Udah mau maghrib loh" ujar Gladis Asyifa dengan menatap vano penasaran

"Eh hai syif,aku mau ketoilet nemuin temen.Kamu ngapain masih disini?" tanya vano

"Ohh,aku tadi abis latihan.Yaud---

Drttt..Drttt...

Ucapan Gladis terpotong akibat telfon yang bergetar disakunya.

"Halo mah"

"...."

"Apa?!Mama dimana sekarang?!"

"..."

"Oke aku kesana"

Vano yang melihat gladis terburu buru, mengernyitkan dahi bingung.

"Kenapa syif?" tanya vano hati hati

"Anuu van,papa kecelakaan.Aku harus cepet sampe kerumah sakit tapi--

"Aku anter ayo!" ujar vano tanpa pikir panjang dan langsung menarik tangan gladis untuk menuju parkiran

"Van,bukannya kamu mau nemuin temen kamu?" tanya Gladis yang membuat Vano menghentikan pergerakannya

Ia mengingat fara,namun syifanya lebih membutuhkan dirinya daripada fara.Mungkin fara dikamar mandi sedang buang air besar, nanti vano berjanji akan kembali lagi setelah mengantar syifa.

"Van" ujar syifa yang membuyarkan lamunan vano

"Eh,gpp kok itu gampang.Yuk naik aku anter kerumah sakit" ujar vano yang diangguki oleh syifa.

Mereka meninggalkan parkiran sekolah yang sudah sepi.Dan vano meninggalkan fara yang sedang membutuhkan dirinya.

***