Malam itu Vano pulang dengan keadaan gelisah, kepalanya berdenyut sakit mengingat kejadian tadi dirumah Gladis.Dirinya tak menyangka jika hal ini terjadi kepadanya, semoga saja Tuhan menggariskan takdir yang baik kepadanya.
-Flashback On
Makan malam pun akhirnya usai, Vano berbincang dengan Tyo dimeja makan sedangkan Gladis membantu mamanya merapihkan piring kotor.
"No, om boleh minta tolong?" Tyo memandang Vano dengan lekat, suaranya yang pelan membuat Vano memajukan sedikit badannya dan tersenyum tipis saat mendengar kata itu keluar dari papa Gladis
"Boleh kok om, minta tolong apa?Kalo Vano bisa pasti Vano bantu"
"Tolong jagain Gladis ya, om nggak yakin umur om bakal lama.Kamu mau kan?" tanya Tyo dengan memandang Vano penuh harap
"Vano, kamu gapapa?" suara Tyo membuyarkan lamunan Vano, Vano tersenyum canggung ia menganggukkan kepalanya dengan ragu.
"Kamu bisa jagain Gladis disaat Om gak ada kan No?" tanyanya lagi karena melihatnya ekspresi Vano yang tidak yakin, sesungguhnya Tyo tau Vano ragu.
Namun karena penyakit yang dideritanya ia hanya ingin anak semata wayangnya itu tak larut dalam kesedihan yang mendalam jika nanti dirinya sudah tak ada lagi didunia yang fana ini.
"Iya om Vano bisa kok" ujar Vano yang dibalas senyuman hangat oleh Tyo
Setelahnya mereka berbincang dengan ringan dengan sesekali tertawa dan sesudahnya Vano pulang dipukul 10 malam.
-Flashback off
Merebahkan diri dikasur dengan mata yang terpejam membuat pikiran yang berkecamuk dikepalanya semakin berkembang, Vano bimbang disisi lain ia mempunyai tanggung jawab terhadap Gladis, dan disisi lain pula ia memiliki Fara yang merupakan pacarnya saat ini.
Vano bangkit menuju kamar mandi, badannya yang terasa lengket membuat dirinya gerah apalagi pikiran pikiran yang selalu bermunculan diotaknya semakin membuat dirinya ingin hilang bak ditelan bumi.
Drttt...
Drtttt....
Dering telepon memberhentikan niat Vano untuk menuju kamar mandi, ia mengambil handphone-nya yang terletak diatas nakas lalu melihat siapa yang meneleponnya malam malam seperti ini.
Ternyata Gani, sahabatnya.
"Ada apa Gan?" tanya Vano to the point
"Heh Vano bintitan lo gak nanyain kabar Fara gitu?" semprot Gani yang membuat Vano menjauhkan handphonenya dengan sebal
"Fara baik kan?Dia nggak apa apa kan?" tanya Vano beruntun yang membuat Gani jengah mendengarny
"Fara gak baik, hatinya sakit, batinnya apalagi, lo gak tau kan selama ini Fara ngidap penyakit----
"Penyakit? Penyakit apaan?" perkataan Gani yang menggantung membuat Vano berdecak sebal
"Gani sialan, Fara sakit apaan?"
Tut
Sambungan terputus secara sepihak membuat Vano menatap layar handphonenya dengan sebal.Temannya yang satu itu memang selalu membuat emosinya meninggi.
Vano mencoba menelepon Gani lagi,
namun bukan suara Gani yang terdengar Vano malah mendengar suara operator yang memberitahu bahwa pulsanya tidak ada.
Paket data tidak ada, pulsa tidak ada, wifi rumahnya yang belum bayar membuat kemalangan Vano semakin terasa.
Lagipula kenapa Gani menggantung ucapannya? Kan Vano jadi tidak tahan ingin mengetahui penyakit apa yang diderita pacarnya saat ini.Vano berharap Gani hanya menge-prank dirinya.
Dirinya bergegas kekamar mandi untuk menyegarkan otaknya, entah kenapa semakin lama dirinya merasa beban hidupnya bertambah.
***
Tutt...Tutt..Tutt...
Suara monitor yang ada didalam ruangan membuat Gani merasa tak sendirian, ia memandang wajah polos dan tenang milik Fara.
Tadi setelah mereka saling memberi kekuatan, tiba tiba Fara pingsan.Gani yang panik dengan segera memanggil dokter, seperti biasa Gani disuruh untuk keluar ruangan untuk memeriksa Fara.
Gani menurut, ia keluar dari ruangan dengan perasaan berat.Menatap nanar pintu yang sudah ditutup oleh perawat membuat Gani menghela nafas berat dan mendudukkan dirinya dibangku penunggu pasien.
Ia ingin mengabari Vano, namun ia mengurungkan niatnya karena takut mengganggu, lagipula jika memang Vano khawatir dengan keadaan Fara pasti sudah sedaritadi ia menanyakan kabar Fara melalui dirinya.
Gani gelisah ditempatnya ia berharap Fara tidak apa apa, sampai saat ini Gani pun tak mengetahui tentang penyakit yang diidap Fara, Gani beniat nanti setelah dokter keluar dari ruangan Fara ia ingin menanyakan apa penyakit yang Fara derita selama ini.
Suara pintu terbuka membuat Gani mendongakkan kepalanya.
"Dok saya mau nanya, apa penyakit yang diidap Fara selama ini?" tanya Gani to the point
Sang dokter tersenyum "Kamu bisa keruangan saya jika ingin tahu" ujar sang dokter
"Baik dok, nanti saya kesana" ucap Gani dengan sumringah
"Saya permisi" dokter pun berjalan melalui Gani begitupula dengan suster yang mengikuti kemana arah dokternya pergi
***