Leave please! Forget or end it?
Keduanya adalah pilihan yang sulit.
***
"Ketika semakin kuat Ellio memberontak, maka semakin kuat siksaan apa yang akan dia dapatkan" Gumam Kiarra, dia terlihat hanya berbicara sendiri, padahal di sampingnya terdapat pria bernama Edward. Kiarra telah menceritakan semuanya termasuk siapa dirinya.
"Apakah kamu semakin mencemaskan dia? Lalu bagaimana aku bisa menemui dia? Tempat itu dijaga ketat" Edward sendiri tidak tahu bagaimana nasibnya, dia juga ingin memberikan balasan kepada pembunuh adiknya.
"Kuncinya adalah Leana, jika dia mau membantu menemukan Helena, Helena memiliki jawaban atas semuanya. Atau-"
"Atau apa?" Tanya Edward.
"Satu persatu dari kita akan ikut terpengaruhi, Rudolf memiliki rencana untuk hidup lebih lama, membangkitkan leluhurnya, menambah kekayaan dan membiarkan Helena, dan Ellard tetap hidup" Lanjut Kiarra.
"Hidup abadi?" Tanya Edward lagi.
"Mungkin, jika tidak membiarkan mereka terlahir kembali, dengan membuat sejenis perjanjian, aku sendiri tidak mengetahui itu" Jawab Kiarra pasrah.
"Cintanya benar-benar dibutakan oleh ambisi, itu salah. Kita lahir, hidup, dan mati itu semua adalah takdir."
"Kamu benar Ed, aku tak bisa melakukan apapun, selain berdoa" Keluh Kiarra.
"Aku juga, apa bedanya aku sudah tidak berguna" Balas Edward, mengingat dirinya yang sudah hampir menjadi arwah.
"Jangan katakan itu, coba temui Isel, dia bisa melihatmu mungkin dia bisa membantumu" Ucap Kiarra, Edward setuju dan dia pun pergi menemui Isellia.
"Aku tidak tahu Ed, tapi aku akan berusaha untuk membantumu" Isellia meyakinkan Edward, bahwa dia masih memiliki harapan untuk hidup.
"Aku ikut" Balas Leana dari belakang.
"Tidak" Tolak Isellia, dia melanjutkan, "Kamu bantu Ellard menemukan Helena, dia tahu jawabannya, dan aku, biarkan aku membantu Edward, kalau Edward bisa hidup kembali- Kami bisa mencari pembunuh Adele" Leana menyetujuinya, akan lebih mudah menurutnya.
Keesokan harinya....
"Kamu tidak boleh pergi Lea" Cegah ibunya.
"Kenapa Mom?" Lea paham, kalau ibunya sudah tidak percaya padanya, dia juga sadar kalau dirinya mudah terpedaya oleh orang lain. Dia melirik Isellia, Leana berharap adiknya mengerti.
"Lea, sebaiknya kamu kembali ke kamar, aku melarang kalian berdua untuk pergi kemana pun. Jangan berteman dengan Aland lagi. Bila perlu Mommy mengurus surat pindah, agar kalian pindah sekolah" Tegas Mrs. Mikaela ibu mereka.
"Baiklah... Ku mohon, kami tidak mau pindah sekolah. Lea sebentar lagi lulu, Mom maafkan kami" Keluh Isellia, dia sadar kalau selama ini orang tua mereka sangat mencemaskan mereka.
"Aku tahu Lea, kalian sudah membohongi kami kan? Orang tua mana yang tidak mencemaskan anak mereka, apalagi jika kedua anak mereka membohongi mereka" Tegas ibunya, kali ini jelas sekali jika ia sedang marah, sehingga wajahnya terlihat me-merah.
"Ibumu benar, kau membuka mata batinmu tanpa sepengetahuan kami, dan Isel-" Ayahnya menunjuk ke arah Isellia dan berkata, "Kau tahu seharusnya apa yng harus kau lakukan pada kakakmu, kemampuan itu seharusnya dijaga bukan untuk digunakan untuk hal yang tidak penting, apa lagi membahayakan saudaraku sendiri" Isellia menundukkan wajahnya, Leana merangkul adiknya, dia tahu itu adalah kesalahannya.
"Bukan aku, Lea yang menginginkannya, aku sudah melarangnya " Balas Isel, mata nya mulai berkaca-kaca.
"Tapi kamu tahu apa yang seharusnya kamu lakukan, mulai saat ini aku memutuskan agar kalian pindah sekolah" Tegas ayah mereka.
"Dad, tidak semudah itu, aku tidak pernah melakukan ritual apapun untuk membuka mata batinnya, dia sendiri yang menginginkannya. Aku tahu Lea adalah kakakku tidak mungkin aku tidak melarangnya, aku sudah menegaskan itu berkali-kali" Isellia, berharap ayahnya bisa mengerti karena pindah sekolah adalah hal yang sulit diterima.
"Maafkan aku ini semua salahku, Isel tidak salah aku yang salah" Leana mengakui kesalahannya.
"Aku juga salah, kita bisa menutupnya kembali. Aku-" Ucapan Isel terpotong.
"Tidak ada lagi pembelaan! Teman-teman kalian kurang bisa menerima kalian kan? Aku tahu semuanya, ini tidak baik untuk kalian. Kita akan pindah rumah" Potong ibu mereka.
"Leave or end it?" Tanya ayah mereka.
"But I'll remain, Dad ini pilihan hidupku, banyak orang yang harus kami t-tolong" Balas Leana mengusap air matanya.
"Lupakan, mereka bukan siapa-siapa kita" Jawab ayahnya.
"Ellard teman kami, aku sudah hutang nyawa dua kali padanya, sekarang aku harus membantu menemukan adiknya" Ucap Leana, pertama dia sudah membantu Leana pada saat ada seseorang yang mau membunuhnya, kedua dia menyelamatkan Leana pada saat dikurung oleh Aland. Leana tahu kalau Aland memiliki maksud lain menurunnya pada saat itu.
"Memangnya apa yang terjadi pada Ellard? " Tanya ibunya, kali ini dia sedikit prihatin, karena Ellard selalu membantu kedua puterinya.
Leana menceritakan beberapa tentang Ellard, tentang kematian ibunya, dan dia sedang mencari adiknya yang bernama 'Helena' Tidak ada hal yang lebih indah, selain bisa menjadi berguna untuk sesama, Ellard sekarang adalah bagian dari mereka. Isellia dan Leana merahasiakan tentang Edward, karena mereka masih takut jika ibu mereka akan mengungkit hal yang sama.
"Apakah Helena masih hidup?" Tanya Mikaela, karena dia tahu kalau kedua puterinya mengerti hal gaib, jadi bisa saja mereka berhubungan dengan roh.
"Mom, dia manusia bukan roh, dia masih hidup, oleh karena itu kami harus mencarinya. Ellard khawatir kalau sampai terjadi hal buruk pada adiknya" Jelas Leana kepada ibunya.
"Baiklah, aku hanya tidak mau kalian berhubungan dengan hal-hal gaib, lagi Okay?
" Yea mom, I'll promise"
-
-
-
"Hal yang menyedihkan, adalah ketika aku bisa membantu mereka, tapi tidak diizinkan menyedihkan bukan?" Gumam Isellia, mereka duduk dibalkon.
"Ya, maafkan aku" Balas Leana.
Isellia, bercerita tentang hal-hal yang tidak diketahui oleh Leana, pada saat Isellia dan Ellard mencari Leana. Dia teringat gadis aneh yang waktu itu menyapa mereka.
Kiarra, ya gadis itu. Aku harus mencari tahu siapa gadis itu, dia memiliki memori yang kuat. Gumam Isellia dalam hati, "Isel, apa yang kau lamunkan?" Leana menyadarkan Isellia dari lamunannya.
"Ah, aku t-tidak apa-apa" Balas Isellia.
"Lea, Isel. Lihat dibawah Ellard datang ingin menemui kalian, aku tidak bisa mengusir, dia adalah pemuda yang baik, ya dia adalah teman yang baik. Kalian boleh membantunya" Ucap ibu mereka, Isellia dan Leana, tidak menyangka kalau ibu mereka akan mengizinkan mereka dengan mudah.
"Thank you Mom, you are the best Mommy" Balas mereka memeluk ibunya.
*Mereka segera turun ke bawah menemui Ellard.
"Hey" sapa Ellard.
"Kamu datang disaat yang tepat, El" Balas Isellia.
"Kalian boleh pergi," sungguh tak disangka ibu mereka mengizinkan mereka untuk pergi "Hati-hati."
"Ada banyak kejutan tiap harinya, kamu tahu sepupuku dalam bahaya. Belum lagi Edward yang lama koma."
"El, kami akan berusaha membantumu semampu kami" Lagi-lagi hanya Isel yang menanggapi Ellard.
"Terimakasih."
"Aku yang akan membantu Edward, Isel aku akan menukar diriku sebagai pengganti Helena" Ucap Leana buka mulut, membuat Ellard dan Isellia kaget dengan apa yang dikatakannya.
"Aku sudah tahu semuanya, aku adalah jawaban dari permasalahan ini, aku adalah penyebabnya. Aku akan mengakhiri semua ini" Ucapnya pasrah.
"Tidak! Tidak ada yang harus menjadi korban. Kita harus berjuang bersama" Tegas Ellard.
"Tidak ada yang salah. Ini adalah takdirku El, mungkin aku adalah bagian dari Helena."
Flashback
Aku tidak bisa diam saja, aku harus memberitahu Leana. Bukan tanpa alasan, ini adalah jalan yang salah. Tapi kesalahan harus ditebus oleh kebenaran.
"Ada banyak yang dikatakan oleh gadis itu, apa kamu mau membantuku Lea?" Tanya Edward.
"Iya, aku pasti akan membantu"
Back...
"Perkataan Mommy, ya perkataan itu membuat ku sadar. Aku tidak akan menggunakan hal ini untuk yang lain, Edward bisa selamat. Aku akan berkorban untuknya, Helena akan bahagia. Dia akan mendapatkan kebahagiaan yang telah hilang lama dari nya" Leana, menundukkan dalam kepalanya, dia merasakan penderitaan teman-temannya.
"Dia tidak pernah bahagia. Mungkin iya, tapi hanya sementara, setelah itu kau membiarkan aku sakit selamanya. Jika aku reinkarnasi, aku akan mengulangi rasa sakit itu lagi. Kemudian aku akan gila, gila karenamu setelah mati lagi lalu-" Ellard, membalas dengan memberhentikan kemudi nya.
"Leana, jangan buat Ellard sedih. Cinta nya tulus untukmu" Lanjut Isellia, dia tahu Ellard akan frustasi tanpa saudaranya.
"Aku akan tetap melakukan itu. Terserah kalian, maafkan aku El. Kau sudah kehilangan banyak kebahagiaan, aku akan mendapatkan itu kembali. Ini adalah janjiku, kamu akan mendapatkan itu kembali, tidak peduli apa yang akan terjadi. Kalau pun aku mati, biarkan aku mati dengan bahagia" Tegas Leana, dia turun dari mobil itu. Lalu berlari.
"Kau mau kemana? Kau selalu gegabah dengan tindakanmu. Kau tahu akan banyak orang yang kau susahkan nantinya" Teriak Ellard, kesal.
"Lebih banyak lagi, jika kalian mengejarku lalu mencegahku."
"Biarkan El, dia akan kembali. Percayalah dia tidak bisa membantu Edward. Leana tidak ada hubungan apapun dengan Ed, biarkan saja" Cegah Isel.
"Tapi, dia selalu gegabah"
"Lebih baik kita, mencari Helena. Biarkan Leana, tidak ada yang akan menyakitinya, sekalipun Rudolf atau pun Aland" Balas Isellia.
-
-
Leana
Aku tahu kemana aku harus pergi, biarkan apa pun kata mereka, hati tidak pernah berbohong. Kebaikan tidak pernah berdusta, perbuatan baik akan kembali kepada pelakunya.
Hari ini, ku putuskan untuk menemui Alice. Mungkin Alice bisa membantuku. Aku akan menolong Helena, setelah aku membantu Edward. Menemui Helena, dalam wujud yang berbeda.
"Apa! Kau yakin Leana?" Alice, kaget mendengar semua penjelasanku.
"Kumohon, lakukan apapun sebisa mu. Walaupun tak bertahan lama, biarkan Edward menemui kekasihnya, lalu membantu adiknya" Pintaku, memohon agar Alice mau menuruti kemauanku.
"Tidak bisa, kamu tidak memiliki kecocokan atau pun hubungan darah dengan Edward. Tapi-- Mungkin energimu bisa diberikan padanya, tapi mungkin hanya berlaku sehari. Jika tidak, entahlah aku tidak mau melakukan lebih dari yang ku bisa, itu bahaya" Jelas Alice menolaknya, dia tahu itu berat resikonya.
"Apa pun itu, aku siap menerimanya... Alice kumohon, biarkan aku melakukan itu, walaupun hanya sehari" Pintaku, aku memohon dengan tertunduk padanya.
"Baiklah, kau menerima resiko itu. Tapi aku tidak menjamin itu akan berhasil, ada banyak yang harus kau lewati"
"Baiklah, aku bersedia menerima apa pun" Jawabku.
"Hanya gadis bodoh seperti Leana yang mau melakukan itu."
"Kau benar, dia terlalu mudah diperdaya oleh orang lain" Balas pria itu.
TBC