"Mom" Sapa Isellia.
"Kenapa harus pulang? Pulang setelah menyesal. Aku sudah peringatkan kalian. Tapi apa! Kamu tidak pernah mau mendengarkan Ibumu" Itulah sambutan yang pertama kali Isellia dapatkan.
"Aku kecewa! Kau bahkan tega membiarkan saudaramu celaka." Isellia tertunduk, dia mendekat dan memeluk ibunya.
"Maafkan aku Bu"
"Kau tega! Tega Isel! Dia kakakmu kenapa kau membiarkan dia mengenal duniamu, dia Leana tak bisa menjadi Isellia yang pemberani. Lea hanya gadis penakut! Hanya gadis lemah, dia gadis biasa Isel, kau mengubahnya, mengubah takdir dan membiarkan kakakmu mencelakakan dirinya sendiri." Isellia mencium tangan ibunya, "I'll promise, aku akan membawanya kembali"
"Enough, kalian selalu janji tapi-, sekarang ku putuskan kamu harus mencarinya hari ini juga!"
"Mika, apa yang kau lakukan ini sudah larut malam. Dia Puteri kita. Aku akan lapor polisi untuk kasus ini" Ujar ayah Isellia.
"Dia ada di rumah Alice, aku yang akan menjemputnya sekarang" Dia menghapus air matanya, kemudian pergi ke luar.
Dia mengeluarkan lonceng kecil itu, kemudian menggoyangkan lonceng tersebut. Tidak ada yang terjadi, tapi dia mendengar suara gagak hitam di pohon pekarangan rumah nya. Isellia mencoba membunyikan lonceng itu kembali, dan berkali-kali. Tiba-tiba muncul lah seorang gadis berambut panjang menggunakan gaun putih
"Kau memanggil kami, suara itu menggangguku" Ujar gadis itu menunjuk lonceng yang dipegang Isellia.
"Tidak, aku tidak memanggilmu" Tolak Isellia, dia menyembunyikan lonceng nya dibalik tubuhnya, kemudian dia merasa ada yang mengibaskan rambutnya, sehingga terbang.
"Kenapa?" Isellia, berbalik dan mendapatkan wanita dengan wajah hancur.
"Meeong." Wanita itu terbang, dan gadis itu lenyap.
"Oliver" Isellia memeluk kucingnya, dan mengelusnya, "Untung kau datang dengan tepat, aku takut Oliv, wanita itu sepertinya jahat."
"Jangan peluk aku seperti itu, ini aku Ellio. Singkirkan wajahmu Isel!"
"Oh maaf, aku lupa" Isellia menurunkan Oliver yang sekarang sedang digunakan oleh Ellio.
Dia membungkukkan tubuhnya," Aku harus menemukan Leana malam ini juga, ku mohon bantu aku"
"ISEL." Isellia menoleh, karena ayahnya menegurnya.
"Apa yang kau lakukan di sana? Ini sudah malam, kita akan menjemput Leana besok. Ayah sudah menelpon Alice, besok Ayah yang akan menjemputnya" Teriak ayahnya, membuat Isellia tersenyum lega. Lalu Isellia menggendong kucingnya, dan kembali ke rumah
"Kamu beruntung Leana baik-baik saja" Ibunya membalasnya dengan ketus, dan membuang muka.
"Aku minta maaf, Lea memaksa-"
"Cukup, kamu tahu tugasmu, kamu tahu bagaimana sikap kakakmu"
"Sudah lah, Isel sebaiknya sekarang kamu masuk kamar, dan istirahat" Perintah ayahnya, "Jangan terlalu memikirkan Ibumu, jangan ulangi lagi sayang" Bisik ayahnya.
-
-
-
"Aku harus bagaimana?" Isellia merasa tidak tenang.
"Leana, dia berada ditangan orang yang salah. Dia memberikan energinya untuk pria itu, tapi Alice, wanita busuk itu menyekap Leana" Perkataan itu terus berputar-putar di kepala Isellia.
"Miaw, dia bersandiwara"
"Lalu aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan?"
"Yang harus kamu lakukan adalah tenang. Dia tidak akan menyelakakan Leana, dia hanya menginginkan Leana, tapi tidak untuk sekarang" Balas Ellio.
"El, bisakah kau datang dengan wujud lain? Aku gemas dengan kucingku" Pinta Isellia.
"Tidak. Tidak masalah selama kau tidak mencium kucingmu, atau aku akan pergi!" Tolak Ellio.
"Kau terlalu pemarah, kucingku ini terlalu lucu, untuk menunjukkan wajah marahnya" Balas Isellia, memandang Oliver dengan menopang ke dua dagunya.
"Jangan lihat aku seperti itu! Aku tahu aku tampan walaupun dalam wujud kucing."
"No. Bahkan kucingku lebih tampan dari dirimu"
"Kamu hanya belum melihatku" Celah Ellio.
"Hanya Adele yang pernah melihatmu" Isellia lupa kalau pria dalam wujud kucing itu sangat pemarah.
"Ellard, dan Helena juga. Kau hanya kurang beruntung."
"Aku? Hanya karena belum melihatmu? Dasar Cranky" Oliver, pergi keluar kamar Isellia. "Kau marah?" Tanya Isellia, tapi Ellio tidak menjawab.
"Benar-benar pemarah"
Thomas Ellard Dalbert
Pada saat itu aku mengantarkan Edward pulang, setelah itu aku tidak langsung pergi ke rumah. Aku pergi ke rumah Alice, dia bilang Leana di sana, aku tidak mau terjadi sesuatu pada Lea. Ini adalah tanggung jawab sebagai teman, aku tahu ini sudah larut malam tapi tidak ada kata terlambat, aku melajukan mobil ku.
Rumah itu cukup menyeramkan, akhirnya aku turun dari mobil, nafasku mulai sesak, langkah kakiku juga mulai berat. Aku mengetuk pintu itu, lalu seorang wanita muncul dari balik pintu, dan menyapaku.
"Selamat malam, ada apa kau ke sini" Sapanya.
Aku melirik ke dalam,"Di mana Leana, aku mau menjemputnya." Ucapku, lalu wanita ini keluar dan menutup pintu.
"Untuk apa? Dan siapa dirimu?" Tanyanya dengan nada ketus, dia memandang diriku, seperti tidak suka dengan kedatanganku.
"Aku Ellard, ku rasa kamu tahu siapa aku. Aku ingin Leana pulang." Ku genggam pintu itu melewati wanita tadi, lalu aku memaksakan masuk ke dalam rumah tersebut.
"Hentikan! Ini rumahku, kau orang asing jadi jangan berlaku tidak sopan!" Teriak wanita itu menghentikan langkahku.
"Okay, di mana Leana atau aku terpaksa mengobrak-abrik rumah ini"
"Ayah dengan anak sama saja. Kekasihmu akan mati jika kau memaksa untuk membawanya" Sudah ku duga, dia mengenal ayah, dan aku hanya tersenyum mendengar nya.
"Aku ke sini untuknya, jangan cegah aku. Bilang pada Ayahku jangan coba ganggu kehidupannya lagi!." Aku meninggalkan Alice, dan menaiki tangga, ku lihat sebuah kamar terbuka. Benar saja Leana terbaring dengan wajah yang sangat pucat.
Aku mengelus wajahnya, dia sangat dingin. Lalu ku gendong dia. Dan wanita itu mencegahku, aku masih terdiam, dia tidak akan berani lagi pula untuk melakukan sesuatu padaku. Aku meletakan Leana di Jok penumpang
"Hentikan Ellard! Kau akan kehilangan dirinya!" Teriak Alice, dan aku meninggalkan Alice. Aku membawa Leana ke rumah, karena Merida pasti akan menjaganya.
" Bantu aku" Merida segera menyambutku, dan membantuku.
"Gadis ini harus segera ditolong. Kita akan baringkan dia di perapian agar tubuhnya tetap hangat." Lalu, aku membawa Leana, dan meletakkannya di sofa dekat perapian.
"Wajahnya menginatkanku pada adikmu" Merida mengusap kening Leana. Aku merindukan Helena, entah kapan kami bisa kembali seperti dulu lagi.
At morning
"Dia belum bangun?" Tanyaku.
"Dia masih berbaring seperti semalam, aku rasa dia koma. Kita harus membawanya ke rumah sakit El" Keluh Merida, dia memberikan selimut pada tubuh Leana.
"Akan aku pikirkan, ini bukan penyakit. Ini-" Aku tidak bisa mengatakannya,"Maksudku aku harus pergi sekolah, dan hubungi aku bila terjadi sesuatu pada Lea."
-
-
-
Author POV
"Kamu tahu? Alice tadi menelpon ku dan bilang ada yang membawa kabur Leana" Ucap ibunya.
Isellia yang sedang makan, menghentikan aktifitasnya. Seharusnya aku mendengarkan apa yang Ellio katakan, bagaimana jika terjadi sesuatu pada Leana. Batinnya, Isellia mendapatkan pesan masuk dari Ellard
Ellard: Leana ada bersamaku, aku melindunginya dari wanita itu. Kamu percaya padanya, tapi tidak dengan aku. Dia aman bersama Merida.
TBC