Flashback
" Apa yang keluargamu lakukan dimasa lalu itu keterlaluan, kamu pikir aku menikahimu karena cinta?!" Tanya pria itu gusar.
"Kau masih belum melupakannya? Aku bersumpah ayah yang melakukannya bukan aku, ataupun keluarga kami" Balas wanita itu.
" Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, kau harus bertanggung jawab atas apa yang sudah terjadi. Aku menikahi karena terpaksa, Aku masih mencintai Sarah" Ucap Pria itu jujur, jujur dengan perasaannya saat ini.
Sarah, bagi Rudolf membiarkan ya menikahi pria lain adalah sebuah kesalahan. Sarah hanya wanita itu yang mau menerimanya, mencintainya, tanpa batasan, dia mau menerima kekurangan Rudolf yang sekarang terwarisi oleh Helena, ketika anak-anak lain menghina dan membully, berbeda dengan Sarah, dia akan selalu hadir untuk memberi semangat pada nya... Tapi hanya Sarah Alison yang dulu, bukan Sarah yang sekarang berubah karena menikah dengan James Orwell, dan memiliki anak bernama Adele Celine Orwell dan Edward Orwell. Semenjak mencintai James, Sarah melupakan Rudolf, dia bahkan bertentangan pikiran dengan Rudolf, itulah yang membuat Rudolf tidak menyukai kedekatan antara Helena dengan Edward, karena ia takut puteri nya akan mengalami hal yang sama seperti yang ia rasakan dulu.
"Kau... Apa yang kau lakukan itu keterlaluan, kita bahkan sudah memiliki Tom, Ellio, dan Helena" Balas wanita itu lagi, mereka bahkan tak menyadari kalau ada pria kecil yang mengintip pembicaraan mereka sejak tadi.
"Ellio bukan anakku, dia hanya anak dari adikmu. Sudah beruntung sekali nasibnya karena aku masih mau menampungnya" Jawaban yang begitu menyayat hati, karena dia mengatakan itu seolah-olah dia tidak tulus mengasuh dan menjaga Ellio.
Ellio adalah anak bagi Ellena Mariette Dalbert, wanita yang berdebat dengan pria yang bernama Rudolf sekarang. Ellio baginya adalah anugerah lebih yang Tuhan titipkan untuknya. Ellio kehilangan kedua orangtuanya pada saat ia masih bayi, sekitar berusia 2 bulan, orang tuanya mengalami kecelakaan, mobil mereka masuk kedalam jurang, sehingga membuat Ellio tidak merasakan kasih sayang orang tuanya sejak kecil, beruntungnya pada saat itu mereka meninggalkan putra mereka dan menitipkannya pada Ellena.
" Kamu selalu mengajakku berdebat setiap saat, dan hanya untuk membicarakan hal yang sama. Jika kamu tidak pernah tulus mencintai kami, biarkan aku membawa Tom, Ellio, dan Helena pergi bersamaku" Wanita itu berkata dengan berusaha menahan air matanya.
"Kalau kau berani membawa mereka pergi, jangan harap kau bisa hidup tenang" Ancam pria itu.
"Lalu apa maumu hah?!" Wanita itu mulai kesal, bahkan kali ini di berani mendorong pria itu, walaupun tenaganya tidak sebanding dengan tenaga pria tersebut.
"Ibu..." Pria kecil itu memberanikan diri keluar, lalu dia memeluk ibunya dengan tubuh mungilnya.
Dengan polosnya anak kecil itu berkata, "Jangan biarkan ibuku menangis tiap harinya. Kau bukan ayahku... Kau jahat pada kami" Dia memukul kecil kaki ayahnya, karena mungkin tingginya hanya sepinggang ayahnya.
"Thomas..." Bentak ayahnya, melihat perlakuan ayahnya.
"Aku tidak takut padamu! Jangan sakiti dia lagi" Balas pria kecil yang dipanggil Thomas.
"Aku tidak sanggup untuk mengingatnya, dulu aku tinggal bersamamu Bu, itu semua karena Pria itu" Mungkin sekarang pria kecil yang bernama Thomas itu sudah dewasa, tapi rasa sakit itu selalu sama. Pria itu bahkan tidak mau jika ada yang memanggilnya Thomas ataupun Tom, panggilannya ketika kecil, dia hanya mau dikenal sebagai Ellard, ya hanya Ellard.
Next flashback...
Rumah sakit.
"Ibu sadarlah Bu, jangan tinggalkan Tom, aku tidak memiliki siapa-siapa lagi Bu... Tom takut Ibu pergi" Ucap anak kecil sekitar berumur 4 tahun saat itu.
"Apa ada keluarga Nyonya Ellena?" Tanya dokter ketika keluar dari ruangan ibunya, tapi dokter itu hanya menemukan satu anak laki-laki.
"A... Aku anaknya, kami tidak memiliki siapa-siapa lagi..." Balas anak itu, dia bahkan jujur karena ayahnya sudah berpisah dengan ibunya, dan Tom anak itu tidak pernah mau berpisah dengan ibunya, walaupun dia harus berpisah dengan adik kecilnya Helena, dan sepupu kesayangan ya Ellio.
" Nak, maaf kami sudah melakukan semampu kami, tetapi takdir berkata lain" Kata-kata itu mampu membuat semua harapannya patah, dia tidak memiliki siapa-siapa lagi. Tapi masih ada Merida, wanita yang menjaganya sejak bayi.
"Kepergian itu bukan untuk di sesali Nak, mungkin itu adalah takdir, mungkin dengan kepergiannya dapat membuatmu menjadi anak yang lebih kuat seperti sekarang" Balas wanita paruh baya, yang berusaha menenangkannya, wanita itu selalu prihatin pada Ellard, dia selalu merenung dibalkon untuk mengingat segala kenangan pahit dalam hidupnya.
"Kau benar Merida, aku beruntung... Aku tidak sendiri, aku berfikir setelah dia pergi, kamu juga akan meninggalkanmu. Terimakasih Merida untuk semua pengabdianmu" Ellard beranjak berdiri, dan memeluk Merida, wanita paruh baya itu memeluk Ellard, baginya Ellard lebih dari sekedar anak yang ia asuh, tapi ia menganggap Ellard seperti putranya sendiri.
"Aku terharu, bolehkah aku ikut?" Tanya Cedric anak kandung wanita itu, dan anak satu-satunya. Kalau Ellard ditinggal ibunya sejak remaja, lain dengan Cedric ia ditinggal ayahnya karena sakit, sejak ia kecil.
"Of corse, Bro" Ellard adalah putra Ellena, darah ibunya mengalir dalam tubuhnya. Ellena yang penyayang, Ellena yang tulus, tapi jika ia terkadang bersikap sarkastik mungkin itu adalah titisan sifat ayahnya.
"Ada kami. Jangan mengatakan terimakasih, kau juga sudah menampung kami, itu sudah cukup untuk kami, kami sangat menyayangimu Nak" Balas Merida, mencium rambut kedua Puteranya, Ellard dan Cedric.
"Ini sudah malam, istirahatlah" Merida memperingatkan mereka karena besok, mereka harus kembali sekolah.
Ellard masih mengingat gadis itu, kejadian Leana terjadi sekitar pukul 22:15 mungkin, dan dia kerumah Rudolf, kemudian mengunjungi danau tempat ibunya dimakamkan, anehnya ia menigat gadis yang waktu itu ia temui, ia bahkan masih bingung kenapa gadis itu keluar larut malam sekali, dan berkata demikian padanya. Apakah gadis itu manusia? Ataukah dia hantu yang menyamar, tidak ada remaja perempuan yang keluar selarut itu didanau yang gelap dan sepi, kecuali... Dia tidak mau ambil pusing dan akhirnya tertidur.
Pukul 06:00 am
"Wah, rupanya kalian sudah bangun, ayo sarapan, aku sudah menyiapkan semuanya lalu kalian bisa berangkat" Sapa Merida melihat Ellard dan Cedric sudah rapih.
"Terimakasih, selamat makan" Balas Ellard, dan memakan sandwich, beserta susu.
_____________________________
At school
"Leana... Hey! Kau sudah baikan" Sapa Ellard menghampiri Leana, dan Leana berbalik melirik, dan lalu melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan Ellard yang menyapanya ceria.
"What's wrong? " Tetapi Leana hanya diam.
"Morning Chérie" Sapa Aland, dia menyapa Leana.
"Morning Aland" Sapaan Aland dibalas oleh Leana, dia tersenyum pada Aland, membuat Ellard kesal tapi dia hanya diam.
"Hey! Ellard what's up!" Sapa Aland.
"Fine" Kemudian Ellard, pergi meninggalkan mereka berdua, dia sadar kalau Leana tidak memperdulikan dirinya.
"Ellard..." Panggil Isellia, dia mengejar Ellard.
"Hey! Ada apa?" Balas Ellard, aneh saja dia tahu Isellia itu pendiam di sekolah, tapi dia tidak menyangka Isel akan mengejarnya seperti ini, baginya itu lucu.
"Tidak perlu menahan tawa, kau menyebalkan!" Isellia tahu ekspresi Ellard.
"Kau tahu! Ellard Isellia balikan dengan Aland! Itu berita tergila, aku bahkan berharap dia akan memilihmu lalu move on dari Aland, dia tidak baik untuknya" Isellia, memberitahu dengan ekspresi yang tidak biasa, dia memberikan berita itu, dengan menahan amarah, dan dengan rasa terkejut, bagi Ellard adalah ekspresi yang langka.
"Ups... HAHAHA. Bersamaku? Aku harap itu terjadi" Tawanya meledak bukan hanya karena ekspresi Isellia yang tak biasa, tapi pernyataannya membuat Ellard tertawa, tapi jauh didalam hatinya ia tidak terima.
"Kita tinggal berdua Ellard, untuk Adele, Lea sedang jatuh cinta, kamu tahu kan pasti otaknya dipenuhi oleh Aland" Penjelasan Isellia benar, bagaimanapun Aland melakukannya menggunakan hal yang tak biasa, ia menarik perhatian Leana dengan pengaruh dan bantuan dari Rudolf.
"Kita tidak akan pernah membiarkan itu terjadi, dia hanya terpengaruhi. Percayalah padaku Aland bukan pria yang baik" Tegas Ellard, pada Isellia.
"Aku setuju! Kita harus mencari tahu siapa dia, aku mulai curiga padanya, perasaanku mengatakan bahwa dia tidak baik. Masalahnya jika Leana melihat matanya ia selalu menuruti perintah Aland" Balas Isel pelan, dia takut ada orang lain yang mendengar.
"Baiklah, aku harus masuk kelas bye" Balas Ellard, bukan hal yang sulit jika Isel sudah sepemikiran dengannya, sekarang tinggal bagaimana cara membuat Leana sadar.
____________________________
"Leana, ini ada surat untukmu" Ucap Vaughan teman sekelas Leana, dia memberikan secarik kertas. Dia tersenyum dia berfikir kalau Aland yang mengirimkan itu untuknya.
"Terimakasih Vaughan" Balas Leana tersenyum.
Dear Leana
Tidak selalu apa yang kamu dengar dari orang lain itu benar. Terkadang orang melakukan apapun demi mewujudkan misi dan ambisinya, aku percaya padamu kau bukan orang yang mudah percaya begitu saja pada orang lain. Aku tidak memaksamu untuk memperdulikan aku, jika kamu mau tahu kebenarannya temui aku setelah pulang sekolah. Aku akan menunjukkanmu siapa Aland Henderson yang sebenarnya. Aku menunggumu ditaman sekolah sepulang sekolah, kamu harus datang sendiri.
Thomas.
Leana hanya terdiam, ini bukan Aland yang menulisnya, yang ia bingung adalah nama Thomas, dia tidak kenal Thomas siapa. Apa mungkin ini Thomas Aiken, tidak mungkin Aiken menulis ini untukku. Pikir Leana, karena Thomas Aiken adalah pria nerd di kelasnya, ia melirik pada Aiken pria berkacamata dengan rambut tebal seperti jambul kakatua, ia menahan tawanya.
"ups... Hahaha" Ia tertawa, dan membuat Thomas Aiken teman sekelasnya itu melihatnya.
"Ada apa? Kau memerhatikanku ya sejak tadi" Ya ampun pertanyaan Aiken membuat Leana malu, bukan karena kepergok tapi ia takut kalau Aiken berfikir Leana menyukainya.
"Ups, sorry Aiken, bukumu terlihat menarik" Ucap Leana mengalihkan pembicaraan.
"Mau pinjam?" Tanya Aiken menyodorkan bukunya.
"Tidak, terimakasih aku tidak suka membaca komik" Balas Leana.
__________________________________
Pulang sekolah...
"Lea... Kau mau pulang bersamaku?" Tanya Aland, karena ini adalah kesempatannya untuk menjelek-jelekan Ellard.
"Um... Tidak, aku ada urusan di perpustakaan. Kamu bisa pulang duluan, aku akan pulang bersama Isellia" Balas Leana, dia berbohong karena ia tidak mau Aland tahu.
Ia pergi ke taman sekolah, tidak ada siapapun kecuali beberapa siswa wanita yang hanya sibuk dengan laptop mereka. Lalu dia memutuskan untuk duduk dan menemukan amplop sedikit usang.
Lalu dia membuka, ternyata ada surat di dalamnya, lalu ia membacanya.
Dear Helena...
Edwardmu itu sudah terbaring lama di rumah sakit, lupakan saja dia... Kembalilah bersamaku, aku sangat mencintaimu Helen. Aku bersumpah tidak ada satupun wanita yang mengganti posisimu dihatiku. Kamu lihat sekarang itu adalah pengorbanan yang aku lakukan demi mendapatkanmu.
Aland Henderson
Ia melihat tanggal itu sudah cukup lama, tapi pada saat itu Aland masih berpacaran dengannya, mustahil jika Aland melakukan ini, tapi Leana hafal betul tulisan kekasihnya itu. Dia membaca surat itu kedua kalinya, air matanya mulai membasahi pipinya bukan karena sakit hati, mengingat begitu kejamnya Aland dia tahu siapa Edward tapi tidak mau menceritakan semuanya.
"Aku membenci kalian semua, aku tidak mau mengenalmu lagi Aland, Ellard" Dia menyeka air matanya, dia tidak percaya bahkan orang yang mencintainya malah membuat trauma dalam dirinya, dia ragu untuk memulai pertemanan lagi.
"Jangan menangis, kenyataan itu selalu menyedihkan... Tidak selalu apa yang kita harapkan itu indah sesuai kenyataan" Leana menoleh, dan mendapatkan Edward yang berdiri di sampingnya.
"Kamu yang menulis surat tadi?" Yang ia maksud adalah surat di kelas yang mengajak ya untuk melihat kebenaran Aland.
"Bukan, tapi kamu harus tahu itu" Jawab Edward.
"Ed, maafkan Aland, dia benar-benar kejam melakukan ini padamu. Mereka berdua keterlaluan. Ed, aku berjanji aku akan membantumu tanpa pria itu" Leana merasa bersalah atas apa yang Ellard lakukan, dia bahkan berpura-pura baik, padahal Ellard sendiri berusaha untuk merebut Helena, dan memanfaatkannya.
Aku cukup sakit hati, Aland mengkhianatiku, dan kau yang ku anggap teman malah menghianati pertemanan kita, cintamu palsu Ellard. Aku akan membalas kalian semua. Batin Leana tidak terima.
"Tapi aku, mau memberitahumu tentang surat yang kau dapatkan di kelas tadi, soal diriku, dan Helena, termasuk siapa Thomas" Balas Edward, dia hanya merasa kasihan pada penulis surat itu yang sudah berbaik hati, mencari kebenaran tentang Aland, termasuk membongkar siapa yang mengutuknya sehingga koma begitu lama.
TBC